Level 21

1.1K 282 57
                                    

Tanpa Hyunbin tau, Minhyun sebenarnya menikmati sensasi menyenangkan pada rongga dadanya kala lelaki tinggi itu menempelkan bibir mereka. Kapan terakhir kali Minhyun sebahagia ini? apakah itu sudah lama berlalu sejak terakhir kali ia merasa bahagia?

Hyunbin rasa, sekedar kecupan kupu kupu saja masih kurang. Selagi Minhyun tidak menolak, kenapa ia tidak melakukan lebih? Seperti memberi lumatan lembut misalnya? Sekali lagi Hyunbin menganut prinsip 'kita tidak akan tau hasilnya, jika tidak dicoba' maka Hyunbin benar benar mencobanya.

Mulanya Hyunbin menggerakkan bibir tebalnya pelan pelan, baru ia melumat lembut bibir bawah Minhyun. Mulai dari bagian tengah kemudian beralih ke sepanjang bibir dingin tersebut. Oh, ciuman ini sekalian menghangatkan bibir Minhyun agar tidak merasa kedinginan lagi.

Percobaan Hyunbin sejauh ini masih tampak berhasil, diamnya Minhyun bukan pertanda penolakan. Jika memang Minhyun menolak, tentu ia akan berpaling seperti dulu. Sudut bibir Hyunbin tersenyum disela ciuman, merasa sudah menang sedikit lagi. Minhyun pasti jatuh ke pelukannya setelah ini.

Puas dengan bibir bagian bawah, Hyunbin mulai bergerak mengerjai bibir atas Minhyun. Tanpa diduga sebelumnya, Hyunbin merasakan bibir bawah Minhyun bergerak. Bukan bergerak membalas ciumannya, ia hanya sekedar membuka beberapa mili, seolah memberi kesempatan pada Hyunbin untuk mengulum lebih dalam.

Tidak menyianyiakan kesempatan, Hyunbin langsung beralih lagi ke bibir bawah si bidadari. Meraup seluruh bibir tersebut ke dalam bibirnya sendiri. Bibir Minhyun terasa seperti ice cream, dingin dan manis. Hyunbin suka.

Minhyun tak bisa menahan ledakan confetti virtual dalam dada kala Hyunbin menjepit bibir bawahanya diantara bibir tebal yang selalu mencurahkan perrhatian padanya selama ini. Bermain main disana tanpa bosan.

Sampai dokter muda itu nyaris kehilangan akal sehat, karna ia baru saja mendorong tubuh pasiennya hingga terbaring di kasur. Mengikuti naluri, Hyunbin mengangkangi Minhyun dan menahan masing masing pergelangan tangannya di sisi kepala. Kembali melumat bibir rasa ice cream itu tanpa ampun.

Meskipun Minhyun pasif, tanpa membalas sedikitpun ciuman yang diberikan dokternya, tapi Hyunbin sudah cukup puas akan hal tersebut. Oh, kejantannya saja mulai tegang sekarang. Bagaimana jika Minhyun membalas? Mungkin celana dalamnya sudah basah sejak tadi.

Nafas si bidadari memberat, hidungnya tidak bisa menghirup oksigen leluasa karna terhalang oleh wajah Hyunbin. Bersyukur, ia menyadari hal tersebut, kalau tidak bisa bisa Minhyun mati karna kehabisan nafas.

Hyunbin enggan melepas ciumannya, mengusap lelehan saliva pada bibir berkilat Minhyun, "A-aku-aku minta maaf lagi" ungkap Hyunbin kikuk, sekaligus merasa bersalah. Ia baru menyadari kalau ciumannya barusan agak keterlaluan.

Kali ini Minhyun tidak mengedipkan matanya, lelaki manis itu hanya menghirup udara banyak banyak. Tidak ada tepisan, berarti tidak ada penolakan. Bagus! Sedikit lagi Hwang Minhyun pasti akan jatuh ke pelukannya.

"Aku akan meminta bibi membawakan makan kemari" lanjut Hyunbin, kemudian mendudukkan kembali posisi Minhyun.

Kenjantanannya sudah terlanjur tegang, tidak mungkin ia meminta Minhyun untuk melakukan blow job. Kurang ajar sekali kalau saja seorang Kwon Hyunbin benar benar memintanya pada makhluk sepolos Hwang Minhyun. Jadi ia memutuskan untuk masuk lagi ke dalam kamar mandi, untuk menyelesaikan urusanya sendiri.

Sesuai perintah sang tuan muda, si bibi membawakan senampan sup hangat -tanpa garam- sesuai pesanan. Hyunbin tidak perlu bertanya lagi, apakah Minhyun mau makan atau tidak, karna ia akan tetap memaksa si bidadari untuk menelan makanannya.

Sebelumnya Hyunbin sudah meminta izin dan maaf pada Minhyun untuk tidur sekasur berdua, dan Minhyun tampaknya tidak keberatan. Terbukti dengan betapa pulasnya ia tertidur berbantal lengan kekar si dokter, ditambah dengan pelukan hangat disekeliling pinggangnya.

Percayalah, Hyunbin sudah merasa ia adalah makhluk paling bahagia sedunia.

...

Awal bulan telah tiba, begitu pagi menjelang Minhyun sudah mendapati selembar amplop berisi uang seperti biasa. Ia sudah bertekad untuk menggunakan uang kiriman ayahnya bulan ini untuk mengganti uang dokter Kwon untuk biaya rawat inapnya dua minggu lalu.

Minhyun tidak mau berhutang budi, ia masih mampu membayar biayanya sendiri. Omong omong Minhyun tau fakta tersebut dari Kenta. Lelaki Jepang itu bercerita dengan wajah berbinar bahwa dokter Kwon telah membiayai seluruh administrasi rawat inapnya. Diselipi dengan sedikit promosi agar Minhyun tau bagaimana perasaan dokter Kwon terhadapnya.

Setelah mandi dan menulis namanya di sampul depan amplop, Minhyun berjalan ringan menuju rumah sakit, di ikuti Jihun yang sedang asyik menarik narik ekor Jinyoung. Ia heran, tidak biasanya Jihun dan Jinyoung jadi diam begini. Padahal Jinyoung selalu memaki Jihun kalau si malaikat berani bermain main dengan ekornya. Pasti ada yang tidak beres.

"Kenapa kalian diam saja?" Minhyun penasaran juga akhirnya.

Jinyoung menghela nafas, tangannya ia lipat di depan dada, "Aku sudah lelah memaki Jihun selama seribu tahun terakhir gara gara ia suka sekali memainkan ekorku"

Jihun tersenyum menggemaskan, "Karna dia tidak protes, ya aku diam saja. Kalau aku banyak bicara nanti dia protes"

"Setelah ini aku mau lihat manusia berebut bola" ungkap Jinyoung, berharap Minhyun mau menuruti keinginannya.

"Tidak! Minhyun harus makan dulu, baru kita melihat manusia berebut bola" sanggah Jihun.

"Baru saja beberapa detik lalu aku bertanya kenapa kalian diam, dan sekarang sudah mulai berdebat lagi" giliran Minhyun yang menghela nafas.

"Bola!" Jinyoung mengabaikan keluhan Minhyun.

"Makan!" sanggah Jihun tak mau kalah.

Dua makhluk tak kasat mata itu beralih posisi jadi berhadapan, "Bola! Bola! Bola!" sahut Jinyoung cepat.

"Makan! Makan! Makan!" dan Jihun membalas dengan intonasi sama.

Merasa sudah di abaikan sejak awal, Minhyun tetap berjalan santai menyusuri trotoar yang lengang. Ia kira dua pengikutnya itu tetap setia mengikuti, tapi Minhyun tidak menemukan keduanya setelah melirik sekilas kanan dan kirinya.

"Jihun, Jinyoung" panggil Minhyun. Tidak ada sahutan, ia bisa mendengar samar perdebatan keduanya, namun fisiknya sama sekali tidak ada pada jarak pandang Minhyun.

Lantas ia mencoba berbalik, dan benar saja, dua makhluk tak kasat mata itu sedang beradu dahi menegaskan argumen siapa yang paling kuat. Kalau saja Minhyun bisa menyentuh mereka, ia ingin sekali mendorong belakang kepala keduanya sampai bibir mereka berciuman.

Ciuman ya?

Ah, wajah Minhyun tiba tiba memanas saat kata tersebut melintas dibenaknya. Sosok Hyunbin serta ciumannya kemarin benar benar tidak bisa hilang dari ingatan. Apa lagi itu adalah ciuman pertama sejak ia terlahir ke dunia 25 tahun silam. Jadi, benar ya ia sudah jatuh cinta pada dokter Kwon itu?

Tiba tiba sekelebat rasa penasaran ikut muncul dibenaknya.

Apakah iblis dan malaikat juga bisa jatuh cinta?

Bagaimana jika keduanya saling jatuh cinta?

TBC

Jadi teman temanku yang budiman, rencananya sih saya mau bikin ehmm-- apa ya namanya, kayak season 2 atau side story gitu, tapi winkdeep yang maen ehe. Soalnya ada beberapa temen temen yang sampe nge-dm katanya gemes sama malaikatnya, dan minta dibikinin ceritanya juga. Serah deh ntar mau baca apa ngga ehe.

Makasih banyak karna uda spam vote sama comment di level level sebelumnya. Semoga idup kalian penuh kegirangan. Amin

0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now