Part 19

1.3K 133 13
                                    


Yeri pov.

Aku melangkahkan kakiku gontai menuju halte bus yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah Jungkook.

Buliran demi buliran airmata mengalir menyertai langkahku pulang ke rumah, perasaan di dalam lubuk hatiku campur aduk sekarang.

Tentu saja rasanya sangat sakit ketika melihat namja yang dicintai berhubungan dengan yeoja lain, meskipun dia tengah mengalami amnesia tapi tetap saja hatiku terasa sakit.

"Yeri-ah!" Panggil seseorang membuatku menoleh ke sumber suara. Ternyata yang baru saja memanggilku itu Mark.

Ia berjalan cepat ke arahku lalu menatapku intens. "Kau menangis?"

Aku segera menggeleng dan menghindar untuk menghapus airmata yang masih memenuhi pelupuk mataku.

"Bohong kalau kau tidak apa-apa, katakan nanti saja jika kau siap untuk bercerita. Sekarang biarkan aku mengantarmu pulang." Ujarnya lalu meraih tangan kananku untuk ikut bersamanya ke tempat dimana motornya terparkir.

🌸🌸🌸

Keesokan paginya...

Pagi ini aku ada kelas jam 8 pagi, jadi pagi sekali aku telah bersiap dan sampai ke kampus sebelum jam masuk.

Lorong kampus lantai 5 masih sangat sepi, atau mungkin aku yang datang terlalu pagi. Langkahku memelan karena mendengar suara derap langkah mendekat ke arahku.

Pikiran negatif berkecamuk di otakku sekarang, jadi spontan saja aku berlari kala mendengar derap langkah itu lagi.

Grep

Deg

Sebuah pelukan serta jantung yang tiba-tiba berhenti membuatku diam mematung. Siapa yang tengah memelukku sekarang?

"Mengapa kau lari dariku?"

Suara itu?

Jeon Jungkook.

Tiba-tiba ia membalikan tubuhku lalu memberiku tatapan menyelidik.

"Kau tidak apa-apa? Wajahmu terlihat pucat." Ujarnya sembari memegangi dahiku guna mengukur suhu dari tubuhku.

Aku menghempaskan tangannya dari dahiku, melangkah sedikit mundur guna menjaga jarak dengannya. "Aku tidak apa-apa." Jawabku bersiap untuk berbalik dan melangkah pergi darinya.

Jungkook menarik lenganku kasar hingga kembali berdiri di tempat dimana sebelumnya aku berdiri. "Katakan, apa masalahnya? Bukankah kita masih ada perjanjian? Lalu mengapa seolah kau tengah menjauhiku sekarang?"

"Lepaskan aku, kita akhiri saja perjanjian ini dan lagipula tak akan ada hasilnya bagimu." Timpalku sedikit memberontak dari cengkraman eratnya di pergelangan tanganku.

Ia tak menimpali ucapanku lagi melainkan menarikku masuk ke dalam sebuah lab yang masih gelap karena lampunya belum dinyalakan dan tirainya belum di buka.

Dia mendudukanku di atas meja lalu meletakan kedua tangannya diantara tubuhku. "Katakan dengan jujur, apa yang membuatmu ingin membatalkan perjanjian ini huh?"

"Karena kupikir-"

"Aku memintamu jujur, Kim Yerim." Potongnya sebelum aku menyelesaikan ucapanku.

Only Tears (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang