BAB 08
KETAKUTAN!Keesokan harinya buku Salman aku bawa lagi. Aku benar-benar tidak menyangka kalau adik ipar Bella itu adalah seorang penulis buku religi. Sudah tidak sabar aku ingin menanyakan semuanya kepada Bella. Sampai akhirnya aku tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan Bella. Dia sedang sibuk menekuri laporan di mejanya.
“Astaghfirullah Fan.
Assalammualaikum gitu loh.” Bella memegang dadanya dan kini menatapku dengan terkejut.“Eh Bel lo kenapa gak bilang kalau Salman seorang penulis?” Aku langsung berdiri di depan meja Bella. Dan sudah tidak sabar ingin menanyakan hal itu kepada Bella.
Bella langsung mengernyitkan keningnya. Tapi aku segera mengambil buku yang ada di dalam tas dan menunjukkannya kepada Bella.“Nih. Pas di rumah sakit Salman tuh ngasih ini sama aku.” Kujatuhkan buku Salman di atas meja. Di samping laptop milik Bella. Dn sepertinya Bella langsung tertarik dengan apa yang kubicarakan saat ini.
“Salman?” Bella tampak terkejut mendengar penuturanku. Aku langsung menarik kursi di depan meja Bella dan menatapnya dengan antusias. Bella kini membenarkan hijabnya itu dan mulai menatapku lagi.
“Kapan dia ke rumah sakit? Dan buat apa dia kasih kamu buku?” Aku mengangkat bahu saat mendengar pertanyaan Bella.
“Mana gue tahu. Tapi yang pasti tulisan Salman keren loh.”Bella serpertinya setuju denganku. Karena dia kemudian mengangguk.
“Iya memang keren dia. Udah lama kok jadi penulis.”
“Wah keren ya. Lo punya nomor teleponnya gak? Gue pengen konsultasi sama dia.”
Bella kembali mengernyitkan keningnya. Sepertinya ucapanku ini tidak membuatnya senang.
“Kamu sadar kan Fan? Kemarin kamu masih nangis-nangis karena Bimo..”
Aku langsung mengangkat tanganku. Masih sakit sih sebenarnya, tapi hidup itu harus terus berjalan. Aku makin tua kalau hanya meratapi nasibku yang di tinggal nikah sama Bimo.“Gue mau move on. Gue udah tua Bel.” Jawabanku membuat Bella langsung tersenyum cerah. Dia bahkan kini langsung beranjak dari duduknya dan memelukku seketika.
“Ah aku ikut seneng. Sebenarnya aku gak begitu setuju kamu sama Bimo.”
Suara ketukan di pintu membuat kami langsung menatap ambang pintu yang terbuka.“Fan ikut ke ruangan saya.” Pak Doni sudah berdiri di sana dan memerintahku untuk menemuinya. Aku langsung mengangguk dan kini menatap Bella yang sudah menegakkan tubuhnya lagi.
“Gue ke ruangan Pak Doni dulu ya? Nanti gue mau tanya-tanya lagi soal Salman.” Aku langsung beranjak dari duduk dan mengikuti Pak Doni yang sudah melangkah terlebih dahulu.
“Suit,suit Mbak Fani makin cantik aja.”
Celetukan salah satu staf administrasi saat aku melewati kubikelnya membuatku tersenyum. Toh aku memang seksi dan cantik. Bisa mendapatkan orang yang lebih dari Bimo.
“Pagi pak.” Aku menyapa dengan sopan saat sudah sampai di depan ruangan Pak Doni. Dia mengangguk dan menyuruhku duduk. Lalu Pak Doni melangkah ke balik mejanya.
“Fan, saya mau ucapin terimakasih sama kamu. Ide kamu tentang seragam spg membuat perubahan. Penjualan kita dalam satu minggu ini terhitung sejak kamu datang ke sini sudah sangat bagus.” Pak Doni menunjukkan grafik penjualan kepadaku di layar monitornya.
Tentu saja aku langsung tersenyum lebar.“Kamu brilliant Fan. Ini malah ada usul lagi dari pusat tentang seragam anak-anak. Biar penjualan tambah bagus.”
Aku melihat desain seragam itu. Dan aku mengangguk menyetujui.
“Bagus pak. Saya setuju.” Pak Doni langsung tersenyum lebar.****
“Pulang neng.”“Kita anterin ya?” Aku merapatkan jaket dan melangkah cepat melewati pria-pria yang tengah nongkrong di jalan tempat aku masuk menuju rumah kontrakan. Hari sudah malam saat tadi aku keluar dari kantor. Meeting dengan Pak Doni dan beberapa orang bagian marketing memang menyita waktuku. Akhirnya aku pulang menggunakan taksi.
“Wah sombong nih cantik” Aku membelalak terkejut saat ada yang menepuk pantatku. Tentu saja aku berbalik tapi mereka sudah lari tunggang langgang. Astaga. Kenapa ada yang berani berbuat mesum begini?
Aku menjadi paranoid saat aku melangkah lagi. Gang di depanku sepi. Dengan stilettoku langkahku yang sedikit berlari membuat suaranya menggema. Aku terengah-engah dan susah bernafas saat akhirnya aku sampai di depan rumah. Langsung mengambil kunci dan membuka pintu dengan cepat. Lalu mengunci pintu dengan cepat pula. Jantungku masih berdegup begitu kencang. Tiba-tiba aku merasa takut. Aku di sini sendirian, bagaimana kalau ada yang mencoba masuk ke dalam dan memperkosaku?
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK!
SpiritualAku tidak percaya kalau menikah tanpa berpacaran terlebih dahulu. Mana ada orang bisa cocok hanya dengan kenal satu kali dan langsung menikah. Big No! aku tidak mau terperangkap di dalam pernikahan tanpa cinta dan tanpa rasa. Tapi tenggat waktu untu...