prologue

7.5K 589 69
                                    

Gadis itu merapatkan cardigan abu-abu miliknya.

Sedikit mengurangi rasa dingin yang menusuk pori-pori kulitnya.

Penutup kepala gadis itu sedikit berantakan terkena angin sore.

Ia melangkah, memasuki bangunan bercat putih dengan bagian atap yang berbentuk setengah lingakaran, di atas bangunan tertancap sebuah tulisan arab.

Seoul central mosque, tempat biasa gadis itu berkunjung setiap hari jum'at, entah itu hanya untuk bertemu dengan teman sesama muslim ataupun melakukan ritual agamanya.

Warga muslim memang warga minoritas di Korea. Perbedaan yang sangat jelas terlihat jika membandingkan gadis itu dengan gadis Korea lainya.

Gadis dengan penutup kepala serta baju yang sangat tertutup dan sedikit longgar, menjadikan gadis itu pusat perhatian jika sedang berada di sebuah jalan atau halte bus di Korea.

Perbedaan yang ada dalam diri kita tidak seharusnya menjadi penghalang bagi kita untuk bersatu. Setidaknya, Itulah prinsip yang gadis itu pegang.

---

Kulangkahkan kakiku keluar dari bangunan ini menuju halte bus terdekat. Kuangkat sedikit tumpukan buku-buku ditanganku yang sedikit merosot.

Aku ingat, aku sudah mempunyai janji dengan temanku untuk mengerjakan beberapa tugas dari dosen di sebuah restoran cepat saji sore ini.

Tak banyak orang yang menunggu di halte bus yang terletak tepat di depan sebuah cafe sore ini, Hanya dua orang Ahjumma yang sepertinya sedang mengobrol serius dengan kantong belanjaan ditangan mereka. (Bibi)

Tak berselang lama, bus yang kami tunggu tiba. Cepat-cepat kulangkahkan kakiku memasuki bus.

Aku duduk didekat jendela, memandang serius jalanan kota Seoul yang sedikit basah terkena air hujan.

Sepuluh menit berlalu, bus berhenti. Aku berjalan keluar bus, beberapa orang yang duduk di bus ini sedikit mengalihkan pandangan nya padaku. Mungkin, sedikit aneh melihat gadis dengan penutup kepala berada di antara mereka.

Sedikit terburu-buru kumasuki restoran yang nampak terkesan elegan terkena sorotan lampu yang memancarkan warna kuning keemasan menghiasi setiap sudut ruangan dan terlihat beberapa tempat reservasi di pojok restoran. sepertinya restoran ini sepi, hanya ada beberapa orang disini.

Kusegerakan menghampiri temanku yang berada tidak jauh dari tempatku berdiri.

Kulihat ia membelakangiku, lalu saat kusentuh pundaknya ia sedikit terlonjak kaget. sepertinya ia sedang melamun.

"Ya, Kau datang juga akhirnya," ucapnya dengan tatapan tajam kearahku.

"Ah, mian. aku terlambat, sedikit ada keperluan tadi." ucapku dengan nada menyesal. (Maaf)

Ia tersenyum "baiklah, kau kumaafkan kali ini."

Segera kududukan diriku di kursi tepat di depannya lalu kubuka satu dari buku - buku yang kubawa

Oke,aku siap berperang dengan buku-buku ini sekarang.

---

Sekitar dua jam sudah aku dan temanku berkutat dengan setumpuk buku di depanku.

Dapat kulihat raut lelah menghiasi wajahnya. Kasihan sekali.

"Sebagai perminta maafku karna terlambat tadi akan kubayar semua ini, kau tunggulah disini." ucapku lalu kulihat ia mengangguk dengan senyum mengembang di wajahnya.

Karena terlalu terburu buru, tanpa sengaja aku menabrak seseorang di depan, "Jweisonghamnida tuan, aku tak sengaja." Kutundukan badanku serta wajahku menghindari kontak mata dengannya. sekilas kulihat orang ini memakai masker serta topi hitam menutupi wajahnya. (Mohon maaf)

Sepertinya ia tak mendengar ucapanku, terbukti saat dia tak menjawab dan terus berada di hadapanku.

Ada apa dengannya?

tanpa berkata banyak, aku langsung berjalan menghampiri meja kasir.

---
"Aku datang!" Seruku saat kumasuki sebuah flowers shop milik ibu angkatku.

"Kau sudah datang rupanya, baiklah kau mandi saja dulu setelah itu bantulah aku untuk merangkai bunga-bunga ini" ucap seorang wanita paruh baya yang sudah kuanggap ibuku ini.

Kunaiki tangga yang menghubungkan lantai dua rumah ini. tepatnya, kamarku yang berada di lantai atas.

Kuganti penutup kepalaku dengan yang sedikit lebih simple, sepertinya ada yang berbeda dan- "ah! Headpiece matahariku dimana dia? apakah aku menjatuhkan nya tadi?" Ucapku terpelonjak kaget.

Sungguh, headpiece pemberian ibuku satu satunya telah hilang, aku ingin menangis saja sekarang.

Bukan, bukan ibu angkat yang tadi kumaksud, tapi ini benar-benar ibuku. Ibuku yang berada di Indonesia.

Tuhan, siapapun yang menemukan nya tolong beritahu dia aku ingin benda itu kembali padaku.

Kuharap waktu dapat mempertemukanku kembali pada orang itu. Semoga.

To be continued...

Hello im new be in here! Please be my friend army.

Sorry, banyak kesalahannya. But, baru belajar.

Please vote and comment~

Love,
Jsa.

Different | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang