Level 12

892 283 31
                                    

Jangan terlalu banyak berharap pada manusia setengah boneka seperti Hwang Minhyun, ia tetap tidak akan menjawab pertanyaan dari siapapun itu, termasuk dokter Ong.

"Ya sudah kalau tidak mau menjawab" dokter Ong pasrah menanggapi sikap Minhyun yang agaknya kurang sopan karna tidak mau menjawab pertanyaannya.

Ia kembali berkonsentrasi membersihkan luka si pasien serta mencoba menghentikan darah yang masih mengalir. Beruntung urat nadinya tidak ada yang putus. Lihatkan? Tuhan masih belum menghendaki Hwang Minhyun untuk mati.

"Sepertinya aku pernah melihatmu, tapi dimana ya?" dokter Ong berbicara sendiri, ia tidak berharap banyak kok pada manusia didepannya. Eh? Manusia? Yang seperti ini namanya bukan manusia, tapi robot!


Tunggu!


Dimana dokter Ong pernah mendengar kalimat manusia mirip robot, ya?

Dokter Ong mencoba mengingat ingat, seraya menyemprotkan alkohol agar pasiennya tidak infeksi.

Ah, Hyungseob pernah bilang begitu.

"Dokter Ong, Dokter Kang mencari-Hwang Minhyun!" seseorang berseru begitu tirai putih berfungsi sebagai sekat itu terbuka, menampilkan sosok dokter Kwon Hyunbin yang baru saja selesai dari istirahat makan siangnya.

Melihat wajah Hyunbin, dokter Ong seolah bisa memancing ingatannya mengenai identitas lelaki ini, "Ah benar, kau bidadari yang fotonya disimpan Hyunbin dalam dompet itu kan?"

Terkutuklah dokter Ong Seongwoo dan mulut tanpa rasa dosanya. Di satu sisi Hyunbin senang bisa bertemu lagi dengan sosok bidadari yang sebenarnya ia rindukan beberapa hari ini, di satu sisi ia ingin sekali menjahit bibir dokter Ong yang barusan berkata seenaknya.

Bagaimana jika Minhyun malah tidak nyaman setelah mengetahui fakta tersebut?

"Dari mana dia mendapatkan fotoku?" sudah seberapa jauh dokter Kwon tau tentang Hwang Minhyun?

"Mungkin dia memotretmu diam diam saat kau berdua bersamanya dulu" respon Jihun.

"Berbakat sekali dia jadi stalker, berhati hatilah" peringat Jinyoung. Ah, dia sebenarnya bukan mengingatkan, tapi menakut nakuti, agar Minhyun tidak dekat dekat lagi dengan lelaki yang kata Donghan akan menjadi soulmatenya ini.

Suasana hening menyergap sekitar 40 detik. Hyunbin tidak mau beranjak dari sana, meskipun sudah jelas dokter Ong sedang terlihat menangani bidadarinya. Dokter muda itu mau mau saja sih, menggantikan tugas dokter Ong untuk mengobati si pasien kesayangan, namun ia sudah kelewat hafal dengan tabiat dokter Ong. Ia sudah pasti akan jadi bulan bulanan di ruangan poli umum, mengejek bersama kekasih cabulnya, dokter Kang.

"Dokter Ong, ada yang bisa ku bantu?" tawar Hyunbin, meskipun terdengar seperti 'pergilah, biar aku yang tangani dia'.

"Memangnya tidak ada pasien lain menunggu?" dokter Ong bertanya balik. Ia cukup peka kok dengan kalimat tanya juniornya tersebut, hanya saja dokter Ong ingin sedikit bermain main.

"Tidak ada. Hari ini sedang tidak banyak pasien" jawab Hyunbin. Dokter Ong tertawa sekilas, karna jawaban setengah merajuk dari juniornya.

"Ya sudah, bisa kau ambilkan krim pereda rasa nyeri dan perban?" permintaan dokter Ong segera dibalas dengan anggukan kepala dari Hyunbin.

Begitu krim pereda rasa nyeri sudah ditangan, dokter Ong langsung mengolesnya dengan telaten. Tidak lagi mempedulikan Hyunbin yang kelihatannya ingin sekali mengambil alih pekerjaan dokter Ong, serasa ia tidak ingin bidadarinya di sentuh orang lain selain dirinya.

Dokter Ong jadi penasaran. Benarkah Hyunbin dan lelaki robot ini sedang ada sesuatu seperti dirinya dan dokter Kang? Jika di amati lebih jeli lagi, si pasien sepertinya tidak mengenal Hyunbin. Dokter Ong menelisik lagi pada si pasien, mengamati bagaimana ia tetap mempertahankan tatapan kosong dan ekspresi wajah datarnya.

Dokter Ong belum tau saja, kalau sebenarnya Minhyun sudah terbiasa seperti itu sejak tiga tahun lalu.

"Kau saja yang membalut perbannya" setelah menanti beberapa menit, akhirnya dokter Ong menyerahkan tangan Minhyun pada Hyunbin.

Hyunbin melempar senyum tipis pada seniornya itu, dan di tanggapi dengan gumaman 'Dasar' oleh dokter Ong.

Seperti yang dilakukan Hyunbin saat mengobati Minhyun, si dokter tentu tidak akan absen untuk sekedar curi curi pandang pada wajah bak bidadari yang ia kagumi. Menatap sekilas mulai dari sepasang mata rubah dengan iris bening, walaupun tidak ada binar kehidupan disana. Lalu turun ke hidung mancung, dan terakhir ke bibir agak merah muda tersebut -karna terakhir kali Hyunbin melihat bibir Minhyun kelihatan pucat-.

"Dokter Kwon, aku sudah menuliskan resepnya" dokter Ong melambai lambaikan kertas di depan wajahnya, "Aku letakkan di meja ya" ujarnya kemudian melenggang hendak meninggalkan bilik, "Oh iya, Hwang Minhyun, jangan coba coba untuk bunuh diri lagi" tambah dokter Ong sebelum benar benar menghilang di balik tirai.

Hyunbin terkejut. Bidadarinya mau bunuh diri?

Kenapa makhluk seindah ini harus berkeinginan mati bunuh diri? Bukankah hal itu sama sekali tidak cocok dengan paras bidadarinya?

"Benar apa yang di katakan dokter Ong? Kau mau bunuh diri?" Hyunbin meletakkan telapak tangan besarnya di masing masing pundak Minhyun, memberi sedikit remasan. Ini masalah serius, menyangkut hidup dan mati seseorang.

Minhyun tetap diam, meskipun dokter Kwon menatap tajam tepat di manik mata dengan mata monolidnya. Minhyun tau, si dokter sedang tidak main main, tapi ia tetap tidak mau menjawab. Tidak mungkin sekali seorang Hwang Minhyun mau membuka mulutnya barang semilipun -kecuali menguap- terlebih pada orang asing seperti dokter Kwon ini.

"Lain kali jangan lakukan tindakan bodoh lagi, mengerti?" Hyunbin tidak menyerah, justru mengingatkan untuk tidak berbuat yang aneh aneh, seperti menyayat diri sendiri contohnya.

Seolah ada sesuatu yang menyuruh untuk merespon kata kata Hyunbin, maka Minhyun mengedipkan kedua matanya dalam tempo lambat. Memberi isyarat bahwa ia akan mengiyakan permintaan Hyunbin untuk tidak bertindak demikian.

Bibir penuh si dokter tersenyum lebar melihat respon si bidadari, karna ini kali pertama dia memberi respon, meskipun hanya kedipan mata. Tidak masalah, itu sudah termasuk kemajuan. Ah, tidak ada frasa yang tepat bagaimana menggambarkan betapa bahagianya Hyunbin saat ini.

"Hwang Minhyun, tetaplah hidup!" ujar Hyunbin tegas, dan Minhyun sudah terjerembab dalam pelukan hangat lelaki berjas putih tersebut.

Sekujur tubuh Minhyun meremang. Kapan terakhir kali ia mendapat pelukan seperti ini? Minhyun sama sekali tidak ingat. Pelukan dokter Kwon terasanya hangat, nyaman, dan-rasanya dokter Kwon bisa melindungi dirinya dari kejamnya dunia. Kalau boleh, ia ingin sekali di peluk terus seperti ini, tapi Minhyun tidak bisa mengatakannya.

Tanpa keduanya tau, dua makhluk tak kasat mata berpakaian putih tulang dengan mahkota dedaunan segar warna hijau muda saling menepukkan masing masing kedua telapak tangannya, karna sudah merasa hampir berhasil.

Sedikit lagi, Hyunbin dan Minhyun pasti bisa bersatu. Lihat saja, Taedong dan Donghan akan terus berusaha.

TBC

jangan lupa bersyukur sama Tuhan masing masing karna uda diberi mental yang kuat ehe~

0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now