^Tulis tangan^

28 11 0
                                    

Kabar bahwa Mita terkena penyakit Amnesia baru Hendi ketahui setelah Mita sadar dari komanya.

Kini Mita sedang salam proses penyembuhan dengan cara terapi.

Dua bulan telah berlalu setelah kepergian Tono, Cita belum berani memberi tahu dimana Ayahnya itu. Jika ditanya Mita tentang Ayahnya, Citra hanya menjawab bahwa Ayahnya sedang kerja keluar negeri.

Citra takut jika memberi tahu Mita saat ini, itu justru akan berdampak buruk untuk kesembuhannya.

Hendi tak menyangka sama sekali bahwa kecelakaan itu berakibat sangat buruk bagi keluarga Mita. Apa lagi sekarang Mita sama sekali tidak mengenal dirinya, dia hanya ingat dengan kedua orang tuanya saja.

"Hendi?" Panggil Citra dengan suara pelan yang saat ini sedang bersama Hendi yang tengah diam melihat Mita yang sedang dalam masa terapi.

Hendi menoleh melihat citra. "Iya Bun, kenapa?"

"Maafin Bunda ya, karena Bunda baru ngasih tau kamu sekarang tentang kondisi Mita," Ucap Citra yang berusaha menahan air matanya.

Hendi tersenyum dan tanpa berfikir panjang memeluk Citra untuk menenangkan. "Iya gak pa-pa Bun, yang penting kan Bunda gak lupa ngasih tau aku. Bunda yang sabar ya,"

"Emm...iya. Oh iya Hen, kemarin sebelum Mita keluar dari rumah sakit yang lama dia pernah nulis sesuatu tentang janji sama kamu. Apa Bunda boleh tau maksudnya apa, memangnya ada janji apa kamu sama Mita?"

***

Mengapa Bunda bertanya demikian ya, apa maksud Bunda? fikir Hendi dalam hati setelah tadi mengantarkan Bunda Citra melihat terapinya Mita.

Entahlah, mungkin Bunda hanya ingin tahu saja. Lagipula selama ini Bunda tak mengetahui jika gue dan Mita memiliki janji dimasa kecil.

"Oh iya tadi kan dikasih kertas sama Bunda, mana ya tadi gue taro dimana?" Hendi terdiam memikirkan dimana kertasnya. "Oh iya gue inget," Hendi dengan langkah cepatnya beranjak dari duduknya dan langsung mengambil kertas diatas meja belajarnya.

Dengan perlahan ia membuka lipatan kertas, perlahan mulai terlihat tulisan tangan Mita dan semakin jelas setelah Hendi selesai membuka lipatan demi lipatan yang ada pada kertas.

Hendi tak segera membaca isi dari kertas yang ditulis tangan Mita, saat melihat tulusan Mita ia teringat dulu ketika ia dan Mita sewaktu kecil belajar menulis bersama.

"Hen, ajarin aku nulis nama aku dong! masa kamu udah bisa aku belum sih," rengek seorang gadis kecil berbaju pink yang memakai bando kelinci itu.

Hendi menoleh kearah Mita, ia sedang menggambar seorang super hero kesukaanya.

"Iya sebentar dong Ta, aku lagi bikin ini sebentar yah," Hendi seperti enggan memberitahukan apa yang sedang ia buat.

Karena penasaran Mita pun melihat gambaran Hendi tanpa sepengetahuan Hendi.

Mita terlihat menahan tawanya dengan menutup mulut mungilnya rapat-rapat,"Hendi kamu buat apaan? kok warnanya hijau semua gak pake baju lagi," Mita masih saja tertawa.

Hendi yang merasa ada seseorang yang melihat karyanya diejek pun terlihat marah tetapi setelah melihat Mita tertawa bahagia ia malah ikut terbahak.

"Ini tuh Hulk tau, dia tuh super hero . Aku suka sama dia Ta, karena warna dia beda dari yang lain," akhirnya mereka tertawa bersama."Yaudah yuk aku ajarin kamu nulis nama kamu,"

"Yeeyy...aku diajarin nulis sama Hulk," Mereka berdua kembali tertawa.

Hendi tertawa kecil kembali dalam dunia nyatanya kini, setelah mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Mungkin Mita akan lupa tapi dirinya tidak.

Dirinya kini terfokus kembali dengan kertas digenggamannya, ia mulai membaca dan terlarut dalam tulis tangan itu.

Dalam setiap hari yang aku jalani, selama aku hidup penuh perjuangan. Aku tak henti-hentinya berharap moga kau ada dalam kehidupanku dimasa mendatang.

Aku berharap semoga kau bahagia. Awalnya memang aku menginginkan kau bahagia denganku. Tapi ternyata aku salah, bahagiamu kini bukanlah aku melainkan dia.

Tapi aku senang karena aku pernah menjadi alasan kau bahagia, walau hanya sesaat.

Aku melupakan janji yang aku utarakan kepadamu dahulu sejenak. Ketika ku tahu bahwa hatimu telah terisi dengan cintamu.

Aku melupakan janji itu yang sebenarnya aku menginginkannya terjadi. Tapi itu tak akan mungkin. Aku tak ingin melihatmu bersedih saat aku pergi nanti.

Aku melupakan janjiku sejenak, karena aku tak ingin melihatmu bersedih. Aku tak benar-benar melupakan janji itu.

Aku melupakan janji ketika aku meminta dirimu agar menjadi pendampingku saat kitaa sudah dewasa tapi kini aku sadar, aku tidak boleh egous umurku sudah tak banyak lagi didunia kalau aku pergi nanti kamu dengan siapa?.

Ara, kupercayakan Hendi sepenuhnya kepadamu, bahagiakan lah dia demi aku. Aku tak pernah meminta apapun lagi setelah ini kepadamu.

Terimakasih sudah datang dalam kehindupan sahabatku Hendi. Karena kamu ada, kini kau menjadi alasan mengapa Hendi bahagia.

Mita.


Hendi tak sanggup lagi menahan air matanya yang sejak tadi ingin tumpah, setelah membaca isi dari tulisan Mita, Hendi merasa begutu bodoh.

Hendi merasa tidak berhasil menjadi teman sekaligus sahabat yang baik untuk Mita. Bahkan ia pun tak tahu apa yang diinginkan Mita.

"Gue bodoh banget sih, kenapa gue gak peka. Sadar Ndi, sadar. Mita itu masih berharap sama lo tapi lo cuek dan lo gak mikirin perasaan dia, hebat lo Ndi hebat," Hendi sangat fruatasi ia tak bisa mengambil jalan keluar.

Disatu sisi ia masih memiliki Ara sebagai pacarnya kini dan disisi lain ada sahabatnya yang masih mengharapkan janji itu ia tepati.

"Gue harus ketemu Ara," ucap Hendi seraya bergegas pergi.

***
SH







Maybe Not You (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang