2. Sisi asli

1.1K 66 20
                                    


Hanya tatapan, namun dampaknya tidak sekedar hanya

_____

Sejak dulu, Miranda selalu mendambakan dirinya bisa di kenal oleh Agam. Ia tidak menginginkan sesuatu yang lebih, tidak pernah menuntut dan terobsesi membuat Agam menyukainya. Tidak pernah. Miranda bahkan tidak berani bermimpi terlalu tinggi untuk bisa dekat dengan Agam.

Ia sadar diri.

Ia hanyalah siswi kelas sepuluh yang bahkan belum cukup setahun bersekolah di SMA pelita Bangsa. Hanya murid biasa yang bisa jatuh hati pada the most wanted si pemilik wajah tampan yang banyak di idolakan kaum hawa. Termasuk Miranda sendiri.

Miranda tidak dapat mengelak bahwa ketampanan Agam memang memicu rasa ketertarikannya. Namun ada alasan lain, yang membuat dirinya jatuh hati pada sosok Agam. Alasan yang hanya dirinya yang tahu.

Dan, tidak pernah sekalipun terlintas dalam benak Miranda bahwa ia akan di peluk oleh Agam. Seperti yang terjadi saat ini.

"Maaf," Ucap Miranda pelan, sembari mendorong dada Agam untuk menjauh darinya.

Agam mengernyitkan dahi saat mendengar suara yang sama sekali tidak familiar di telinganya. Bukan suara ketus milik Nanda, melainkan intonasi pelan dari seseorang yang tidak ia kenali. Agam menjauhkan diri, menatap kearah gadis di hadapannya.

"Lo siapa?" Agam bertanya ketus. Tatapannya lalu beralih kearah bandul yang di kenakan gadis itu. Ia sangat yakin bahwa bandul dengan pita berwarna pink itu adalah milik Nanda. "Dan darimana lo dapetin ini?"

Miranda tersentak saat Agam merampas bandul yang ia pakai dengan kasar. Gadis itu menatap kearah Agam, lelaki yang saat ini ikut menatapnya. Namun dengan tatapan tidak suka. Itu adalah ekspresi yang tidak pernah Miranda lihat dari sosok Agam.

Sekarang Miranda sadar, bahwa gadis bernama Nanda tadi memang sengaja memberikannya bandul untuk membuat kesalahpahaman.

Agam tersenyum sinis saat melihat Miranda yang masih terdiam. "Ini bukan punya lo, kan? Jawab gue. Siapa yang ngasi lo bandul ini?"

Miranda menundukkan kepala, menatap raut wajah Agam yang baru pertama kali ia lihat mampu membuat ia bergetar takut. "Nanda. Namanya Nanda,"

Agam menengok sekilas lengan seragam Miranda yang bertuliskan angka X. Ia mendengus sinis sembari memalingkan wajah. "Tau sopan santun gak sih? Nama yang barusan lo sebutin itu senior lo juga!" Ketusnya kembali menatap tajam Miranda.

"Maaf,”anya itu yang mampu di ucapkan Miranda. Gadis itu terlalu kaget dengan reaksi yang di berikan Agam padanya. Kemana reputasi baik dan lembut yang di miliki lelaki itu? Atau, inikah sisi asli dari seorang Agam Adiraga?

Rasanya ingin menangis. Miranda memilih terus menunduk, menatap jari-jarinya yang saling bertaut. Berusaha menahan air matanya yang ingin merembes keluar.

"Dasar cengeng," Itu kata terakhir yang di dengar Miranda dari mulut Agam sebelum lelaki itu menghilang dari hadapannya.

Miranda mendudukkan dirinya pada kursi taman. Menghela nafas pelan lalu menutup mata sejenak. Niatnya hanya ingin berbuat baik, memberikan liontin pada pemiliknya.

Dan ia tidak menyangka sama sekali.

Bahwa ia akan bertemu dengan Agam dalam situasi seperti ini.

Rahasia RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang