Ku rasakan mobil mulai bergetar tanda mesin mobil sudah di nyalakan. Sepertinya sebentar lagi kak Shane akan menjalankan mobilnya. Aku masih diam saja dan menatap keluar jendela. Aku masih tidak bisa mengontrol detak jantungku. Sejujurnya aku marah dengan perlakuan kak Shane tadi.
"Kak, seat beltnya di pakek dulu kalik." Kataku mengingatkan karena aku memang tahu jika dia belum memakainya.
"Cieeee marah aja masih perhatian. Gak lihat aja bisa tahu. Perhatian bener sih."
Aku tidak menjawabnya lagi, aku hanya ingin mengingatkannya saja tadi. Aku tidak ingin celaka hanya karena dia lupa memakainya.
Karena kejadian tadi, kami berdua hanya diam saja. Dia memang sesekali mengajakku bicara tapi aku tidak menanggapinya. Aku masih kesal sekaligus marah. Lama lama kurasakan dingin yang menelusup ke dalam pori-pori kulitku. Aku menggerakan kedua tanganku mendekap pada lenganku karena kedinginan. Aku memang tidak suka membawa jaket.
"Kamu kedinginan?" tanyanya padaku yang ku balas dengan anggukkan.
Tak berapa lama kemudian ku rasakan mobil kak Shane menepi dan berhenti. Kak Shane melepas seat beltnya dan pergi keluar. Entah dia kemana aku tak tahu. Dia juga tidak berkata apapun kepadaku.
Beberapa menit berlalu, kak Shane masih saja belum kembali. Aku bosan sekali menunggunya. Aku pun memainkan ponselku sejenak. Sudah cukup lama, lalu ku rasakan pintu di sampingku terbuka dan menampakkan kak Shane dengan beberapa tentengan di tangannya.
"Ini buat kamu.." kak Shane memberikan segelas karton kopi hangat.
"Makasih." Aku meraihnya.
"Iya, maaf lama."
"Hmmmmmm."
"Ohiya nih di pakek." Kak Shane kembali memberiku sebuah tas karton yang di dalamnya ternyata adalah sebuah jaket.
"Apa ini?"
"Biar kamu gak kedinginan."
"Gue punya banyak di rumah, cuma gue gak suka makeknya."
"Kalau begitu, jadikan aku sebagai alasanmu untuk memakai jaket itu, pakailah karena aku yang memberinya."
"Idihh apaan sih."
"Dipakek dong."
"Hmmmm nanti."
"Itu tidak gratis."
"Helloo, gue gak nyuruh lo beli ya kak. Gue gak mau ganti, nih ambil aja, gue gak butuh."
"Siapa juga yang nyuruh kamu gantiin, aku cuma mau minta ini." Katanya sambil menunjuk pada pipinya beberapa kali. Dan aku mengerti maksudnya.
Kak Shane sudah gila
"Lo gila ya kak, kelamaan di luar negeri jadi kayak gini ya, jauh jauh sana." Kataku sambil memukul dan mendorong badan kak Shane agar menjauh dariku.
"Hahaha, iya iya ah, bercanda doang, kamu marah gini tambah cantik. Suka aku."
"Gue gak suka."
"Haha udahlah jangan marah, jangan cemberut gitu dong, janji deh gak bakal gitu gitu lagi."
"Terserah."
Aku benar- benar marah kali ini. Dia sudah membuatku jengkel dengan tingkah lakunya yang semakin menjadi. Aku kembali diam.
"Diminum itu, keburu dingin."
Aku diam seribu bahasa.
"Yahh marah nih." Katanya lagi.
***
Aku sudah selesai mandi dan makan malam, kini aku bersiap- siap untuk tidur. Baru saja aku naik ke ranjang, pintu kamarku di ketuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Rahasia
Teen FictionAku ini masih pacar kamu-Love in secret [C O M P L E T E] Cover by @prlstuvwxyz Note: Novel Pacar Rahasia bisa langsung dibeli di Shopee dan Tokopedia nya (millenium_store) yaa!