Hati ku semakin tak menentu saat mendengar suaranya di ponsel ku, aku merasa aku sudah mengkhianatinya.
" S-sica, ? "
" Ne. Apakah kau berada di rumah ? "
" N-ne, Sica. "
" Mengapa suara mu seperti itu ? Apa kau sedang tidak enak badan ? "
" A-ani. Aku baik-baik saja. "
" Aku baru saja tiba di Hong Kong, aku masih menunggu asisten ku mengambil barang-barang ku. "
" Ne. Jaga diri mu, jangan sampai kau kelelahan. "
" Ne. Kau juga. Aku akan segera kembali. "
" Ne, Sica. Cepatlah kembali. "
" Bogosipo, yeobo. "
" . . . "
" Taengo .. "
" Ne. Nado bogosipo, buin. "
" See you. "
" Ne. "
Aku harus cepat-cepat kembali ke rumah, aku tidak bisa seperti ini, aku tidak ingin membuat Jessica merasa dibohongi, meskipun tidak ada satu orang yang mengetahui aku bersama Tiffany.
Perlahan aku berjalan meninggalkan apartment Tiffany, namun langkah ku tertahan, dan kembali melihat ke arah kamar Tiffany yang pintu kamarnya masih terbuka. Hati ku bimbang ketika aku mengkhawatirkan keadaannya saat ini.
" Tae, kepala ku sakit sekali. "
" Ada apa, Fany~ah ? "
" Aku tidak tahu. "
" Ayo kita ke dokter. "
" Tidak usah, Tae. Sebaiknya kita segera kembali ke rumah. "
" Benarkah ? "
" Ne. "
" Aku akan merawat mu sampai kau sembuh. "
" Gomawo, Tae. "
Ingatan itu menghantui pikiran ku saat ini dan hati ku semakin kacau dibuatnya. Aku berusaha keras untuk meraih gagang pintu apartment dan membukanya, namun seolah tak ingin beranjak, tangan ku menolak untuk membuka pintu apartment.
" Tae ... ", suara itu membuat ku terkejut terlebih aku merasakan tangannya melingkari pinggang ku.
" Uh. ",gumam ku.
" Gajima. ", ucapnya yang semakin mengerat kan pelukannya.
Aku bisa merasakan air matanya membasahi punggung ku. Aku tidak suka saat ini dia menangis, sejak dulu aku selalu mengatakan padanya aku tidak suka air matanya jatuh begitu saja.
" Bogosipo. ", ucapnya.
Tidak, aku mulai gila, aku mendengar kata-kata itu dari mulutnya. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku tidak ingin menjawabnya, tapi aku tahu itu akan melukai hatinya, tapi jika aku menjawab, sama saja aku mengkhianati Jessica.
Aku membalikan tubuh ku dan mejauhkan tangannya dari pinggang ku. Aku menatapnya dan kini matanya yang indah itu sudah penuh dengan air mata. Aku ingin menghapusnya, aku ingin Ia berhenti menangis, tapi aku tidak bisa melakukannya.
" Mianhae. ", gumam ku.
" Saranghae, Tae. ", ucapnya.
Sekali lagi, aku tidak bisa menjawab ucapannya. Aku hanya terdiam dan mematung. Aku merasa dia benar-benar menghancurkan benteng pemisah ku dengan masa lalu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
FanfictionTidak semua perjodohan berasal dari dua hati yang menginginkan satu sama lain. Masa lalu adalah masalah terberat bagi pasangan yang baru menikah terlebih tidak memiliki perasaan satu sama lain. Jessica dan Taeyeon harus berhadapan dengan masa lalu...