Twice

2K 205 50
                                    

[Dibutuhkan segera jasa spam komen di chapter ini~]

Mobil itu terus melaju lambat. Seperti sebuah gesekan ban mobil dan jalanan yang licin samar-samar terdengar.

Setelah tadi Haura sempat meminta berhenti sebentar, Berhenti di sebuah pusat perbelanjaan yang sempat mereka lewati.

Saat Taehyung bertanya apakah gadis itu akan berbelanja telebih dahulu, Haura langsung menggeleng dan berkata tidak.

Ia mengatakan akan menunaikan ritual yang selama ini ia jalani, biasanya orang-orang seperti Haura akan mengatakannya sebagai ritual 'sholat'.

Memang, biasanya di pusat perbelanjaan tertentu terdapat sebuah mushola kecil untuk kaum muslim di korea selatan guna menunaikan ibadah yang mereka wajib jalani.

Awalnya Taehyung ingin pergi bersamanya untuk sekedar menemani. Namun, watak Haura yang tak mau merepotkan orang lain dengan cepat menolak permintaan Taehyung dan berkata bahwa lelaki itu hanya perlu menunggu di dalam mobil saja.

Taehyung menurut, ia juga berpikir keadaanya akan sangat kacau jika orang-orang melihatnya berkeliaran.

Tak sampai waktu dua puluh menit, Haura kembali. Dengan wajah yang kelihatan lebih segar dan memancarkan aura berbeda.

Penutup kepalanya basah dibeberapa bagian. Tentu, Taehyung sempat khawatir jika gadis itu akan kedinginan. Namun, saat ditanya, Haura hanya tersenyum lalu berkata ia baik-baik saja dan meminta lelaki itu untuk tak khawatir.

Perjalanan mereka segera saja dilanjutkan. Taehyung memutar stir kearah selatan, menuju jalanan lengang dengan salju-salju yang terlihat menimbulkan bekas ban mobil yang baru saja melewatinya.

Langitnya sudah penuh oleh warna hitam, matahari sudah sepenuhnya mengistirahatkan dirinya.

Keadaan dimobil terbilang canggung. Si gadis yang memang tak ingin memulai kontak mata hanya diam sedari tadi. Sesekali ia akan memandang ke jendela sebelahnya. Lalu, ketika bosan ia akan menunduk dan memainkan jarinya tanpa mengucapkan kata-kata apapun.

Sebenarnya, awalnya Haura memang tak berniat memenuhi permintaan lelaki di sampingnya untuk ikut. Terlebih hanya berdua dan dengan keadaan dirinya yang belum pamit pada nyonya Kang.

Ia sedikit risih berduaan saja dengan laki-laki di dalam mobil. Sungguh, jika gadis itu jujur, ia akan mengatakan ini pertama kalinya dalam seumur hidup. Ayahnya yang berada di Indonesia pasti akan sedikit kecewa pada sikap anak gadisnya ini.

Sang gadis itu sendiri barangkali sudah menghela napasnya berulang kali. Ia tahu sikapnya sudah salah. Namun, untuk beberapa alasan yang tidak ia ketahui, Haura tidak bisa mengucapkan kata tidak pada ajakan Taehyung sore tadi.

Ada rasa yang mendorongnya untuk mengatakan iya dan memenuhi permintaan lelaki itu.

Sambil terus menjaga jarak dan menutup mulutnya sebisa mungkin, Haura barangkali akan menggeser tubuhnya lebih rapat lagi ke sudut jendela jika saja sebuah suara berhasil membuatnya sedikit terkejut.

"Haura, kenapa?"

Taehyung mengalihkan pandang menatap gadis itu. Sedikit ada rasa takut kalau-kalau sang gadis merasa sangat tertekan berada di dekatnya.

"Tidak apa-apa, Kim," Haura menjawab, suaranya terdengar lemah.

Entah kenapa, akhir-akhir ini Taehyung mulai menyukai jika Haura memanggilnya dengan nama marganya saja. Itu sedikit membuatnya merasa istimewa.

"Kau yakin? Benar begitu?" tanya lelaki itu sekali lagi.

"Eum, sebenarnya aku belum menghubungi ibuku hari ini kalau aku akan pulang terlambat. Tadi sebelum pergi aku sempat mengatakan padanya bahwa aku hanya sebentar dan akan pulang sebelum senja," tutur Haura akhirnya.

Different | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang