Prelude

54.6K 3.3K 128
                                    

Tujuh Alasan Butuh Pacar (SEGERA!!):
1. Arisan keluarga
2. Kondangan
3. Malam Minggu
4. Status (read; laku)
5. Mantan
6. Sopir tanpa gaji
7. Belanja dibayarin

Kilau tahu dia hanya butuh dua nomor paling atas untuk merengek dicarikan pacar. Tapi dia bicara sama Bahtiar yang ―fuckingly― nggak mudah digeret sana-sini buat satu misi, jadi Makcomblang.

"Arisan keluarga nyokap gue bulan depan, gue sudah pernah cerita gimana ganasnya tante-tante gue nyinyir soal pacar. Habis itu kondangan, duh, ini acara paling gue benci tapi harus gue datangi. Pengantin yang bahagia, lah gue yang sengsara. Mana lo tahu sendiri gimana pedasnya Olla cs mencingcang gue dengan aksi pamer pacar mereka-"

"Nggak usah disahuti," potong Bahtiar santai.

Kilau memutar matanya jengah. Cowok gini, enak saja kasih saran nggak mikir betapa fragile hati cewek. Menepis fakta soal cowok dan Bahtiar, Kilau melanjutkan cuap-cuap provokatifnya. "Malam Minggu nongkrong di rumah, gue bisa dikira anti sosial. Terus muncul gosip gue bakal jadi perawan tua yang nggak laku-laku. Anjay banget ucapan begini. Terus mulai deh muncul stigma gue belum move on dari mantan padahal mantan sudah berapa kali ganti-ganti pacar."

"Yang ngomongin lo tuh nggak bayar belanjaan perut lo. Nggak usah pikirin," potong Bahtiar lagi masih santai menekuni game di ponselnya.

"Kalau ada pacar, gue bisa diantar-jemput. Gue lebih aman kemana-mana."

"Itu bukan pacar tapi sopir tanpa bayaran. Nggak sekalian hansip rumah?"

"Lagian gue bisa ditemani-"

"Stop!" Bahtiar mengangkat telapak tangannya ke muka Kilau. Lalu dia balik menggunakan dua tangannya memainkan ponselnya. "Lo mau minta pacar buat bayarin belanjaan kan? No, gue nggak setuju."

Andai saja minggu lalu Tere nggak ketahuan pakai jasa pacar sewaan, sudah barang tentu bin pasti Kilau ogah ngerengek sama makhluk paling jutek yang mengaku punya anaconda buat buntingin ciwik-ciwik. Mending dia ikhlaskan tabungannya demi menjaga nama baik pemberian bokap dan nyokap daripada kena desas-desus nyelekit atau pertanyaan yang bawaannya dibalas pakai timpukan batu.

"Ayo dong, Tiar mae bespren ey hanret persen, bantu dedek Kilau yang sudah galau menjelang bulan depan. Masak lo mau gue satronin lagi bulan depan masih dengan tema yang sama, jomlo tua yang dinyinyirin tante dan tetangga. Pewhliis bantu daku." Kilau mengerjapkan matanya. Kali saja jurus abal-abal ala Shinchan bisa meluluhkan manusia setengah setan di depannya.

"Gue sudah kebal iman dengar curhatan basi lo. Datang lagi bulan depan, minggu depan, bahkan besok, gue nggak larang. Asal lo pakai salam, nggak asal masuk kamar. Gimana kalau gue lagi nggak pakai baju? Rejeki banget lo lihat badan perjaka calon ahli sorga," cerocos Bahtiar.

Nggak sekalipun matanya melirik Kilau, bawaannya memang begitu. Pantang sok mengistimewakan Kilau. Katanya sih Kilau tuh calon alay yang aslinya anak Calon Arang. Dibaik-baiki cuma bakal sedot darah orang. Mending dijahati jadi bisa kelar pembicaraan. Dan Kilau dengan entengnya cuma cengengesan menerima perkataan Bahtiar.

Mau bagaimana lagi, meski Bahtiar kurang perasaan (menurut Kilau) adalah satu-satunya manusia tahan banting berteman sama bacot saringan bolong milik Kilau.

"Jangan begitu!" Kilau sengaja turun duduk di lantai, menggoyang-goyang kakinya dan menepuk-nepuk lantai. Bukannya mirip anak kiyut yang lagi tantrum malah mirip orang kesurupan. Bahtiar hanya melirik sekilas lalu menekan mengutak-atik iphone di genggamannya sampai lagu dangdut milik Alam berdendang.

"Mbah dukun tolong jampi-jampikan aku, biar si Kilau semakin menuju maut," nyanyi Bahtiar dengan sengaja mengganti lirik lagu Mbah Dukun yang dipopulerkan Alam.

"Buset dah makhluk pelontos bego!" Kilau melempar tutup gelas kopi ke arah muka Bahtiar.

Bahtiar yang asyik nyanyi sok menghayati dengan memejamkan mata langsung melotot pas jidatnya kena timpukan tutup gelas. Dia melompat dari kasur dan tanpa sungkan mengacak-acak rambut keriting mirip singa kampung yang nggak kenal sisir milik si bacot mesin penggilingan daging. Kilau jejeritan dan berusaha menepis tangan kurang ajar Bahtiar.

"Minta maaf, nggak?" Ancam Bahtiar yang sudah melepaskan rambut Kilau dan beralih ke korek api.

"Mau apa itu korek api?" Kilau bergidik membayangkan kegilaan Bahtiar sudah menyebar ke sumsum tulang. Orang waras nggak bakal membakarnya hidup-hidup.

"Mau gue pakai buat bakar jaket lo." Satu tangan Bahtiar memegang korek dan tangan lainnya mengangkat jaket bomber adidas asli yang bayarnya pakai credit card dengan masa cicilan enam bulan. Padahal jaket itu baru dihakmilikkan oleh Kilau selama satu minggu.

Berabe! Ringis Kilau dalam hati.

"Maaf, Bang Tiar ganteng tiada tandingan kecuali Adam Levine. Tolong balikin jaket yang belum sekalipun dibayar cicilannya itu." Kilau menggosok kedua telapak tangannya meminta ampun.

"Nah, gitu. Kalem sedikit jadi ciwik." Bahtiar sengaja memangku jaket Kilau saat kembali duduk di kasurnya. Jaket itu diperlakukan layaknya perisai perang. Persiapan kalau-kalau tangan terampil Kilau berniat mengekspresikan perasaan melalui lemparan atau tindakan fisik yang rawan penyebab kecelakaan. "Bilang mau nyari cowok kek gimana?"

"Aih, Babang Tiar tiada rayuan yang bisa daku ucapankan mengenang kebaikan dikau. Lop lop yu, babang pelontos."

"Ini ada rambutnya, Andi Lau!"

"Hehehe... sow tu de ri, bang." Kilau mengedipkan sebelah matanya lalu duduk di tepi kasur Bahtiar. "Gue mau cowok yang nggak usah kegantengan asal rupawan."

"Sama saja, dengkul kuda," dengus Bahtiar.

Kilau nggak mengindahkan Bahtiar, dia melanjutkan daftar kriterianya. "Punya kerjaan tetap."

"Tapi nggak menetap di satu hati," ledek Bahtiar.

Kalau nggak butuh-butuh banget, pengen rasanya Kilau cekik pria berambut kurang dari satu senti panjangnya yang cengar-cengir meledek omongannya.

"Nggak makan jengkol." Yang satu ini Kilau yakin berjuta persen.

"Jengkol mantap, Malih. Kan gue sudah sering traktir lo makan jengkol. Lo juga nggak mantang makan itu." Bahtiar memang paling suka mengganti nama Kilau menjadi artis lenong.

Emosi ditahan kalau cuma berpotensi kentut sih enak, kalau ditahan bikin lapar dan keriput lebih baik Kilau mempertaruhkan hubungan persahabatannya bersama Bahtiar. "Jengkol mahal. Gue ogah bareng cowok yang rela keluar duit banyak cuma buat bikin mulut dan kencingnya bau."

"Ciwik banyak tingkah Lau."

"Jadi kan bang nyariin dedek pacar."

"Lihat-lihat dulu siapa cowok tolol yang bisa gue bego-begoin jadi pacar lo."

"Tuh mulut ya bang, menggores hati remaja deh."

"Remaja? Lo?"

"Iyalah gue." Kilau menyibak rambutnya yang acak-acakan habis dibonceng bang ojol, ojek online. Dia nekad ke sini pagi buta sehabis keramas, dari pada rambut basah jadi bau karena disekap helm, Kilau memilih rambut lebatnya berkibar-kibar sok jadi iklan sampo.

"Remaja gemblung."

"Salah. Gue itu remaja masa lampau yang ngeksis mengalahkan kehebohan tante girang yang doyan upload foto jalan-jalan."

"Panjang dan tanpa manfaat, itu deskripsi paling tepat."

"Masih bibirnya menyilet-"

"Hati remaja masa lampau yang kalah ngeksis dari nenek gemes," potong Bahtiar.

"Sialan lo, Tiar!"

"HAHAHA..."

###

01/04/2018
Re-publish 15/01/2019
Tokoh utama cowoknya siapa?

Bahtiar?

Eum, mungkin....

Tunggu lanjutannya 😎

(Setelah baca ulang, gw ngakak sama narasi gw yang alay luar biasa ini wkwkwk... Geleuh aing. Bisaan ada cerita begini nyelip di draft gw 🤣 astaga tatang, pake pov 3 pulak wkwkwk)

GabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang