^Tunangan^

30 6 0
                                    

Ara merebahkan badannya di atas ranjangnya. Lelah rasanya hari ini, merayakan ulang tahunnya bersama keluarganya. Di tambah lagi ulang tahunnya kali ini yang ke tujuh belas tahun ada kakak laki-lakinya yang setia menemaninya sampai di penghujung acara.

Pukul satu dini hari, yah saat ini waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Ara melihat sesuatu di bawah bantalnya.

"Ini apa ya?" Ara mengambil benda tersebut, yang ternyata adalah amplop yang sebelumnya di titipkan Hendi kepada Mamahnya untuk dirinya.
"Oh iya, kemarin kan belum gue liat isinya," Ara bangkit, dan mulai merubah posisinya menjadi duduk.

Karena penasaran, Ara membuka isi amplop coklat tersebut.

Ceklekk...

Ada yang datang, Ara memasukkan kembali benda yang ada di dalam amplop.

"Abang? ngapain?" tanya Ara. Ternyata itu adalah Rhyco.

"Belum tidur?" Ara hanya menggeleng. Rhyco memasuki kamar Ara.

"Itu apa?" tanya Rhyco lagi. Ara hanya mengangkat bahunya secara bersamaan yang artinya itu isyarat bahwa ia tidak tahu.

"Kok bisa gak tahu?"

"Kan belum Ara lihat," jawab Ara singkat.

"Coba sini gue lihat,"

"Nih," Ara memberikannya tanpa ragu.

"Gue liatnya di kamar aja ya, lo tidur sudah malam," Ucap Rhyco yang sudah mulai berjalan keluar dari kamar Ara.

"Sudah pagi kali ini. Lah itu Ara mau lihat isinya, Ara belum lihat Bang Ako,"

"Rhyco!. Ako, Ako. Siapa? jangan-jangan abang-abang tukang bakso lo panggil ya?"

Ara menyengir kuda. "Hehe...kan biar cute gitu Bang, jadinya Ako,"

"Dih geli gue, terus si Niko lo mau ganti apa namanya?"

Ara berfikir. "Emm...Iko aja lah bagus juga. Kenapa emang?"

"Namanya jelek. Ya sudah ini lo bisa lihat besok saja, eh ngomong-ngomong si Niko kayaknya suka tuh sama lo Ra," ucap Rhyco sambil menutup pintu kamar Ara.

"Hah!... apa Bang? gak kedengeran Ara," ucap Ara sedikit berteriak.

Rhyco yang mendengar ada tambahan suara lagi dari dalam kamar kemudian membuka lagi pintunya sedikit.

"Gak ada REPLAY, siapa suruh BUDEK!" Rhyco menutup kembali pintunya. Ia menekan kan ucapannya pada kalimat yang akan menyinggung Ara.

"Ih Abang ngeselin, rese. Ara gak kedengeran Bang, bukannya BUDEKKK!" Ara menekankan kata 'Budek' agar Rhyco mendengarnya.

"Sama aja," ucap Rhyco dari luar kamar.

"Ih rese banget," Ara melempar bantalnya ke arah pintu kamarnya.

"Jangan di lempar-lempar! gue gak mau ngambilin. Males," ucap Rhyco lagi dari arah kamarnya yang berada di samping kiri dari kamarnya dan kamar Tari berada di sebelah kanan dari kamarnya.

Maybe Not You (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang