14. Balas dendam

560 34 6
                                    

Nanda adalah dunianya. Setidaknya hal itulah yang terus melekat dalam fikiran agam selama bertahun-tahun ini. Seseorang paling berarti yang tidak akan bisa di gantikan oleh siapapun bagi Agam. Karena gadis itulah, Agam bisa merasakan warna dalam kehidupannya.

Namun kehadiran Miranda, gadis lugu dengan tatapan hangatnya. Mampu membuat Agam tanpa sadar sedikit teralih. Entahlah, tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan apa yang saat ini Agam alami. Miranda, gadis pemilik aura yang dalam sekejap menyita fikiran Agam.

Meskipun berkali-kali Agam terus menyangkal, dan mengingat keberadaan Nanda. Namun ia tidak bisa memungkiri bahwa jauh di dalan alam bawah sadarnya, ia menyukai Miranda. Agam tidak mampu membohongi hal itu.

Gadis memakai dress putih malam ini yang duduk menyendiri di sudut ruangan. Agam dapat menatapnya dengan jelas dari arah panggung saat ini. Ketika semua orang berkumpul di tengah sembari menatapnya dengan memuja, histeris, dan berbagai macam reaksi berlebihan lainnya.

Miranda, satu-satunya orang yang hanya tersenyum simpul sambil menatapnya hangat. Tatapan yang mampu membawa rasa tenang dan damai yang menyamarkan kebisingan tak menyenangkan dari orang-orang di aula.

Agam tersenyum samar, sebelum cepat-cepat mengalihkan pandangan atau ia akan hanyut terlalu dalam. Tidak butuh waktu lama untuk Agam memberikan sepatah kata sambutan untuk acara malam ini. Setelahnya ia bergegas turun dari panggung dengan hati sedikit tidak sabar.

Apa penyebabnya? Entahlah. Agam bahkan tidak berani bertanya pada dirinya sendiri.

“Gam,”

Kawan-kawan Agam datang menghampiri sambil tertawa riang. Menyeret langkah Agam ke posisi bagian depan panggung seolah akan menyaksikan sesuatu yang menarik. Agam yang tidak sempat mengatakan apapun, mendelik sebal. Tapi belum sempat ia mengeluarkan suara, teman-temannya itu sudah berseru duluan.

“Agam! Lo tau ga si Reza nekat banget asli haha” Ucap Hapati terkekeh.

“Bentar lagi kita bakal nonton persembahan dia” Timpal Ari.

Agam bingung. Namun kebingungan itu segera terjawab saat seisi gedung aula mendadak gelap. Kemudian lampu sorot mengarah tajam pada panggung. Agam terkesiap, saat pandangannya tertuju pada Miranda dan Reza yang berdiri diatas panggung. Ada apa ini?

Mata Agam menangkap jelas Miranda yang gelisah dan tampak tidak nyaman meski tubuhnya hanya diam mematung. Menatap Reza yang mulai berlutut mengeluarkan kotak berisi kalung kearah Miranda. Agam segera menyadari apa yang sedang terjadi.

Reza hendak menyatakan cinta.

“Miranda” Reza tersenyum diatas sana. Agam memang tahu Reza mempunyai ambisi kuat dan keras kepala, tapi ia tidak pernah berpikir bahwa tindakan balas dendam pria itu akan sampai sejauh ini. Dalam sekali lihat Agam tahu Reza ingin merebut hati Miranda dengan cara apapun sebelum akhirnya meninggalkannya. Itulah balas dendam paling mematikan.

“Be my girlfriend, please”

Gedung aula mendadak dipenuhi suara riuh. Beberapa berseru kaget, beberapa lainnya memberi semangat. Mendesak Miranda untuk segera menjawab pernyataan Reza diatas panggung.

Agam mengepalkan tangan. Diatas sana Miranda jelas sangat gelisah. Wanita itu tidak suka menjadi pusat perhatian. Hal yang membuat Agam akhirnya mengambil langkah meninggalkan posisinya. Berjalan cepat hendak menaiki panggung.

Rahasia RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang