BAB 01
HIJAB!“Saya tidak menerima seorang SPG yang berhijab.” Berdiri tegak di dalam ruangan ber Ac tidak membuat aku merasa dingin. Keringat yang mengalir dari leher, masuk ke dalam blouse dengan bahan katun berwarna hitam ini membuatku berdiri dengan gelisah. Apalagi dengan syal yang sejak tadi maasih melingkar di leherku. Aku tentu saja tidak berani membuka syal ini. Takut dosaku akan terlihat. Aku kembali menatap sekitarku. Meja warna putih yang melingkar di depanku itu kini di kelilingi oleh semua SPG{sales promotion Girl} yang hadir. Aku bisa menatap dengan jelas wajah-wajah mereka. Tegang, dan tampaknya menatap gugup ke depan. Ke arahku. Tidak bisa aku pungkiri, mereka pasti juga merasa jengah harus ke kantor, dan bertemu dengan Leader mereka yang baru. Terutama karena selama ini aku terkenal galak dan tegas kepada setiap SPG {sales promotion Girl} yang aku pegang.
Sebagai seorang Leader, yang artinya aku satu tingkat lebih tinggi dari rantai pekerjaan di bagian marketing ini. Tombak utamanya adalah seorang SPG. Dan aku diberikan tugas untuk memimpin dan membimbing mereka semua. Melakukan pengawasan selama mereka terjun ke lapangan. Yaitu outlet modern. Bukan pekerjaan yang langsung begitu saja aku dapatkan. Karena sebelum menjadi seperti ini, aku sudah 3 tahun berjibaku dengan dunia SPG sendiri. Terjun ke lapangan dan menjajakan produk tempat kami bekerja. Semua trik dan juga ilmu yang ada di lapangan sudah aku serap dengan baik.
Bagaimana menawarkan suatu produk sehingga membuat orang tertarik untuk membeli. Apalagi, aku bekerja di bidang produk susu dan vitamin untuk anak-anak. Kita dituntut sangat paham dengan kandungan gizi dan semuanya. Pendidikanku di bangku kuliah sangat berbeda dengan yang aku pelajari saat ini.
Aku yang sarjana ekonomi, sekarang malah seperti seorang yang ahli gizi. Perusahaan kami ini sangat kompeten dengan orang-orang yang menjadi karyawannya. Kita masuk dengan pengetahuan nol di sini. Tapi setelah berbagai training yang sangat menguras otak. Dan uji kompetensi untuk bisa menjadi posisiku saat ini. Aku yakin, sudah menguasai semua produk knowledge yang aku pelajari. Kembali tersadar dengan kondisi yang aku hadapi saat ini. Aku kembali menatap semua yang ada di depanku.
Ucapanku tentu saja langsung membuat dengungan di ruangan ini. Aku bisa melihat beberapa SPG yang memakai hijab sudah terang-terangan menatapku dengan kesal. Apalagi saat aku menoleh ke arah jarum jam 12. Tepat di depanku.
Seorang SPG dengan hijab warna kuning, senada dengan seragam mereka siang ini tampak langsung mengangkat tangannya.
Matanya langsung bertemu dengan tatapanku. Rupanya wanita ini mempunyai nyali besar. Aku hanya menyipitkan mataku, saat dia beranjak dari duduknya. Lalu berdiri di depan meja.
“Maaf Bu Fani. Tapi kami yang sudah bekerja lebih dari 2 tahun di sini. Apalagi saya, yang sudah lebih dari 3 tahun sangat keberatan dengan keputusan Bu Fani.”Aku bersedekap dan kini menatap wanita yang tampaknya sudah melupakan sopan santunnya. Aku tidak suka ada anak buah yang begitu saja langsung menginterupsiku.
“Apakah saya sudah suruh kalian bicara?”
Bentakanku itu membuat SPG dengan hijab warna kuning, yang bisa aku lihat bernama Lina dari nametag yang di sematkan di kerudungnya itu kini tampak menunduk. Semua dengungan yang tadi aku dengar kini berhenti seketika. Ruangan meeting di lantai dua ini langsung sunyi senyap.
“Perlu kalian camkan ini. Saya tidak pernah menoleransi seorang SPG yang tidak mempunyai etika. Bukankah kalian..” Aku menunjuk mereka dengan ujung pulpen yang aku bawa. Menatap satu persatu wajah ketakutan yang kini tampak di depanku. Biar saja, mereka tahu kalau aku ini galak.
“Selama menjadi karyawan di sini sudah mendapatkan training untuk etika menjadi seorang SPG yang baik. Perusahaan sudah sangat berbaik hati memberikan pendidikan dan ilmu secara gratis kepada kalian. Kalau kalian tidak bisa melaksanakan apa yang sudah di ajarkan, percuma saja perusahaan ini membayar kalian.”

KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK!
EspiritualAku tidak percaya kalau menikah tanpa berpacaran terlebih dahulu. Mana ada orang bisa cocok hanya dengan kenal satu kali dan langsung menikah. Big No! aku tidak mau terperangkap di dalam pernikahan tanpa cinta dan tanpa rasa. Tapi tenggat waktu untu...