^Rencana^

34 12 2
                                    


Teeettt....teettt...

Bel sekolah berbunyi pukul tujuh tepat, tanda pelajaran pertama akan segera dimulai.

Ara tak pernah terlambat setiap pagi, dan sama seperti hari biasanya kini ia sedang duduk bersama temannya Putri, karna Ani belum datang. Padahal sudah bel.

Ani: Ra, bantuin gue dong, masa gue dihukum gak boleh masuk sama satpam nih.

Sebuah pesan singkat Whatsapp dari Ani seketika membuat Ara melotot, karnanya Ani memang sering terlambat tapi tak pernah ketahuan jadi ia tidak pernah mendapat hukuman, tapi kali ini berbeda, Ani dihukum.

Ara: Kok bisa sampe dihukum sih?

Ani: Udah tolongin gue dulu nanti gue ceritain dikelas.

Ara memutar bola matanya malas, karena kasihan dengan sahabatnya akhirnya ia berjalan keluar menuju pintu gerbang.

Pintu gerbang tertutup rapat, tak ada satpam satu pun yang menjaga gerbang. Lalu Ara mengintip ke bagian celah pagar, ketika matanya baru saja sampai ke ujung celah ia melihat mata seseorang lagi dari sana yang sedang mengintip juga.

Ara mundur beberapa langkah, ia kaget dengan apa yang ia lihat barusan.

"Aduh mata siapa sih itu, kaget gue."

Pintu gerbang masih dalam keadaan tertutup, lalu Ara memberanikan diri mengintip lagi dicelah yang sama tapi kali ini ia menjaga jarak matanya dengan celah.

Ia melihat Ani yang tampak kelelahan, menjalani hukuman. Kedua tangannya menyentuh bagian telinganya dan sebelah kakinya mengangkat. Karena tubuh Ani yang sedikit gemuk membuatnya selalu saja tak bisa mengimbangi badannya dengan satu kakinya dan sering kali kakinya terjatuh. Seperti itu lah sedari tadi Ani melakukannya.

Dreeenggg....

Pintu gerbang terbuka, Ara masih tertawa dengan kegiatan Ani sehingga membuatnya tak sadar kalau gerbangnya sudah terbuka.

Ara melihat ada tubuh seseorang yang tepat berada didepannya, dengan berani ia menengok keatas sambil membenarkan posisi berdirinya yang semula masih dalam keadaan rukuk.

"Hendi ?" 

"Kamu lagi apa kok ketawa sendiri disini ?"

"Emm..gak kok gak lagi apa-apa," Ara menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian menengok Ani yang sedang melambaikan tangannya dengan cengiran kudanya.

Ara berdecak kesal. " Uh tadi katanya suruh bantuin, sekarang malah ditinggal." Umpat Ara yang menunjukkan ekspresi kesalnya.

"Kamu ngomong apa Ra, aku gak kedengeran." Ucap Hendi tiba-tiba yang mendengar umpatan Ara.

"...emm gak ada kok, aku duluan ya Hen..bye." Ara pergi dan meninggalkan Hendi sendiri yang masih bingung sendiri.

***

"Aniiii.....!!!" 💢💢

Seketika Ani menengok kebelakang yang mendapati Ara sedang menggebu-gebu marahnya.

Ani menoleh dan mendapati Ara sedang mencapai puncak marahnya.
Ani mulai cengir kuda dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Ara menghampiri Ani, dan saat langkahnya tinggal sedikit lagi, " Hehe..maaf Ra, maaf. Sebenarnya bukan begitu maksud gue."

"Lo kenapa gak ada di depan, katanya lo dihukum ?" Tanya Ara yang masih dalam keadaan kesal.

"Iya Ra maaf deh.., tadi itu ada Kevin yang lagi mau keluar gerbang, nah terus gue diajak masuk deh sama dia dan itu kan kesempatan gue. Ya abisnya lo lama sih datangnya."

Ara berfikir, sebenarnya ada benarnya juga sih. Tadi ia malah menertawakan Ani yang sedang menjalani hukuman.

"Tapi tadi gue didepan gerbang kok liatin lo dihukum, tapi gue gak liat ada Kevin disana."

"Iya gue juga liat lo, lagi ketawa-ketawa kan ?" Tanya Ani sambil memicingkan matanya.

"Hehe..lagi lo lucu dihukumnya,"

"Temen lagi susah malah diketawain." Decak Ani sambil melangkag menuju kursinya.

Ara hanya mengikuti langkah Ani menuju kursinya juga.

"Tadi pas pagar dibuka, Kevin lewat dan nyamperin gue,"

"Ooh..pantesan gue gak liat, tadi ada yang menghalangi pandangan gue," Ucap Ara kesal.

"Siapa?, Hendi?"

Ara hanya mengangguk lesu.

"Lo masih kesal ya sama dia?" Ara tak menggubris ucapan Ani, ia malah terlamun dalam lamunannya semalam.

Lama hening tak ada suara, hanya kegaduhan kelas dipagi hari yang mengisi keheningan.

"Eh Ni, nanti antar gue ke Rumah sakit lagi yak,"

Ara merubah posisi duduknya dan menghadapkan tubuhnya kearah Ani.

"Mau ngapain?" Tanya Ani singkat.

"Mau melakukan penyelidikan." Ucap Ara mantap sambil menjunjung tinggi jari telunjuknya keatas dan ekspresi wajah yang seperti Bung Tomo.

Prokk..prookk..prok..

"Salut gue Ra, segitunya ya lo mau tau siapa cewek itu,"

Ara mengangguk mantap. 
"Gue suka heran sama lo deh, sukap lo berubah-ubah terus. Tadi kesel, sedih, lesu, eh tiba-tiba sekarang lo seneng banget kayak habis dapat hujan duit aja."

"Hehehe.., ya udah deh ya lo pokoknya nanti temenin gue, oke." Ara dengan jempolnya yang menancap tepat didepan wajah Ani.

Ani menggangguk mengerti, "Emm."

"Gue bakal cari tahu semuanya dengan sangat-sangat jelas." Harapnya dengan kedua tangannya mengepal dan matanya yang berbinar.

"Drama banget lo," Ucap Ani yang langsung membuat Ara menoleh sambil memicingkan matanya.

"Ngomong apa lo barusan, gue gak punya masalah gangguan telinga loh." Ucap Ara memperingati.

"Enggak gue lagi baca teks drama di buku paket Bahasa Indonesia kok." Ani mengeles dengan lesan yang tak masuk akal.

"Jangan ganggu lamunan gue lagi yak, kalo mau baca pelan-pelan aja."

"Iye, Markonah bawel." Ani langsung pergi meninggalkan Ara yang sedang memulai lamunannya lagi.

Dan seketika Ara menoleh denfan ekspresi wajah yang lebih-lebih dari tadi.

Karena merasa Ani mengejeknya dan sekarang Ani pun pergi berlari menyusul Ani yang sudah lumayan jauh darinya.

"Eh tadi lo ngomong apa lagi Ani..gue masih bisa denger loh..!!" Ani tak memperdulikan ucapan Ara,ia terus berlari kecil.

🕊🕊🕊

Maybe Not You (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang