Unit satu satu, aman.
Unit satu dua, aman.
Unit satu tiga, aman.Aku tahu saat-saat seperti ini akan tiba. Aku TAHU!
"Hei, Shuu. Kamu lagi ngapain?"
Rrr, anjing bodoh. Selalu menganggu aktifitas kenegaraanku. Kalau saja dia lebih aktif menjaga wilayah kekuasaanku dari invasi manusia berambut panjang dengan wajah konyol itu, tentu aku, Kaisar Shuu Yang Agung, tidak harus turun tangan mengawasi keamanan kerajaan.
"Lagi mikir apa sih?"
"RAWR!" Aku berjengit jijik pada Taro yang mendekatkan wajah berliurnya padaku. Dasar anjing tua tak tahu bagaimana menghargai kebangsawananku. "Menjauh!" Titahku yang dilakukan Taro dengan bingung. Dia selalu saja lupa apa posisinya di kerajaanku.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Taro lagi, "kamu kangen Odie?"
"Kangen?" Aku memutar bola mata. Sejak kapan seorang kaisar yang agung perlu merindukan manusia konyol itu. Tak akan untuk seribu revolusi bumi. "Aku rasa, ya. Aku kangen manusia itu-"
"Odie," potong Taro.
"Ya, terserahlah apapun namanya." Aku naik ke atas singgasanaku, sofa empuk yang dibeli Keita bulan lalu. Warnanya merah dan sangat sesuai untuk belang kerajaan di tubuhku. Hm, selera Keita bagus juga. "Kau harus tahu, Taro. Manusia itu-"
"Odie."
"Ya, ya, ya, manusia yang bernama tadi. Dia adalah calon..."
"Calon apa?"
Permainan menyenangkan, pikirku. Taro selalu mudah ditipu. Aku menundukan kepala dari singgasanaku yang agung dan menatap mata bodoh Taro. Sangat khas anjing. Mudah dibodohi dan terlalu bersemangat.
"Kau tahu aku sedang melakukan perekrutan tipe A. Keita mengetahuinya, jadi dia memperkerjakan manusia itu-"
"Odie."
"Hei, bisa tidak memotongku bicara?!" Bentakku yang terpancing ingin mencakar hidung basah Taro. Dia beruntung karena jiwaku sebagai bangsawan terhormat melarang segala tindakan brutal selama di atas singgasana. Oh, beberapa aturan selalu bisa dilanggar olehku, tapi aku sedang tidak ingin melanggar.
"Maaf, Shuu, kupikir kau harus membiasakan memanggil Odie dan bukan 'manusia itu'," kata Taro si pemuja manusia.
"Dia sudah cukup beruntung masih dapat hidup hingga hari ini," aku mengeluarkan cakarku yang tajam nan menawan, "jika kau masih memaksaku memanggil namanya, aku bisa menggunakan cakar ini untuk menyakitinya."
"Oh, itu buruk, kawan. Kau akan membuat Odie sakit dan Keita tak akan suka."
Aku menegakan badan dan mengangkat kepala dengan pongah. Hah, Taro harus diberikan pelajaran tentang siapa yang berkuasa di sini, yaitu aku.
"Kalau begitu jaga mulutmu, Taro. Aku tak akan membagikan cerita apapun padamu," ancamku.
"Jangan begitu, kawan. Aku suka ceritamu. Lanjutkan, lanjutkan. Apa itu perekrutan tipe A? Aku sangat penasaran." Taro berputar-putar penuh semangat. Dia sangat menyukai cerita, dongeng, dan tak dipungkiri... sedikit kebohongan.
"Perekrutan tipe A. Amat sangat dirahasiakan. Aku akan merekrut seseorang untuk posisi penting kerajaan," ceritaku dengan gaya cerita lambat dan penuh penekanan agar otak lamban Taro dapat memahami setiap ucapanku.
Mata Taro membesar, lalu dia berkata, "Apa aku boleh ikut perekrutan?"
"Kau?" Eyuh! Membayangkan hidung basahnya mengganggu aktifitas kenegaraanku sudah menyebabkan kepalaku pusing. Bagaimana jika dia terus menempeliku? Aku rasa bulu-bulu cantikku akan rontok. Oh, sebentar, aku mendapat pencerahan dari Dewa Agung Kucing. Sebuah kecemerlangan telah meresap dalam otak jeniusku. "Kau diizinkan masuk ke dalam misi ini, Taro. Kau akan menjabat Kolonel Meong Kedua-"
"Aku tidak mengeong, kawan. Aku anjing. Sejak kakek buyut, kami menggonggong. Lagipula kenapa kau memberiku nomor kedua? Aku suka ketiga," koreksi Taro.
Aku berdecak sebal. Selalu saja blabla salah, selalu saja blabla memotong ucapan pentingku, selalu saja RRR aku ingin mencakar wajahnya. Rileks, Shuu, kecantikanku akan terekspos sia-sia oleh kemarahan pada Taro. Tarik napas, ingat segala isi kulkas Keita, ehm salmon iris, sosis, nugget, fishcake, baso, potongan dada ayam, oke pikiranku kembali jernih.
"Baiklah, aku akan menganugerahimu jabatan sebagai Kolonel Gonggong Ketiga Sir Taro Briard dari Kemang Selatan. Tugasmu adalah membantu Kaisar Shuu Yang Agung menjalankan perekrutan tipe A," kataku lantang dan berwibawa.
Taro girang pada penobatannya. Dia menggonggong dan berputar-putar sambil melompat. Aku selalu bangga pada kebaikan hatiku memberikan kepercayaan pada mereka yang menyedihkan.
"Futari wa shiawase da. Naniwo sitanda?" (kalian berdua senang. Apa yang sudah terjadi?) Keita datang bersama pertanyaan yang membuatku lemas. Aku terpaksa merebahkan badan karena kepalaku sakit. Seenaknya saja Keita menyebutku bahagia bersama Taro. Aku hanya memperlakukannya sebagaimana penguasa yang baik pada rakyat mereka. Taro mendekati Keita dan duduk persis di depannya. Keita yang terlalu baik hati tertawa lalu mengusap puncak kepala Taro. "Both of you, please play nicely. I have to cook our meals for lunch. Do you mind eating hamburger?"
"GUK!" Yang artinya, apapun oke, bos.
"Meong." Yang artinya, apa kau tidak bisa masak yang lain?
"I think we deal about hamburger. OK, Shuu?" Keita melempar senyum memujanya padaku. (Keita tahu selera Shuu merepotkan.)
"Ya, ya, aku akan maklumi sekali ini. Besok ganti menunya. Hamburger kurang bagus untuk diet rendah lemakku." Aku menjawab sambil meloncat turun dan berjalan ke kamar di belakang. (Dalam pendengaran Keita, Shuu mengeluarkan suara, 'meong, meong, meong, meong, meong'.)
###
11/07/2019
Siapa yg berharap dianugerahi jabatan penting kaya Taro?
Tinggal isi data diri kamuKolonel (pilih suara hewan) ke-berapa Sir/Lady ... dari ...
Contohnya:
Kolonel Kwek Kesatu Lady Bebeklucu dari SkidamarinkNanti Kaisar Shuu Yang Agung akan memilih siapa yang berhak masuk ke dalam kerajaannya di RRRumah Keita 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabble
ChickLitLulus kuliah, nyari kerja, pacaran, umur 25 tahun menikah. Sempurna! Kilau Odelia menata rencana hidupnya se-mainstream itu. Dia nggak butuh hidup muluk nemu cowok level hawt mampus yang bisa bikin wanita menggelepar. Atau anak milyuner minyak asal...