^Abang rese^

30 7 0
                                    


Ara pulang ke rumah dengan langkah gontai, mungkin ini adalah hari terakhirnya bisa berbicara langsung dengan Hendi, tak tahu lagi kapan ia akan bisa berinteraksi bebas seperti dulu.

"Kayak gue kenal nih motor," ucap Ara saat melihat moge berwarna merah terparkir didepan rumahnya.

Ara kembali berjalan kearah pintu rumahnya, ia menghiraukan moge itu sejenak. Pintu rumahnya terbuka, tidak biasanya seperti ini. Jika pintu rumah terbuka biasanya rumahnya sedang kedatangan tamu, tapi siapa?.

"Emm...ini kan..." Ara berfikir dengan mengetuk-ngetukkan jari telunjukknya dibibirnya. "Oh iya gue inget, ini kan sepatunya Abang. Hemm...Abang pulang ya,"

Ara berjalan lagi memasuki rumahnya dengan tak merasakan kecurigaan apapun.

"Eh, tunggu tunggu," Ara menghentikan langkahnya. "Itu sepatu Abang? lah Abang ada di rumah? Abang? di rumah?" Ara menahan rasa ingin teriaknya karena senangnya.

"Aaabaaangggggg!!!..." Teriak Ara tanpa berfikir panjang langsung berlari menghampiri Abangnya.

Rhyco menoleh kebelakang saat tengah asyik memakan cemilan sambil menuju kekamarnya. Tiba-tiba,

Duuggg...

Cemilan yang ada dalam genggaman Rhyco terlempar dan berhamburan akibat mendapatkan pelukan tak di duga-duga dari belakang yang tidak lain dan tidak bukan pelakunya adalah, iya adiknya sendiri Ara.

Uhuukk...uhukk...

Rhyco memberi kode Ara dengan memperagakan gerakan meminta minum karena ia tersedak.

"Eh bang, bang maaf gak sengaja lo kenapa jadi bengek gini. Tunggu tunggu deh gue ambilin minum," Ara berlari kearah dapur untuk mengambil segelas air untuk diminum Rhyco.

Rhyco tersenyum-senyum sambil masih terbatuk-batuk. Tak butuh waktu lama bagi Ara, ia dengan membawa segelas besar air putih digenggamannya ia berlari kecil agar cepat sampai.

"Bang, bang nih minum dulu. Yang banyak aku bawain yang besar gelasnya," Tangan Ara yang sedang menggenggam air itu bergerak kearah mulut Rhyco bermaksud ingin membantu Rhyco minum.

"Eett...eeitt...eitt...lepas Abang bisa sendiri kok," Ucap Rhyco sambil mengambil gelas dari genggaman Ara.

Rhyco menenggak habis air itu. "Lah kok tadi gak batuk?" tanya Ara.

"Ya...kan udah minum, jadi gak batuk lagi," jawab Rhyco.

"Ngeles aja bisanya," ucap Ara pelan.

"Abang masih punya kuping loh," ucap Rhyco sambil bangkit membereskan cemilannya yang tumpah tadi.

Ara kaget, ternyata Abangnya mendengar ucapannya. "Eh bang, bang sini biar Ara aja yang beresin kan Ara yang jatohin tadi,"

Rhyco menaikkan sebelah alisnya, "Lo gak liat tadi siapa yang jatohin?" tanya Rhyco singkat.

"Ya...liat sih Abang yang jatohin. Ta..tapi kan Ara yang nabrak Abang tadi,"

"Yaudah sini bantuin aja, biar cepet selesai,"

"Galak amat jadi Abang, Aba ngnya siapa tau gak kenal gue," ucap Ara sambil membalikkan badannya kearah belakang agar tak didengar.

"Ya Abang lo lah, Abang siapa lagi. Masa gak diakuin jahat banget," ucap Rhyco dengan masih memunguti cemilannya.

"Yaampun bang, kuping lo tajam banget sih. Ara ngomongnya pelan juga masih...aja denger, besok priksa tuh kuping," ucap Ara yang bergerak membantu Rhyco.

Rhyco menghentikan gerakan tangannya memunguti cemilan. "Gue heran sama adek sendiri, gue kan gak bolot ya...kenapa gue yang harus priksa. Ada juga lo tuh Ra, yang dipriksa banyak kotoran sapinya tuh didalemnya," Rhyco tertawa puas meledek.

"Bodo amat bang, nih udah selesai. Taro sendiri," Ara menyerahkan toples cemilannya dan beranjak pergi kekamar.

"Lah kok cepet, lagi ngambek ya...cie yang ngambek," Rhyco masih saja usil.

"Bodo bang...kesel Ara sama Abang," Ara menutup pintu kamarnya.

"Eh Tari kemana? Abang mau ngajak dia ketaman,"

Tak ada jawaban.

"Woi, Ra. Tari kemana?" ucap Rhyco lagi.

"GAK TAU...!!!" ucap Ara singkat.

"Yah kok gak tau sih, yaudah deh Abang pergi sendiri aja."

"Abang masa ngajaknya Tari doang aku gak diajak," ucap Ara dari dalam kamar.

"Lah kan lo lagi ngambek kan? masa gue ngajak orang ngambekkan, tar ribet dijalan,"

"Gak deh bang ya aku ikut ya, aku bosen nih di rumah terus," ucap Ara yang tiba-tiba saja mengintip dari balik pintu kamarnya sambil senyum-senyum.

"Dih malah senyum-senyum, mau ikut kagak? gue tinggal nih, satu...dua..."

"Eh iya bang tunggu napa sabar,"

"Lo mau ngapain?" ucap Rhyco yang melihat Ara terburu-buru.

"Ya mau ikut lah. Kan diajak tadi," ucap Ara polos.

"Ganti baju sono, masih pakek seragam juga. Ya kali gue mau jalan sama bocah," Ucap Rhyco meledek.

"Woi bang, lama-lama lo ngeselin ya. Gue bukan bocah kali, lo makan apaan sih disana pulang-pulang jadi ngeselin gini. Iya gue ganti baju, jangan ditinggal ya. Awas aja ditinggal gue gorok lu,"

"Sadis amat lo, yaudah cepet,"

***

"Bang mau kemana sih?" tanya Ara, yang duduk dibelakang Rhyco.

"Jangan bawel deh, apa lo mau gue turunin,"

"Eh iya deh," Ara pasrah.

SPESIALIS THT

"Lah bang, kok kesini?" tanya Ara.

"Mau priksa kuping," jawab Rhyco singkat.

"Dih, beneran? lo kan gak budek, kenapa dipriksa?"

"Bukan gue yang dipriksa?"

"Terus?"

"Adek gue," ucap Rhyco.

"Adek Abang?, Tari? tapi kan gak mungkin, apa jangan-jangan gue?"

"Ayo, lo mau ikut apa gak?" ucap Rhyco yang sudah jauh dari Ara.

Ara menoleh, menghentikan pemikirannya. "Eh iya bang, duluan aja, tar Ara lari,"

Rhyco benar-benar meninggalkan Ara. "Astaga, dasar Abang gak peka," ucap Ara mengumpat.

"Gue masih denger!" ucap Rhyco yang masih berjalan.

Mau tidak mau Ara harus mengikuti langkah Rhyco, masuk kedalam Klinik THT. Lebih tepatnya ia berlari menghampiri Rhyco.

CLOSE...

Tulisan itu terpajang didepan pintu kaca klinik.

"Permisi," ucap Rhyco.

"Si Abang kayak dimana aja, di Klinik aja bilang permisi," ucap Ara dalam hati, agar tak terdengar.

"Hay bro, udah lama kita gak ketemu. Apa kabar lo?" ucap seorang pria yang terlihat masih lebih muda dari Rhyco.

***
SH

Maybe Not You (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang