Sekarang dengarkan ucapanku. Mereka, kau, dan aku, sama sama tercipta oleh hasil tangan Tuhan. Dia tidak akan membedakan apapun. Jika mereka kau sebut indah. Bukankah itu berarti tidak ada perbedaan antara kau dengan mereka, Haura-ssi.
Semuanya terdengar jelas. Bahkan itu bukan sebuah pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan yang mampu membuat sudut bibir gadis itu sedikit terangkat. Mampu menciptakan desir aneh disekujur tubuh bahkan rona pipi yang barangkali tercipta antara udara yang sangat dingin atau bahkan karena perkataan lelaki itu.
Tak bisa menampik bahwa degup jantungnya memompa lebih cepat, berdesir asing hingga membuat irisnya mengunci pada lekuk wajah sang idol.
Tidak ada kalimat yang terdengar setelahnya, suara binatang malam semakin mendominasi. Taehyung barangkali sama-sama mengunci pandang pada mata sang gadis.
Namun itu terjadi sekitar beberapa jam yang lalu, diiringi dering ponsel yang tiba-tiba menggema di saku jaket Taehyung, memecah hening sepersekian detik yang lalu. Bunyi decakan ringan terdengar sebelum lelaki itu pamit untuk mengangkatnya dan berakhir mengajak gadis itu pulang dengan alasan ada urusan mendadak.
"Oppa boleh masuk?"
Dari arah pintu, Rowoon tiba-tiba menyembulkan kepalanya sedikit melalui celah yang terbuka. Melihat adiknya mengangguk kemudian, ia tersenyum dan menyembulkan seluruh tubuhnya serta berbalik membuka lebih lebar pintu itu.
Haura menggeser duduknya, sengaja membuat area luas di karpet depannya untuk sang kakak duduk serta membereskan kertas yang tadi sempat berserakan di sana.
"Oppa sakit?" Katanya kemudian, menelisik si kembar hazel yang tampak lelah. Hidung yang memerah disertai wajah yang pucat sempat membuat gadis itu memancarkan kekhawatiran pada sang kakak.
Saat memposisikan kakinya senyaman mungkin, duduk bersila dengan tangan memegang segelas coklat hangat lalu menyerahkan kepada Haura, Rowoon menggeleng kemudian, "hanya sedikit flu, tidak masalah."
Rowoon sangat menyukai musim dingin, terlebih bermain salju. Namun tubuh lelaki itu tak mampu menahan dingin cukup lama, salah satu hal yang paling membuatnya kesal. Sedikit saja hawa dingin menyergapnya terlalu lama, maka jelas sudah bahwa hidungnya akan berlendir sepanjang hari.
"Minum coklat hangatnya, itu akan mempermudah tubuhmu menghangat di cuaca sedingin ini. Oppa sudah buatkan susah payah, melihatmu sepanjang hari sibuk diluar rumah."
Haura lantas menyeruput cairan coklat itu, lidahnya kebal akan panas tentu saja. Membuat pencernaannya menghangat seketika, "gomawo, Oppa."
Saat pandangan Rowoon tertuju pada kertas berserakan dihadapannya, ia barangkali tau apa yang sedang dikerjakan oleh sang adik. Mengambil salah satunya, sedikit membaca isi yang terdapat di kertas itu.
"Sudah mempersiapkan semuanya untuk persidangan lusa, Haura?"
Haura mengangguk, "ada beberapa yang masih perlu diringkas. Ini hanya sebagian besar yang akan aku bahas di persidangan nanti, selebihnya akan diserahkan langsung kepada pemimpin sidang."
Atensi Rowoon berpindah memandang Haura, "masih mempertahankan pendapatmu tentang tema acara akhir tahun itu?"
Meletakan gelas coklat yang sudah menghilang setengah di meja, pancaran penuh harap dari kedua matanya yang berkilau memandang balik sang kakak. Mengambil salah satu kertas didekatnya dan menunjukkannya kepada Rowoon.
"Ya, Oppa. Tentu saja hal itu akan dipertahankan sampai kapanpun. Barangkali ketua akan setuju dengan usulku itu. Kuharap mereka akan meresponnya dengan baik, seperti yang Oppa katakan bahwa tema yang kuajukan sangatlah menarik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Different | kth
FanficPERHATIAN : Masih terdapat banyak typo, kesalahan penulisan, tulisan gak rapi, atau kesalahan dalam menempatkan titik, koma, dll. Akan direvisi setelah cerita TAMAT. Jangan bandingkan story ini dengan RL, karena ini murni imajinasi penulis saja.