Baper

71.8K 2.3K 59
                                    


Sepulang sekolah pikiranku masih kacau. Teman teman kak Shnae mungkin berpikir aku ini cewek gampangan. Segitu mudahnya aku menerima kak Shane. Tapi yasudahlah semua ini kulakukan untuk Diandra.

Ikatan ini hanyalah sebuah status yang dijadikan tantangan untuk mendapatkan Diandra. Tapi mengapa kak Shane tiba tiba mengajakku jalan berdua. Ya, memang setelah kami berdua jadian di perpus tadi, kak Shane mengajakku jalan berdua. Apakah ini juga termasuk ke dalam salah satu syarat menjadi pacar Diandra. Apalah boleh buat, daripada kak Shnae curiga kuturuti saja permintaannya.

Line

Kembarannya Pangeran

Hai, udah siap belom?

Udah nih

Yaudah aku jemput ya

Iya, tapi jangan di rumah

Iya, baru aja aku mau bilang.

Yaiyalah pasti bakalan ketahuan sama Diandra kalo jemput di rumah-batinku

Yaudah ketemuan di minimarket depan aja, kamu tahu rumah aku kan?

Tahulah, masa sih gak tahu.

Yaudah, di tunggu ya sayang.

Read

Yaiyalah tahu masa rumah Diandra gak tahu. Sayang, sayang, palalu peyang. Dasar permen busuk lo-batinku.

Akhirnya aku pergi menuju minimarket dengan dandanan simple. Untung saja Diadra tidak curigaa kepadaku. Ku bilang padanya aku pergi ke toko buku. Sesampainya di minimarket depan kompleks aku belum melihat batang hidung kak Shane. Alhasil aku harus menunggunya. Tak lama kemudian kak Shane pun datang. Dengan gaya pakaiannya yang memang selalu keren berhasil membuat mataku terpana.

"Hei, maaf ya nunggu lama, macet tadi."

"Iya gakpapa kok, aku juga belum lama."

Iyuuuhhh, kenapa jadi aku kamu gini sih, lama lama kok gue sebel ya, tapi juga seneng-batinku

"Yaudah yuk jalan sekarang, keburu malem nanti."

"Iya." Aku pun beranjak menaiki motor ninja milik kak Shane.

"Udah?"

"Udah, emangnya kita mau kemana kak?"

"Terserah kamu aja."

"Kok terserah aku sih, kan kakak yang ajak."

"Aku terserah sama kamu aja."

"Yaudah deh ke toko buku aja." Sekalian, biar gak bohong sama Diandra-batinku

"Beneran?"

"Iya,beneran."

"Yaudah, jangan lupa pegangan, takut jatuh kamunya."

Tidak lama kemudian kak Shane memacu sepeda motornya dengan cepat. Aku berpegangan pada jaket kak Shane. Aku baru pertama kali di boncengin cowok. Walaupun aku tahu ini cuma bohongan dan sementara tapi aku tak bisa menghindarkan detak jantungku yang berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya. Kak Shane hanya diam saja selama perjalanan, tetapi tiba- tiba aku merasakan tangan kak Shane menarik tanganku satu persatu ke depan sehingga sekarang aku memeluknya. Perlakuannya ini membuatku seakan terbang melayang, aku juga tidak bisa mengatur detak jantungku. Jantungku seakan mau copot rasanya.

"Ku bilang kan pegangan, kamu nggak takut jatuh apa?"

"Iiiii...iiiiyaa kak." Jawabku terbata-bata.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke toko buku. Kurang lebih dua puluh menit kami sudah sampai di toko buku. Kami pun masuk ke dalam, dan aku mulai memilih milih buku untuk menghilangkan rasa grogi dan malu. Setiap pergerakanku, kak Shane selalu memperhatikanku dan itu membuatku sangat malu. Suasana menjadi sangat canggung.

"Ocha kenapa sih kamu kok nunduk terus gitu?"

"Loh kakak gak lihat aku lagi milih milih buku." Aku melanjutkan melihat lihat buku untuk mengalihkan perhatianku padanya.

"Ocha Ocha kemari deh, lihat ke sini deh." Kak Shane memanggilku.

"Hemm, ada apa?" aku pun berbalik kearah kak Shane, ternyata kak Shane sudah berdiri tepat dibelakangku sehingga membuat kedua pasang mata kami saling bertemu. Dan kami bertatap selama beberapa detik.

Yaampun ganteng banget sih-batinku.

Duh inget inget ini punya Diandra-batinku lagi.

"Kamu cantik."

"Apaan sih kak." kataku sambil menginjak kaki kak Shane.

"Awww sakit tahu."

"Biarin rasain tuh, makanya jadi orang tuh jangan jail." Aku beranjak pergi meninggalkan kak Shane dan beralih ke sudut lain.

Kak Shane datang menghampiriku.

"Udah dong jangan marah, masa gitu aja marah."

"Hemmm aku gak marah kok."

"Gak marah kok jawabnya gitu sih."

"Biarin, pulang yuk kak, takut di cariin."

"Yaudah yuk, kamu nggak beli buku."

"Enggak."

"Terus kenapa tadi ngajak ke toko buku."

"Biar gak romantis."

"Loh kok gitu?"

"Udah deh kak, pulang yuk."

"Iya, iya."

Akhirnya, kak Shane mengantarkan aku pulang. Tentunya bukan di depan rumah aku, melainkan di depan minimarket. Memang aku yang memintanya. Lagipula aku juga tidak ingin Diandra mengetahuinya. Tapi aku masih tidak habis pikir dengan perlakuan kak Shane padaku hari ini. Bukannya hubunngan ini hanyalah sebuah status semata, tapi mengapa dia memperlakukanku seakan akan hubungan ini akan bertahan lama. Perlakuannya padaku membuatku menjadi sedikit baper.


Pacar Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang