^Fernando Niko^

20 8 0
                                    

"Hay bro, udah lama kita gak ketemu. Apa kabar lo?" ucap seorang pria yang terlihat masih lebih muda dari Rhyco.


"Baik gue, gimana lancar kan lo kuliah disana. Wih...sekarang udah jadi dokter aja,"

"Haha...bisa aja lo, bukan dokter ini masih dibawahnya dokter,"

"Bang ini siapa?" tanya Ara sambil menarik-narik baju Rhyco.

"Diem dulu napa, jangan ditarik-tarik, nanti gue kenalin tenang aja," ucap Rhyco.

"Oke," jawab Ara singkat.

"Ayo, ayo duduk dulu. Udah lama kan kita gak ngobrol-ngobrol, kapan balik dari sana?"

"Tadi pagi, belum lama juga," ucap Rhyco yang duduk disofa diikuti Ara.

"Oh iya, ini siapa? cewek lo?"

Ara terkejut, mana mungkin ia memiliki pacar rese macam abangnya ini. Yang mau jadi ceweknya juga milih-milih kali.

"Oh ini, bukan dih ogah banget gue punya cewek cempreng kayak dia. Ini adik gue, Ara namanya," Rhyco tersenyum memperkenalkan Adiknya kepada teman lamanya.

"Halo nama gue Fernando Niko, lo bebas panggil gue apa aja. Asalkan jangan kayak abang lo masa gue dipanggil boncel," menampakkan ekspresi wajah datarnya sambil memberikan tangannya untuk berjabat tangan.

Ara tak membalas jabatan tangan Niko, ia hanya tersenyum manis dan mengatakan, "Oh iya, nama saya Ara Fatwa Muiz, biasa dipanggil Ara. Salam kenal kakak,"

Niko menarik ulurkan jabatan tangannya. "Namanya bagus,"

Seketika Niko mendapatkan hantaman keras dari Rhyco, ia memukul paha Niko. "Jangan macem-macem lo, ada abangnya nih. Dasar Boncel,"

Ara tertawa melihat kelucuan mereka berdua, yang menyebabkan Rhyco dan Niko melihat Ara dengan keheranan.

***

"Bang lo kok gak pernah ngomong sih, kalo lo punya temen cakep kayak kak Niko?"

"Lah ngapain gue bilang-bilang harus izin ke lo dulu, malas banget. Nanti yang ada lo suka,"

"Hehe...sih Abang bisa aja," Ara menyikut lengan Rhyco.

"Makan yuk," ucap Rhyco.

"Hah apa? lo gak salah ngomong kan bang?"

"Mau gak? kalo gak mau ya udah gak jadi, irit duit gue,"

"Lah, kok gitu. Kan aku belum jawab mau apa gak,"

"Yaudah sekarang mau apa gak?"

"Iya deh mau," jawab Ara singkat.

"Ayok cepetan naik, keburu hujan ini. Langitnya sudah gelap,"

"Oke Abang,"

***



Rhyco memarkirkan mogenya didepan warung pecel lele, ia sengaja tak membawa Ara ke restoran atau ke kafe. Menurutnya itu sudah terlalu biasa.

Ara pun tak protes sama sekali, ia malah terlihat senang ketika Rhyco memarkirkan motornya tepat di depan warung pecel lele.

"Lo gak malu kan makan disini?" tanya Rhyco.

Maybe Not You (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang