Rindu

57.2K 2.3K 58
                                    


Hari sudah menjelang malam, hujan masih saja belum reda. Walaupun tidak selebat tadi tapi rintikan air hujan masih saja turun ke bumi. Hujan kali ini awet sekali. Aku masih di dalam kamar menghangatkan badanku dengan selimut karena kedinginan. Masih memandangi payung yang diberikan cowok itu. Dan juga penasaran dibuatnya.

"Tadi itu, cowok itu atau cuma orang yang disuruh olehnya ya, jika dilihat dari sepatunya, sepertinya aku pernah melihat nya, tapi dimana ya, ya mungkin karena dia satu sekolah denganku jadi ya pasti aku pernah melihatnya, tapi siapa ya. Mengapa dari dulu aku tidak pernah bisa menebak siapa dirinya, padahal dia satu sekolah denganku." Aku masih bermonolog sendiri sambil memperhatikan payung itu.

"Ochaaaa.....lo di dalem?" panggil Diandra dari luar kamar.

"Iya..kenapa?"

"Keluar bentar dong."

"Kenapa?" aku turun dari kasur dan berjalan untuk keluar. Dengan tubuh yang masih berbalut selimut.

"Lo tuh ya di panggilin dari tadi gak denger apa gimana sih?"

"Emang ada apaan? Gue gak denger lo manggil gue tuh."

"Lo pesen minuman jahe kan, tadi ada mas mas yang nganter kesini, katanya pesanan lo."

"Oh gitu..makasih ya Di, sekarang jahenya mana?.."

Gue kan gak pesen, pasti dari cowok itu-batinku

"Gue taruh dimeja makan, makanya kalo ada orang yang manggil tuh di dengerin, turun gih, makan malem nya udah siap."

"Iya-iya gue turun sekarang."

"Lah tuh selimut di taruh dulu kali."

"Gak ahh dingin banget tahu Di, gara- gara lo nih."

"Ya Maaf, kan bisa pakek jaket Cha."

"Enakan pakek selimut..hehe."

Aku dan Diandra beranjak turun ke meja makan. Aku cepat cepat turun, karena aku tidak mau Diandra atau siapapun menemukan hal yang mencurigakan di minuman jahe itu. Siapa tahu cowok itu juga mengirimkan sebuah surat atau hal yang lain.

"Ochaa..lo tuh ya turunnya jangan cepet- cepet gitu kenapa?"

"Laper Di.."

"Tahu laper kenapa gak turun dari tadi."

"Hehehe, males tadi dingin banget."

Kami berdua pun sampai di meja makan. Aku duduk dan dengan cepat meraih kantong plastik yang berisikan satu gelas karton minuman jahe. Masih panas tentunya. Benar dugaanku ada sebuh kertas didalamnya. Dan sudah pasti dari cowok itu. Untungnya Diandra tidak membuka kantung plastik itu.

"Eh tunggu- tunggu cha, emang lu udah bayar minumannya ya? Kok tadi mas nya gak minta bayaran sih? Kok aneh ya?"

"Emmmmmm ta..di sore gue pesen di angkringan depan komplek waktu pulang ke rumah, udah sekalian bayar...heeee" Kataku berbohong pada Diandra.

"Oh gitu...emang di depan komplek jam segitu angkringannya udah buka?"

"Udahh ya, lo aja yang gak tahu Di."

"Emang sekarang angkringan punya gelas minuman kayak gitu ya, udah kayak di café aja."

"Ehehee, punyalah, angkringan jaman sekarang gitu." Kataku yang sebenarnya tak tahu.

"Ohh baru tahu gue."

Aduh jadi bohong gini sih, untung aja Diandra gak nanya- nanya lagi-batinku

Cowok itu memang benar- benar tahu apa yang aku butuhkan. Minuman jahe yang diberikan olehnya lumayan dapat menghangatkan tubuhku.

"Ocha, kenapa sih lu senyum senyum gitu, akhir- akhir ini lo sering senyum sendiri."

"Hehehe gakpapa kok."

"Lo gak sakit kan cha, apa perlu bilang bubun terus ke psikiater."'

"Gila ya lo Di, lo kira gue stress apa?"

"Hahaha, habisnya sih lo gitu."

"Nyebelin lo Di.."

"Eh itu Bubun, Bubunnn..makan dulu bun."Diandra memanggil Bubun.

"Diandra, Ocha, tadi bubun denger kalian ribut, kenapa?"-Bubun.

"Itu Bun, masa Diandra ngatain aku stress coba." Kataku pada Bubun.

"Kamu tuh ya Diandra.."-Bubun.

"Hahhaa...lah itu bun, masa si Ocha senyum- senyum sendiri bun."-Diandra.

"Kalian tuh ya..hhehe, yang akur dong, makannya di terusin, Bubun mau ke kamar dulu."-Bubun.

"Iya Bun, jangan lupa makan ya Bun nanti." Kataku mengingatkan.

Aku ingin cepat- cepat membaca kertas dari cowok itu. Ya, aku belum membacanya, tentunya karena ada Diandra. Aku mempercepat makan malamku dan bergegas naik ke dalam kamar.

"Ocha..udah selesai makannya?" tanya Bubun yang baru kembali dari kamar.

"Iya Bun, Ocha naik dulu ya Bun."

"Iya, jangan lupa sikat gigi ya...."

"Iya Bubunn...hehehe."

"Ocha..itu kantung plastik kenapa di bawa ke kamar."-Diandra.

"Suka- suka gue dong."

"Lah lo mah aneh cha.."-Diandra.

"Udah udah Diandra Ocha."-Bubun.

Sesampainya di kamar aku langsung naik ke atas tempat tidur. Dan membuka kertas darinya.

Ini untuk kamu yang kedinginan.

Yah kenapa pendek banget sih-batinku.

Aku senang karena mendapat minuman darinya. Tapi kenapa dia hanya menulis sedikit kali ini. Aku ingin mendengar banyak darinya. Tapi hanya satu kalimat itu yang dia tulis. Memang sih hari ini bukan hari Sabtu. Ku harap hari Sabtu besok dia menulis banyak hal untukku. Aku senang hanya dengan membaca tulisan darinya.

Apa gue kirim surat buat dia aja ya besok, kan hari Sabtu masih lusa-batinku

Aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini. Tapi entah mengapa aku rindu tulisannya. Padahal Sabtu kemarin dia juga mengirimku surat bahkan dia juga memberiku flashdisk waktu itu. Aku tidak bisa menahannya, perasaan yang ku rasakan sekarang. Mengapa aku menjadi gelisah seperti ini. Baiklah aku akan menulis surat untuknya.

Untuk : Kamu yang selalu membuatku penasaran

Dari : Aku yang selalu kau buat penasaran

Makasih karena hujan sudah tidak menggangguku. Makasih sudah melindungiku. Makasih karena kamu tahu apa mauku. Tapi, sebenarnya aku mau kamu bukan payung itu. Aku mau kamu bukan minuman jahe itu. Sekarang Aku bingung. Aku gelisah. Sepertinya aku rindu. Aku mau menunggu. Aku sudah terlanjur menunggu. Jangan hilang dan berlalu. Aku tahu kamu tidak seperti itu. Aku ingin mendengar banyak hal tentangmu. Aku dibuat penasaran olehmu. Aku takut jika aku benar- benar menjadi gila. Gila karenamu. Tahukah kamu, aku sering tersenyum sendiri berkatmu. Normalkah itu, hanya dengan membayangkanmu, aku bisa tersenyum tak tahu malu. Satu hal lagi, cowok itu, yang memberikan payung itu, itukah dirimu? Jika tidak mau jawab tak apa, aku hanya ingin bertanya karena aku tidak ingin kamu hilang. Ingatlah, aku benar- benar menunggumu.

THANKS FOR READING. DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT. :) :) :)

MAAF YA KALO CERITANYA NGEBOSENIN. 

Pacar Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang