"Kenapa tidak di makan?" pertanyaan pertama dari seseorang bersuara bariton itu membuat Minhyun makin bingung. Dia takut, "Mau aku belikan makanan lain? Makan mie instan terus terusan tidak baik untuk kesehatanmu" lanjutnya, persis seperti yang dikatakan Jihun.
"Bantu aku, aku harus bagaimana?" Minhyun resah dibalik tatapan kosongnya, Jihun sekarang sudah terbang kegirangan karna kedatangan lelaki asing di samping si manusia.
"Cepat pergi dari sini Hwang Minhyun!" dan melupakan Jinyoung yang bisa dengan mudahnya mempengaruhi Minhyun, jika si malaikat lengah sedikit saja, seperti saat ini.
Tanpa berpikir dua kali, Minhyun mengikuti usulan Jinyoung. Ia segera beranjak dari sana, meninggalkan satu cup mie instan yang masih hangat dan lelaki bersuara bariton tersebut. Itu dokter Kwon, seseorang yang diam diam Minhyun harapkan kehadirannya.
Padahal dokter Kwon sudah muncul dihadapannya, kenapa justru Minhyun pergi menghindari lelaki itu? Jihun kebingungan, ia tetap mencecar Minhyun dengan pertanyaan yang sama, sesekali Jinyoung akan menimpali dengan jawaban kontradiksi.
Jinyoung benar, manusia itu harus berpikir realistis. Murni menggunakan otak tanpa memasukkan unsur perasaan di dalamnya. Maka Minhyun sudah memutuskan untuk menutup hati rapat rapat. Ia tidak mau berakhir di kubangan yang sama, dimana orang orang memberinya cinta di awal dan berakhir meninggalkannya sendirian ketika tidak diinginkan.
Ia merasa ini keputusan yang benar sebelum Hyunbin masuk terlalu jauh dalam kehidupannya. Minhyun tidak butuh siapapun, asal punya Jihun dan Jinyoung disampingnya. Baik itu Hyunbin, ayah, ibu, atau teman, Minhyun tidak butuh!
Peduli setan dengan perkataan Jihun -sebenarnya kata Donghan- yang mengatakan bahwa Hyunbin adalah soulmatenya. Ia seharusnya tidak pernah percaya dengan kalimat kalimat sok bisa membuatnya senang seperti itu, nyatanya bagi Hwang Minhyun cinta adalah fana.
Hyunbin dibuat kebingungan sendiri dengan sikap kurang bersahabat yang di tunjukkan oleh pasien kesayangannya. Ia kira, pertahanan Minhyun sudah mulai leleh sedikit demi sedikit, tapi mengapa bidadarinya justru bersikap demikian? Jika punya banyak waktu, maka Hyunbin tentu akan mengikuti kemana ia pergi. Sayangnya shift siang hari ini tidak menerima tolerir.
...
Sebagai iblis yang sudah hidup ribuan tahun, Jinyoung berhasil mendorong Minhyun lebih dalam, menggiring lelaki itu dalam ke kalutan pikirannya sendiri. Membuatnya berpikir berlebihan tentang ia yang tidak akan pernah di cintai oleh siapapun di dunia ini.
Minhyun selalu terjebak dalam lubang yang sama. Mengenai pikiran pikirannya tentang betapa tidak di inginkannya dia di dunia ini. Tentang orang orang terdekat yang meninggalkannya satu demi satu, sampai ia tidak punya seorangpun, setidaknya untuk saling bertegur sapa.
Di mulai dari sang ibu yang kini mendekam di balik dinginnya jeruji besi penjara. Minhyun pikir sang ibu adalah tempat bersandar paling nyaman yang ia punya, dan seharusnya memang begitu. Tapi tiga tahun lalu, tepatnya setelah tugas akhir milik Minhyun sudah di setujui oleh dosen pembimbing, sang ayah malah membawa berita buruk.
Ibunya di tangkap polisi, atas tuduhan pengedaran narkoba. Minhyun yang saat itu seharusnya bahagia karna sebentar lagi bisa lulus kuliah, malah terkejut bukan main saat sang ayah berkata demikian. Minhyun ingat betul, tubuhnya langsung merosot di ruang tamu kala itu. Pikirannya mendadak kosong, seolah ia tidak bisa menerima kenyataan yang ada.
Tidak mungkin!
Ayah pasti berbohong!
Sekuat apapun ia mendoktrin pikirannya sendiri bahwa sang ayah pasti berbohong, Minhyun tetap tidak bisa. Kenyataan memang kadang menyakitkan. Dan kenyataan menyakitkan tersebut mampu membuat seorang Hwang Minhyun di landa stres berat selama berhari hari. Seorang anak laki laki yang biasanya di kelilingi oleh kasih sayang dan hangatnya pelukan orang tua, tiba tiba harus kehilangan satu jatah kasih sayangnya.
Tidak hanya sampai disitu, Minhyun itu hidup di antara banyak manusia. Manusia yang suka membicarakan keburukan orang lain apa lagi. Di rumah, di kampus ia selalu menjadi bulan bulanan karna nama serta wajah ibunya menjadi headline di surat kabar sebagai tahanan atas tuduhan pengedaran narkoba.
Percayalah, jika Minhyun bisa memilih, ia tidak pernah ingin punya ibu seorang kriminal. Bukannya di dukung, lingkungan justru makin menjatuhkannya, mengucilkannya hingga tak berteman dengan siapapun.
Hanya ayah satu satunya manusia yang masih peduli padanya. Memberikan kata kata penyemangat, agar mentalnya tidak semakin tertekan. Menyuruh Minhyun melakukan hal hal bermanfaat agar bisa melupakan permasalahan sang ibu pelan pelan.
Baiklah, Minhyun menurutinya. Berlarut larut dalam kesedihan juga tidak baik. Maka ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, membaca buku, dan merevisi tulisan tulisan pada jurnal tugas akhirnya. Namun bisikan bisikan tentang keburukan sang ibu kembali terdengar menembus gendang telinga. Minhyun tidak sanggup, bahkan untuk sekedar membaca halaman pertama pada buku yang ia pilih.
Sang ayah pernah bilang, ibu pasti akan kembali setelah masa hukumannya selesai, dan beliau juga berjanji untuk selalu berada disisi Minhyun, hingga akhirnya mereka bisa utuh bertiga seperti sedia kala. Sejak sang ibu berpindah ke penjara, beliau berusaha sebisa mungkin untuk menyayangi anak lelaki semata wayangnya.
Sampai sang ayah juga berakhir pergi meninggalkan rumah demi wanita lain. Minhyun tidak tau, jika sang ayah juga sebenarnya menyimpan rasa malu karna istri seorang pengedar narkoba. Jadi untuk membersihkan nama kembali, ayah menceraikan ibu dan menikah lagi dengan seorang janda beranak dua. Meninggalkan Minhyun dan rumah mereka seorang diri.
Mana yang katanya tidak akan meninggalkannya sendirian? Sang ayah hanyalah seorang pembual. Meskipun beliau tidak melepaskan tanggung jawab untuk tetap menghidupi Minhyun. Tidak, sebenarnya ia tidak membenci Minhyun sama sekali. Hanya saja istri barunya tidak mengijinkan beliau membawa Minhyun turut serta, kalau saja boleh tentu Minhyun akan di angkut sekalian.
Sang ayah tidak kehilangan pekerjaan, meskipun punya mantan istri seorang narapidana. Ia tetap tinggal di kota yang sama dengan anaknya, hanya saja sudah tidak serumah. Beliau tau Minhyun jadi phobia dengan tempat tempat ramai, jadi ia akan memasukkan beberapa lembar uang dalam amplop dan menyelipkan lewat celah pintu rumah.
Minhyun benar benar sendirian.
Masih untung sang ayah yang pergi, bukan ia yang di usir dari rumah. Ia sama sekali tidak punya gambaran akan tidur dimana dan hidup seperti apa.
Oh, hidup ya?
Satu pertanyaan yang masih melekat di benak Minhyun sampai sekarang, kenapa ia masih diberikan hidup di saat takdir sudah mulai kejam kepadanya?
Ah, Jihun saja tidak mampu menjawab, yang ada dia akan terus mengomel.
"Apa aku sudah boleh mati sekarang?" tanya Minhyun di perjalanan dari mini market menuju rumah.
"Ya!"
"Tidak!"
Kalian tentu tau siapa pemilik dialog saling kontradiksi tersebut.
TBC
makasih banyak yang uda vote sama comment tulisan sampahku :))
semoga dengan adanya chapter ini kalian jadi makin paham kenapa minhyun bisa berubah jadi kek boneka manekin gitu ehe. kalo ada yang belom jelas silahkan ditanyakan :))
YOU ARE READING
0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbin
Hayran Kurgu[COMPLETED] cerita spinoff 👉 0256 minhyunbin ↪ 9201 winkdeep ↪ 5307 guanho ⤵ spinoff 0256 sudah di publish dengan judul 9201 dan spinoff dari 9201 sudah di publish dengan judul 5307 ⤵ [private dibagian rada anu] di pertemuan pertama, hyunbin bilan...