Level 11

955 272 71
                                    

Sejak tinggal sendirian di rumah yang makin terasa dingin tiap harinya, Minhyun jadi punya hobi baru, yaitu melukai diri sendiri. Hal itu dianggap sebagai bentuk pelampiasan karna ia tidak punya seorangpun untuk mendengar keluh kesahnya.

Cutter seolah sudah menjadi teman baiknya, yang selalu setia menggores tiap inchi kulit putih mulus itu kala rasa tertekan mulai menghampiri. Minhyun bukan type orang yang akan melarikan diri ke minum minuman keras atau narkotika, ia pikir menyakiti diri sendiri lebih terasa menyenangkan.

Atau kala ia tidak bisa menemukan cutter, maka Minhyun masih punya banyak cara untuk menyakiti dirinya sendiri. Misalnya berendam di dalam bak mandi selama berjam jam, hingga kulitnya berubah pucat dan keriput. Kadang juga ia akan tidur dengan menyalakan pendingin ruangan, mengaturnya sedingin mungkin, lalu tertidur semalaman tanpa mengenakan selimut.

Seminggu sejak pertemuannya dengan dokter Kwon, Minhyun jadi semakin merasa hilang. Jinyoung tentu akan memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Makhluk pemilik dua tanduk di atas kepala itu terus terusan mendorong Minhyun untuk kembali menyakiti dirinya sendiri. Mencari pelampiasan.

Minhyun serta merta menuruti permintaan Jinyoung. Pemuda manis itu mengambil cutter yang biasa ia gunakan dari dalam lemari pakaian, lantas berjalan ringan menuju kamar mandi. Jinyoung tidak ingin kehilangan eksistensinya, seakan ia bisa menulikan pendengaran Minhyun dari bisikan Jihun, padahal si malaikat sudah memohon mohon agar Minhyun mau mendengarkannya.

Kini Minhyun sudah terduduk bersandar pada tembok, lengan kirinya bersandar disebelah bath up. Ia sudah banyak pengalaman tentang menyakiti diri sendiri. Jadi langsung saja tangan kanannya menyibak kemeja lengan panjang yang ia kenakan sebatas siku. Menatap pergelangan tangan hingga siku lamat lamat, seolah berpikir, motif sayatan seperti apa yang sebaiknya aku buat?

"Minhyun berhenti!" larang Jihun.

"Ayo segera lakukan Minhyun" provokasi Jinyoung.

Akhirnya Minhyun menancapkan ujung cutter itu pada pergelangan tangannya, memberi sayatan pertama, lalu membuat garis vertikal di sepanjang pergelangan tangan, kemudian sedikit turun dan memberi pola abstrak hingga lipatan siku. Minhyun seolah menggambar garis pada kertas, alih alih menyayat tangannya dengan cutter.

Minhyun rasa ini keputusan tepat, ia merasa sedikit lega dalam dada setelah melakukan tindakan tersebut. Dari sorot matanya, terlihat jelas bahwa lelaki itu sama sekali tidak ada perasaan bersalah atau menyesal setelah tangan kanannya dengan tega melukai tangan kirinya sendiri. Kembali menatap kosong pada cairan merah perlahan menyeruak lewat sayatan yang ia buat.


Minhyun puas.


Mengabaikan tangisan Jihun di sisi kanannya. Di telinganya hanya terdengar suara tawa puas Jinyoung. Tak jarang si merah itu melontarkan beberapa kalimat pujian pada si manusia.

Setelah itu Minhyun membiarkan cutter itu teronggok di sebelah pahanya. Kepalanya bersandar perlahan pada tepi bath up, seraya menyaksikan darah yang makin berlomba lomba untuk keluar. Ingin tau seberapa lama darah ini akan berhenti dengan sendirinya.

"Minhyun, pergi ke rumah sakit sekarang juga!" teriak Jihun di sela tangisannya.

"Tidak perlu! Hasil karyamu sudah menakjubkan, untuk apa ke rumah sakit?" bujuk Jinyoung.

Jihun menatap Jinyoung tajam, dasar iblis!

"Mihyun! Ayo cepat bangun, sebelum kau kehilangan banyak darah nanti!" Jihun semakin khawatir, pasalnya si manusia diam saja, tidak menanggapi apapun, "Minhyun!" nada bicara Jihun meniggi.

Dan itu cukup memberi Minhyun kejutan, buktinya ia langsung menoleh ke arah Jihun. Mendapati si putih dengan lingkaran kuning pucat mengambang di atas kepala telah bercucuran air mata. Minhyun kembali terkejut, apa si malaikat sedang menangis untuknya?

"Ji-jihun-" tangan kanan Minhyun terjulur, hendak menggapai Jihun. Ah, jika saja manusia dan malaikat bisa bersentuhan, mungkin Minhyun sudah mengusap air mata yang mengalir di pipi tembam Jihun.

"Pergilah ke rumah sakit-sekarang-hiks-" perintah Jihun lembut.

"Jihun-aku-aku minta maaf" hati Minhyun tiba tiba diliputi perasaan bersalah. Bukan perasaan bersalah pada dirinya sendiri, tapi pada malaikat menggemaskan di sisi kanannya ini.

Padahal selama ini Jihun selalu menghiburnya, memberi kata kata penyemangat dan senantiasa mengajaknya menuju kebaikan. Tapi sekarang, ia malah membuat Jihun menangis. Kira kira hukuman seperti apa yang nanti Minhyun terima di akhirat karna sudah membuat seorang malaikat menangis?

"Kau tidak perlu minta maaf padaku, sekarang pergilah" Jihun menggeleng lemah.

"Tidak tidak tidak! Kau tidak boleh pergi ke rumah sakit" sela Jinyoung cepat.

"Aku akan pergi, jangan menangis lagi" setelah berkata demikian, Minhyun benar benar bangkit, meninggalkan Jinyoung dan cutter di dalam kamar mandi.

Karna sudah sering menyakiti diri sendiri, Minhyun seperti sudah kebal dengan rasa sakit karna sayatan. Ia hanya merapikan kembali lengan kemejanya ke posisi semula, membiarkan darah terus menetes melewati ujung ujung jari dan membasahi tiap tapak yang ia lewati. Oh dan jangan lupakan, darah itu juga sudah merembes membasahi kemeja yang ia kenakan.

Jinyoung terus terusan berdecak kesal, setelah sempat tertinggal di kamar mandi, akhirnya ia tetap ikut melayang di sisi kiri Minhyun seraya terus berusaha untuk menghalangi agar si manusia mau berputar balik pulang ke rumah dari pada ke rumah sakit.

Jihun tidak boleh kalah kali ini, setidaknya ia telah berhasil mengambil hati Minhyun dengan menangis tersedu sedu barusan. Tidak, itu air mata tulus kok, bukan sekedar air mata agar Minhyun mau menuruti perintahnya.

Minhyun sempat dilanda kebingungan saat lobi rumah sakit hanya tinggal sejengkal lagi. Bagaimana ya? Darahnya masih belum berhenti, dan ia tidak mungkin mengotori lantai putih bersih rumah sakit yang sudah menjadi langganannya ini. Pemuda itu berdiam diri sejenak, sebelum memilih untuk mendekap tangan kirinya di depan dada, tidak peduli kemejanya semakin banyak terdapat noda merah.

Begitu sampai di ruangan bertuliskan Unit Gawat Darurat, tubuh Minhyun tiba tiba dirangkul oleh seseorang berjas putih dengan stetoskop melingkar di lehernya, kemudian menggiring sampai memasuki bilik bersekat kain putih. Dalam hati, Minhyun memuji betapa sigapnya dokter ber-name tag Ong Seongwoo tersebut.

Dokter Ong mendudukkan Minhyun di ranjang, setelah itu bergerak cepat mengambil beberapa peralatan di nakas lalu memindahkannya di sebelah paha si pasien. Sebelum itu dokter Ong membalut telapak tangannya dengan sarung tangan.

Tanpa banyak bicara, si dokter menarik pergelangan tangan Minhyun pelan pelan. Menyibak satu satunya kain penutup luka dan menemukan jejak darah mengering serta beberapa darah segar yang masih saja mengalir.

Dokter Ong menghela nafas disela kegiatan bersih bersihnya, tidak usah di tanya mengapa juga semua orang jelas tau dari mana luka sayatan pada pasiennya itu berasal.

"Mencoba bunuh diri ya?" tembak dokter Ong, tepat menatap mata kosong pasiennya.

TBC

btw kalian kalo abis cutting gitu uda ngerasa lega ga sih?

btw kalian kalo abis cutting gitu uda ngerasa lega ga sih?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ngga ngerti lagi saya sama keindahan hwang minhyun :'))

0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now