MENCOBA BERTAHAN
Masih teringat dengan jelas bagaimana David melaksanakan malam pertama kami dengan kernyitan di dahi. Aku sebenarnya sudah sangat khawatir dengan kondisi David. Tapi dia terus mengelak. Meski kami melaksanakan dengan sempurna malam itu. Aku tahu ada yang salah dengan David. Karena setelahnya David seperti kesakitan. Dia terus memegang dadanya.
Kondisi itu bertahan sampai pagi hari. Aku sempat tertidur di dalam pelukannya. Sempat merasakan damai saat David membuaiku dalam pelukan hangatnya. Hanya satu malam itu. Karena paginya, semua menjadi duka.
David merasa sesak nafas, aku yang panik dan seluruh rumah. David segera di bawa ke rumah sakit. Tapi satu jam setelah sampai di sana, David menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menangis histeris saat itu. Aku yang baru saja memantapkan hati dan merasa bahagia, ternyata Allah lebih sayang kepada David.
Ternyata dia mengalami luka dalam karena kecelakaan itu. Saat kemarin di periksa dia tidak mengatakan. Dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Saat itulah aku baru mengetahui kalau dada David terkena setir mobil saat kecelakaan terjadi. David tidak mengatakannya, bahkan saat dokter memeriksa David tidak mengatakan kesakitan. Hanya saja suamiku itu menahan semuanya. Dia tidak mau membuatku bersedih.
Ada luka dalam yang mengenai daerah dadanya. Entah apa yang terjadi selanjutnya, karena aku sudah tidak mengingat apapun. Yang aku tahu David meninggalkanku untuk selamanya. Dalam diam dan tanpa mengucapkan salam perpisahan kepada istrinya yang baru satu hari ini.
Aku kembali menatap gundukan tanah yang ada di depanku. Sudah 9 bulan sejak meninggalnya David. Tapi aku belum bisa menghilangkan kesedihanku. Aku terpuruk. Tapi alhamdulilah, ada keluarga David dan mamaku selalu mendukungku. Aku bahkan menghabiskan waktuku lebih banyak di Tk. Mengurus semuanya. Aku harus kuat. Peninggalan David itu harus aku jaga.
“Vid, sebentar lagi buah hati kita akan lahir Vid.” Aku menatap makam David dengan nanar. Aku juga tidak menyangka kalau malam pertama itu, langsung membuat aku hamil. Anak David sedang aku kandung saat ini. Puji syukur kepada Allah Swt karena masih begitu sayang kepadaku. Ada darah daging David yang sedang aku kandung. Dalam kesedihan ada cahaya terang yang menyinariku. Memberiku kembali ke jalan yang harus aku hadapi dengan tegar.
Kuusap perutku yang sudah membuncit. Bahkan aku tidak menyangka kalau bayi yang aku kandung ini ternyata kembar. Aku terus bersyukur. Allah mengambil David tapi memberiku ganti dua kali lipat.Akhirnya aku beranjak berdiri. Menegakkan tubuh dan kini mencoba untuk melangkah perlahan. Tanah yang aku pijak ini memberiku kekuatan. Aku sempat marah dengan keadaan diriku. Tapi Allah memberiku kasih sayang yang tiada batasnya. Aku mensyukuri di beri amanah untuk bisa melahirkan anak David. Dia pasti bahagia, bayinya akhirnya hidup bersamaku. Impian David selama ini.
“Kak Fani, udah mau ujan lho. Makanya aku jemput aja di sini.” Arya. Salah satu sepupu dari pihak papa yang sejak aku hamil selalu saja menjadi pengawalku. Dia menetap di rumahku karena harus kuliah di kampus yang kebetulan dekat dengan rumah. Akhirnya dia menjadi seperti adik kandungku sendiri. Selalu menjagaku.
Aku tersenyum saat Arya memayungiku. Hujan rintik sudah jatuh membasahi tanah yang aku pijak.
“Biasanya juga aku langsung pulang kok Ya. Ini kan malam jumat, makanya aku mampir ke makam David dulu.”
Arya kini menganggukkan kepalanya. Dia melangkah mengiringiku. Area pemakaman ini memang dekat dengan rumahku. Sehingga aku cukup jalan kaki saja. Lagipula kata mama, menginjak usia kehamilan 9 bulan ini lebih banyak bergerak lebih bagus. Itu memperlancar proses persalinan.
“Kak Fani kuat ya. Aku salut. Kakak bisa bertahan dengan kondisi seperti ini.”
Aku tersenyum saat mendengar ucapan Arya. Dia sosok pemuda yang penuh kasih sayang. Dia memang selalu mendengar cerita mama tentang David dan aku.
“Ya, hidup itu kan harus di jalani. Manis dan pahit juga harus kita jalani dengan ikhlas. Allah pasti memberi tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan hambanya. Aku juga pernah terpuruk Ya. Pas David meninggal aku bahkan tidak mau keluar dari kamar selama satu minggu. Meratapi nasib, tapi toh David sudah meninggal aku belum. Dan saat aku menyadari kalau ada buah hati David yang sedang aku kandung, aku langsung bersyukur. Dan berniat menjaga dengan segenap jiwa raga. Kalau ini memang pengganti David yang sangat indah.”
Arya menganggukkan kepalanya lagi. Saat kami akhirnya berbelok menuju jalan ke rumahku. Arya pemuda yang masih mencari jati diri. Dia baru berusia 20 tahun. Masih terlalu muda untuk mengerti pahitnya kehidupan.
“Eh Kak, itu siapa?”Aku langsung menatap depan dimana telunjuk Arya terarah ke seorang pria yang kini sedang berdiri di depan pagar rumahku. Jantungku berdegup begitu kencang saat mengetahui siapa yang ada di depanku.
Bersambung
Nah yuk ini belum ada di cerita sebelumnya mulai merapat yuk...detil perjalanan hidup fani dimulai

KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK!
SpiritualAku tidak percaya kalau menikah tanpa berpacaran terlebih dahulu. Mana ada orang bisa cocok hanya dengan kenal satu kali dan langsung menikah. Big No! aku tidak mau terperangkap di dalam pernikahan tanpa cinta dan tanpa rasa. Tapi tenggat waktu untu...