10. Ancaman Reza

652 34 3
                                    

Terlalu pendiam soal perasaan


———

Sejak insiden di rooftop itu, keadaan kembali seperti awal. Saat dimana Miranda dan Agam tidak saling mengenal. Bahkan saat tak sengaja berpapasan di sekolah pun, mereka diam. Bungkam, seolah tidak saling kenal.

Lebih tepatnya, Agam yang mendiaminya. Miranda tidak tahu apakah kalimat itu cocok untuk di katakan, karena seharusnya ini adalah hal yang wajar. Toh, dirinya bagi Agam memang bukan siapa-siapa.

Tetapi disini Miranda yang merasa gelisah, karena sudah seminggu ini Agam hanya meliriknya sekilas kemudian membuang muka setiap kali bertemu di sekolah. Rasanya Miranda ingin seperti dulu saja, saat-saat dimana Agam tidak mengenalnya. Itu jauh lebih baik daripada di campakkan seperti ini.

Mungkin saja Agam menganggapnya sebagai salah satu alasan penyebab pertunangannya batal.

Memikirkan hal itu Miranda hanya mampu melengos, lalu mempercepat jalannya di koridor menuju kelas. Ia bersumpah demi apapun bahwa dia tidak memiliki niat akan hal itu, sama sekali tidak.

Mata Miranda sedikit melirik langit. Hari ini langit sedikit gelap, dengan kata lain sedang mendung. Benar-benar menggambarkan suasana hati Miranda sekarang ini.

“Eit,” Tepat setelah pembelokan koridor, seseorang merentangkan satu tangannya. Menghalangi jalan Miranda tiba-tiba.

Miranda menutup langkahnya, menatap seorang laki-laki bersandar di dinding dengan satu tangan di rentangkan ke depan. Dia Reza, cowok yang saat ini sedang menatapnya dengan senyuman sinis. Miranda menggerutu dalam hati, setelah sekian lama tidak melihatnya ternyata lelaki itu kembali merecokinya.

Reza langsung berdiri tegak menghalangi Miranda yang berusaha mengambil jalan lain. Laki-laki itu berdiri tepat di hadapan Miranda, berkacak pinggang dengan kepala tertunduk. Seolah berusaha melumpuhkan gadis yang saat ini memutar bola mata jengah.

“Kak, Minggir—”

“Gue bakal mutusin Icha hari ini”

Ucapan Reza sukses membuat Miranda tertegun. Gadis berambut panjang itu tak bisa menyembunyikan raut terkejutnya. Padahal ia tahu ini akan terjadi, tapi tetap saja tidak Miranda tidak mau jika sampai harus melihat Icha terluka. Mengingat akhir-akhir ini Icha selalu tersenyum ceria. Miranda tidak ingin kebahagiaan sahabatnya itu kembali hilang.

Melihat reaksi Miranda, Reza langsung tersenyum menang. Dugaannya berhasil. Reza melipat tangan di dada, “Tapi, gue bisa aja pertahanin Icha dalam jangka waktu lama”

Miranda kembali mendongak, ia tidak berbicara karena merasa Reza sedang menggantung kalimatnya. Terlihat jelas dari mimik wajah penuk kelicikan dari laki-laki berambut coklat itu.

“Asal lo mau kencan sama gue, selama seharian penuh hari ini”

Miranda menatap datar tanpa ekspresi, tanpa di jawab pun semua orang tahu jawaban Miranda. Tentu tidak. Mana mungkin ia mau berkencan dengan cowok sahabatnya sendiri di tambah lagi cowok itu sangat menjengkelkan. “Kakak buang-buang waktu”

“Atau gue bakal mutusin Icha sekarang juga”

“Yaudah putusin aja,”

Rahasia RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang