Tanya : Benda apa yang huruf depannya K belakangnya L. Sedang bila ditarik keras kalau dilepas lemas?
ーーー
Jawab : Ketapel. Tolong otaknya dijaga ya.Pertama kalinya aku datang ke rumah Keita, aku belum berkesempatan menemui para 'kesayangan' tuanku. Hari ini, Jumat yang adem ditemani embusan angin dan kerindangan taman belakang rumah Keita, aku bertatap muka dengan mereka. Seekor anjing jenis briard besar tengah tidur di atas karpet welcome yang nggak seberapa lebarnya. Nggak jauh terdapat sofa empuk berlapis selimut bulu, seekor kucing gemuk duduk dan memindai penampakanku. Lalu di taman yang secara keseluruhan sangat apik, seekor ayam jago dewasa berkokok di atas kandang. Dua ayam betina montok sibuk makan sesuatu dari piring. Ditambah dua ayam katek. Kamu tahu, kan, spesies ayam berkaki pendek dan badan mungil. Nah, itu ayam katek. Satu jago dan satu betinaーkalo aku nggak salah, dilihat dari bulu dan jenggernya.
"Itu kucing bau namanya Shuu," kata Keita dengan kebanggaan ketara yang sukar aku pahami. Shuu yang dimaksud Keita nggak lebih dari model kucing kampung hitam-putih yang kebetulan ada cemong di hidung. Nggak ada secuil pun indikasi Shuu berasal dari peranakan Persia, Anggora, atau kucing hutan.
"Dia adalah Taro. Dia sunang tidur." Lagi, Keita menunjukan wajah penuh binar bahagia saat mengenalkanku pada anjing briard cokelat muda dan hitam yang nggak sedikit pun peduli.
"Senang, bukan sunang," secara impulsif aku mengoreksi ucapan Keita.
"Ah, iya, senang. Dan..." Keita menggaruk tengkuknya, tampak gelisah. "Saya ada dengar orang Muslim anjing tidak pelihara. Tapi saya punya Taro. Kamu dapat paham saya bicara?"
Aku mengangguk. Sejujurnya kami belum pernah membahas data personalku. Mungkin Keita tahu dari CV yang aku serahkan ke Kylie. Pengetahuannya bagus juga sampai tahu topik sensitif para warga asli sini. Bikin aku bangga pada bos interlokal, otak mengalahkan yang lokal.
"Asal aku menjaga diri dari air liurnya, aku masih nggak masalah. Apa dia sering menjulurkan lidah dan menjilat orang?"
Keita menaikan kedua alisnya atas pertanyaanku, lalu beralih memandang Taro yang nggak terganggu oleh kedatangan kami. "Men-juluur-kan? Apa itu?" Tanya Keita.
Etdah ini bos Jejepangan kenapa nggak sejak tadi nanya pakai berlagak lirik Taro. "Putting its tongue out. Hanging its tongue," jawabku sembari mencontohkan yang namanya menjulurkan lidah.
Keita tersenyumーyang mana aku tebak dia menahan tawa. Dikira aku ngelawak. Aku memeragakan agar dia gampang memahami ucapanku. Seperti paham aku berubah kesal, Keita berdehem keras, lalu berkata, "Tidak. Bukan. Maksud saya, Taro jarang..." Keita sengaja memeletkan lidah dengan ekspresi lucu yang membuatku tersenyum geli. Duh, receh banget humorku. "Dia anjing malas. Taro tidak suka lari. Kamu tidak harus bawa Taro jogging."
Bagus, pekerjaanku dipermudah.
"Once in a month, Taro has schedule to go to veterinarian. Later, saya kasih kamu Taro's medical record."
Ini anjing aja punya buku catatan kesehatan? Aku saja manusia tulen hanya punya kartu anggota BPJS dan kartu anggota Hermina. Di situ saya merasa miris. Hiks.
"Di sana ayam-ayam saya. Ada lima ekorrr. Keluar dari kandang jam setengah enam. Kamu harus beri mereka makan four times in a day. Jam tujuh, jam se-puluh, jam satu, dan jam empat. Jam lima, semua ayam harus ada di kandang. Kamu mengerti?"
"Iya." Aku mengangguk sekali sambil menatap lima ekor ayam yang menguasai taman belakang. Kayaknya hidup sebagai ayam peliharaan Keita lebih makmur dari aku. Makannya empat kali sehari, sodara-sodara.
"Saya buat jadwal kamu kerja. Kamu bisa lihat kamu jadwal di kulkas."
"Oke. Jadi aku harus lihat jadwalku untuk mulai bekerja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabble
Chick-LitLulus kuliah, nyari kerja, pacaran, umur 25 tahun menikah. Sempurna! Kilau Odelia menata rencana hidupnya se-mainstream itu. Dia nggak butuh hidup muluk nemu cowok level hawt mampus yang bisa bikin wanita menggelepar. Atau anak milyuner minyak asal...