12. Agam mengetahuinya?

613 35 5
                                    

“Buat party besok malam, lo jadi pasangan gue”

Tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Miranda hanya bisa melongo, duduk di dalam mobil dengan keringat dingin. Berdua di dalam mobil bersama Agam yang saat ini menatap tepat kearahnya, tentu saja Miranda gugup. Apalagi setelah mendengar perkataan Agam tadi.

Rasanya ada yang salah. Miranda tahu bahwa besok malam, sekolah mereka mengadakan pesta untuk menyambut Ulangtahun sekolah yang kesekian kalinya. Dan setiap orang yang hadir di sarankan membawa pasangan masing-masing.

Awalnya Miranda tidak berniat ikut berpartisipasi dalam acara itu. Selain karena dia tidak punya pasangan, Miranda juga malas berada di tengah-tengah orang banyak seperti itu.

Namun, saat ini, Agam mengajaknya untuk menjadi pasangannya di pesta itu. Seorang Agam Adiraga. Miranda tidak bisa percaya. Lagipula, setahunya Agam mempunyai cewek yang dia sukai. Nanda.

Lalu kenapa harus dirinya?

“Anu.. Kak—”

“Gue nggak bertanya, tapi menyatakan. Jadi gue gak butuh jawaban lo”

Agam memotong cepat. Pandangannya lurus kedepan, lalu merogoh sesuatu dari dashboard mobilnya. Ia mengeluarkan sebuah kotak, lalu menyodorkannya pada Miranda. “Ini, buat ganti hp lo yang rusak”

Miranda menatap kotak handphone yang masih terbungkus plastik itu. “Eh, gak usah—”

“Udah ambil” Agam melemparnya kearah Miranda, lalu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area restorant.

“Oh iya, handphone gue mana?”

“Di rumah, Kak. Besok aku balikin”

“Kalau bisa sekarang, kenapa harus nunggu besok?” Agam berseru datar. Tetapi sukses membuat Miranda langsung tidak enak hati.

“Tapi Kak Reza—”

Ucapan Miranda terpotong ketika tanpa di duga-duga Agam menyalakan mesin, dan tancap gas meninggalkan area restorant. Sementara itu Miranda masih mematung di tempat, antara terkejut sekaligus kesal. Ia baru sadar satu hal, bahwa Agam selalu melakukan sesuatu seenaknya, sesuai kemauannya.

“Kak Agam,” Panggil Miranda saat Agam menampilkan tampang tidak berdosa. Gadis itu sudah sampai di pucak kekesalannya, setelah sejak tadi ucapannya terus terpotong karena seniornya itu. Akan tetapi Agam hanya menanggapi dengan memutar bola mata malas, tidak memperdulikan reaksi kesal dari gadis di sampingnya.

“Gue butuh handphone gue sekarang”

Miranda hanya mampu menghela nafas mendengar itu. Memutuskan untuk menatap kearah depan, sepertinya itu lebih baik di banding berbicara pada cowok keras kepala di sampingnya ini.

Miranda meminta Agam untuk berhenti sebelum beberapa meter dari rumahnya. Bisa jadi masalah besar jika Ayahnya tahu dengan siapa dia pulang. Untung saja, untuk kali ini Agam mendengarkannya dengan baik.

“Loh udah pulang?”

Ibu tiri Miranda menyambut setelah ketukan ketiga Miranda di pintu. Miranda tersenyum tipis, baru saja ia ingin membuka mulut namun ucapan Ibu tirinya sukses membuatnya terkesiap.

Rahasia RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang