Salah Apa

54.1K 1.8K 70
                                    


Hari sudah semakin sore. Akhirnya mereka pulang juga, kecuali Hani, katanya mau ngobrol- ngobrol dulu. Aku pun meminta ijin pada Diandra dan Hani pergi duluan ke dalam kamar.

"Gue ke kamar dulu ya?"

"Yah kenapa, gue kan masih di sini."-Hani.

"Iya ih Ocha."-Diandra.

"Gue sedikit pusing nih, ke atas duluan ya."

"Okedeh, istirahat ya."-Diandra.

"Iya."

Aku bergegas naik ke atas dan menuju ke kamar. Ku hempaskan badanku di tempat tidur dan mulai membuka surat darinya.

Hai,

Maaf..

Maaf..

Maaf..

.........................

Mungkin kertas ini tak cukup untuk menuliskan permintan maafku padamu.

Maaf karena membuatmu seperti ini. Jangan menangis seperti itu. Hatiku sangat sakit melihatnya. Aku hanya bisa menyakitimu. Tapi itu bukan masudku.

Maaf..

Maaf..

Maaf..

............

Aku tidak akan hilang. Tapi aku benar- benar tidak bisa menemuimu untuk saat ini. Aku juga tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Beribu kali maaf untuk itu. Tapi yang pasti aku ada di dekatmu, mungkin sangat dekat. Aku juga sangat rindu. Aku memang dapat melihatmu, tapi rindu ini selalu menghantuiku. Aku juga takut kehilanganmu. Maaf karena tidak mengirimi surat karena memang aku belum sempat. Soal kaleng itu, aku tidak akan mengirimnya lagi di sana. Aku takut lama- lama orang lain mengetahuinya. Surat lain setelah ini akan ku kirimkan langsung ke rumahmu

Maaf membuatmu menunggu lebih lama, tapi Aku ini masih pacar kamu. Aku rindu kamu. Jangan menangis. Aku disini tidak kemana- mana.

Dia bilang dia sangat dekat denganku. Siapa dia? Cowok yang dekat denganku? Oji? Siapa lagi ya? Atau mungkin saja kak Dino? Perlakuan mereka berdua memang berbeda padaku. Apakah cowok itu diantara mereka berdua. Ataukah orang lain yang berada dekat denganku tapi aku tidak menyadarinya.

Haruskah aku menunggu lagi? Tapi aku senang dia mengirimku surat lagi. Aku memang sudah benar benar jatuh cinta pada cowok misterius itu, pacar rahasiaku.. Aku masih saja memandangi surat darinya sambil rebahan di atas kasur. Terlepas dari pikiran siapa sebenarnya cowok itu. Senyum terukir di wajahku. Bukan hanya sekali tapi terus menerus, entah kapan akan berhenti. Seakan seperti orang yang sedang pertama kali jatuh cinta.

"Ochaaaaaaaa............" ku dengar teriakan Diandra dan Hani, refleks ku taruh surat tadi di bawah bantal. Karena memang aku tidak ingin mereka mengetahuinya.

"Ka..lian.. loh Hani belum pulang?" tanyaku pada Hani dan aku mengganti posisiku menjadi duduk tidak rebahan lagi.

"Iya nih, kayaknya gue nginep di sini deh, di rumah lagi gak ada orang."-Hani.

"Iya chaa, seneng deh gue Hani nginep sini. Makanya kita kesini mau ngasih tahu lo."-Diandra.

"Lah lo tadi katanya mau tidur?"-Hani.

"Tadi udah mau tidur tapi denger kalian teriak- teriak, kalian sih..hehe."

"Ah masaa."-Hani.

Diandra dan Hani ikut duduk di kasurku. Kami bertiga banyak mengobrolkan hal- hal yang tidak penting seperti gosip anak anak sekolah kami yang lagi beredar hangat. Tanpa menghiraukan sore yang sudah berganti menjadi malam, kami bertiga terus saja mengobrol. Hingga sampai Diandra membicarakan kak Dino.

Pacar Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang