二十

9K 1.2K 24
                                    

Menghabiskan malam setelah seminggu terlelap di kamar lain terasa membingungkan. Harusnya tidurku lelap. Harusnya jiwaku tenang. Harusnya kepalaku berhenti mengingat kata Kemang, Keita, hewan, bahkan... si Pakyu itu.

"Aaargh!" Aku mengerang kesal dan melesakan wajah ke bantal. Demi apa, kehidupanku yang lama telah direnggut. Hidup normalku yang super lempeng diputar ke jalur absurd.

"Gue harus dapat kerjaan baru," gumamku. Perubahan ini akibat pekerjaan baruku menyedot lebih dari dua belas jam sehari yang otomatis membuat pekerjaan itu terserap ke dalam sel darahku. Amit-amit aku mengingat si Pakyu. Ini liburan, hempas segala ingatan akan Shuu, kata hatiku. Aku duduk bersila di atas kasur dan melipat kaki. Nggak lupa merapatkan mata dan meletakan kedua tangan pada masing-masing pelipis. Waktunya fokus, pikirku. Aku hanya perlu berkonsentrasi pada proses menghapus memori mengenai Keita, Taro, geng kukuruyuk, dan terutama Shuu. "Aku bisa," kataku memotivasi diri.

Drrrt... drrrt... drrrt...

"Apa sih?" Sentakku kesal pada ponsel di ujung kasur. Malas-malasan aku ambil benda yang sudah ku setting volume super kecil tapi tetap saja getarnya menganggu.

Keita is video calling...

Hah?

"Hallo there!" Sapaan ceria Keita menyadarkan bahwa ini nyata. Keita di ujung sana melambai sambil melempar senyum khas cowok baik.

"Ha-hai," sahutku bingung.

"Here you go, Shuu. There's Odie." Layar bergeser pada sosok berbulu gemuk yang menatapku songong. Wanjay, baru juga meditasi mengusir bayangan makhluk pakyu dan sekarang dia muncul, persis di ponselku.

Aku menyeringai kaku. Bertanya-tanya kutukan apa lagi yang aku terima kali ini. Rasanya takdir belum cukup menguji keimananku lewat perselingkuhan pacar dan sepupu, serta status jomlo berkarat. Aku masih harus bertemu kucing paling menyebalkan.

"Shuu rindu kamu," kata Keita, masih dengan layar menyiarkan wajah Shuu. Si Pakyu maju dan membuat seluruh layar penuh hidungnya, berganti gelap dan saat terang aku tahu dia baru saja menjilat kamera. Keita tertawa dan layar seketika gelap lalu terang, membuktikan Keita mengelap kamera ponselnya dengan tisu.

"Wah aku harus gimana kalau Shuu rindu aku?" Tanyaku sarkas. Ini jelas becanda, pikirku. Si pakyu nggak mungkin merindukanku. Yang ada dia bahagia bersama Keita yang selalu paham tuntutan perut berlemaknya.

"Shuu di kamar kamu sajak siang." Masih menampilkan Shuu yang kini mengangkat sebelah kaki gemuknya dan menjilat paha.

"Sejak siang," koreksiku.

"Ah, ya, itu." Layar bergerak dan memampang Taro yang tidur bertumpang dagu di tumpukan tangan. Anjing besar itu tampak sudah kenyang dan ingin bermalas-malasan.

"Hai, Taro, kamu rindu aku juga?" Tanyaku pada Taro.

Taro menegakan badan, menengok kanan dan kiri. Dia tampak lucu karena bingung mencari sumber suaraku. Keita memanggilnya beberapa kali, barulah Taro sadar suara dari ponsel majikan kesayangannya. Taro menggonggong sekali dengan riang. Spontan aku tertawa. Lucu saja mendapat respons hewan yang mengaku rindu.

Layar bergerak lagi, berputar tepatnya. Berhenti pada penampakan Keita yang tengah memangku Shuu. Layar bergerak sedikit dan bergabung di sana Taro sebelah Keita.

"Do you miss me too?" Tanyaku iseng.

Keita berubah gelisah dan semu merah di pipinya susah ditampik. Dia malu. Bosku malu karena pertanyaan isengku.

"Meong!" Suara Shuu memecah suasana canggung yang tercipta.

"Kamu mau aku pulang, Shuu?"

"Meong."

"Kalau aku pergi, baru kamu rindu? Kalau aku di sana, kamu usaha banget menyusahkan aku. Janji jadi good boy minggu depan, bisa, Shuu?" Ocehku mulai nggak jelas.

"Listen, Shuu, be a good boy if you miss Odie," kata Keita mengulang ucapanku.

Taro yang menjawab dengan gonggongannya, sementara Shuu membuang muka ke arah lain. Aku dan Keita tertawa berbarengan. Hal itu menjelaskan permintaanku nggak akan terlaksana. Sang Baginda Raja super pakyu nggak mau jadi good boy.

"Odie, enjoy your day off. We're fine here. I don't call you to ruin your holiday. It's been a long time since Shuu and Taro have a new friend, eum, me too. We hope you are happy with us even there are ups and downs."

Ups and downs? (ungkapan lain good and bad times)

Aku diam menyimak dan bergetar dalam hati. Entah sejak kapan, aku lupa sensasi saat ada orang yang mengakui pentingnya eksistensiku. Ini menyenangkan, sekaligus menggairahkan. Aku bingung dan kelabakan menerima banyak perhatian, meski asalnya dari seorang pria yang baru aku kenal seminggu serta seekor anjing dan kucing.

"Thank you, boss. I'll do my best," balasku akhirnya.

"Just say wether you need my hands or you need to discuss. That's how we work as a team."

"Noted, Sir. Kalau aku mau minta kado ke kamu, gimana?"

Keita mengusap wajahnya. Shuu pergi dari layar diikuti Taro. Tinggal aku dan Keita yang berbicara sekarang. Dua hewan itu pasti ingin tidur.

"Kado mahal jangan," desis Keita.

"Bukan kado mahal." Tapi tetap menguras uang, lanjutku dalam hati. Aku terkekeh geli. Bos satu ini memang money oriented banget. Dibilang pelit sih nggak, tapi perhitungannya jeli sekali. Wagelaseh!

"What do you wish for?"

"Trip gitu." Bagian otak malasku mengharapkan liburan ekstra. Tentu saja. Siapa yang nggak berharap liburan dibayarkan bos? Sebenarnya, aku mendapat ide terhadap ketidaknormalan pikiranku yang mendadak (baca: terlalu banyak memikirkan si Pakyu). Aku bisa saja stres karena terlalu sering mendengar 'eong' Shuu dan mencium bau pipis sialannya itu. Orang bilang liburan itu obat stres. Mumpung ada kesempatan, kenapa nggak sekali aku pergunakan.

"Trip?"

"Yes, Kei. Kalo di perusahaan kan ada tuh family gathering ke Puncak atau Bali. Trip yang aku maksud semacam itu."

Muka Keita mendadak keruh. Hah, take that, Kei. Jangan berani-berani mengganggu akhir pekanku yang sebentar ini dengan penampakan kedua anak-anakmu. Lihat bagaimana aku membalasnya dengan cara paling keji dan sesuai.

"Saya pikir-pikir baik."

"Saya pikirkan baik-baik."

"Ya, itu."

Kami diam sesaat, lalu saling melempar senyum. Aku melirik jam dinding dan merasa nggak terganggu. Ini baru pukul setengah sebelas. Bukan masalah. Sebagian besar penduduk bumi masih membuka mata mereka di jam segini pada hari Sabtu. Sangat wajar.

"Odie, let's call it a day."

Huh?

"Sudah malam. Selamat tidur. Sampai jumpa hari Senin."

Senin? Ya, masih ada hari Senin untuk bertemu Keita, Taro, geng kukuruyuk, danーtentu saja sang mega bintangーbaginda raja Shuu Pakyu.

"Oke. Selamat malam, Kei. Semoga mimpi indah.

"Ya. Terima kasih. Kamu juga."

"Makasih. Bye."

"Bye."

Matikan duluan, Kei.

Keita tetap di sana, tampil di layar ponselku, dan aku masih di sini, menatap wajahnya. Aku membalas senyumnya. Kami sama-sama tersenyum. Kemudian canggung beberapa detik, sebelum Keita berkata, "Saya selesai video call. Oyasumi."

Aku mengangguk dan detik berikutnya sosok Keita lenyap dari layar. Jemariku bergerak lincah menjelajah google. Mencari jawaban atas rasa penasaranku.

Oyasumi : selamat tidur

"Oyasumi, Kei," gumamku pada ponsel di genggaman.

###

16/11/2019

Siapa yang bobok ga jelas di rumah sambil bongkar isi wetped?
(╭☞´ิ∀´ิ)╭☞ hayooo ngaku!!

GabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang