AWAL BARU
“Kamu bagus untuk seorang yang belum pernah mengajar anak tk. Tapi aku tahu kamu memang dasarnya ini kan?”
Aku tersenyum mendapat pujian dari David. Pagi ini David membawaku ke yayasan tk-nya. Awalnya gugup. Aku memang tidak mempunyai dasar untuk mengajar, tapi pengalamanku sebagai leader sudah pasti bisa menjadikan bekal. Dan rasanya mengasyikkan saat aku di kenalkan dengan belasan anak-anak kecil yang menggemaskan. Aku merindukan anak-anak.
“Alhamdulilah Vid. Semoga aku bisa ya menjalani amanah ini.” David mengangguk dan menatap aku. Dia sebenarnya tadi meninggalkanku di sini. Dia memperkenalkanku dengan Bu Ratna, kepala sekolah dan beberapa guru tk di sini yang berjumlah dua orang. Ria dan Mila. Mereka semua welcome kepadaku.
Dan saat aku sudah selesai mengajar Tk A yang masih di bantu oleh Mila, David sudah ada di ambang pintu melihatku.
“Tapi maaf ya Fan, aku tidak bisa memberi gaji tinggi. Kamu tahu penghasilan yayasan ini juga terbatas. Di sini Cuma ada 80 murid yang terbagi tk A dan Tk B. Jadi kamu masih mau menjalani ini? Terus terang aku kekurangan tenaga pengajar.”
Aku menatapDavid yang kini duduk di depanku. Kami masih di dalam kelas. David berada di seberangku duduk di depan meja tempatku mengajar tadi. Kalau ngomongin gaji aku jadi teringat tagihan kartu kredit yang dibebankan Bimo kepadaku. 15 juta. Kepalaku pasti pening membayangkan uang 15 juta itu. Tapi sekarang aku tidak mempunyai pekerjaan jadi aku mengangguk.
“Iya Vid aku mau kok.” Wajah David menjadi cerah ceria. Dia tersenyum dan kini mengulurkan tangan untuk menyalamiku. Tapi aku hanya menatapnya saja. Masih teringat buku Salman yang mengatakan wanita dan pria tidak boleh bersentuhan. Aku hanya menatap tangan David. Aku sedang belajar berhijrah dengan total. Tidak mau setengah-setengah.
David mengangkat alisnya tapi kemudian memahami arti tatapanku. Dia langsung menarik tangannya dan meletakkan di dada.
“Owh maafkan aku Fan.” Aku jadi merasa bersalah menatap David yang sepertinya malu itu.
“Bukan begitu Vid. Tapi aku lagi berusaha berhijrah menjadi yang lebih baik. Aku sedang mendalami agama, dan semoga kamu mengerti.”
David mengangguk dan tersenyum. Dia tidak menghakimiku. Kini dia menatapku dengan tajam. Tapi aku segera mengalihkan tatapanku ke arah Mila yang sedang membereskan buku-buku di pojok ruangan.
“Aku salut sama kamu Fan. Yang aku tahu kamu dulu.. yah..” ucapan David membuat aku kembali menatapnya. Dia mengangkat bahu dan tersenyum.
“Kamu itu dulu symbol seksi para wanita di kampus.” Tentu saja mataku langsung membelalak mendengar ucapan David. Dan pria itu tertawa, bahkan membuat Mila yang masih sibuk menatap buku di rak kini menoleh sekilas kepada kami.
“Vid. Aku menyesal telah menjadi seperti itu.” Tentu saja aku merasa sangat malu. Dulu aku memang dengan bangganya memamerkan keelokan tubuhku. Sungguh, itu adalah dosa-dosaku.
David kini mengangguk. Kemudian meredakan tawanya dan menatapku kembali dengan serius. “Itu kenakalan kita di jaman dulu ya Fan. Sekarang kita sudah tua. Akupun sedang mendalami agama. Ditinggal dua orang yang sangat aku sayangi, Istri dan bayiku membuat aku semakin sadar. Kalau hidup di dunia ini hanya sementara. Kita hidup untuk mengantri mati. Semua orang akan mengalaminya.” Ucapan David membuat bulu kudukku meremang. Menyebut-nyebut kematian kadang memang masih merupakan hal yang tabu bagiku.
“Aku juga sedang belajar untuk lebih baik. Meski kita sudah tua, tapi tidak ada kata terlambat kan?” Aku menganggukkan kepala ucapan David memang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK!
SpiritualAku tidak percaya kalau menikah tanpa berpacaran terlebih dahulu. Mana ada orang bisa cocok hanya dengan kenal satu kali dan langsung menikah. Big No! aku tidak mau terperangkap di dalam pernikahan tanpa cinta dan tanpa rasa. Tapi tenggat waktu untu...