Level 17

851 275 30
                                    

Bagaimana Hyunbin bisa menyembunyikan wajah tidak semangatnya, jika si penyemangat tidak bisa ia temukan di manapun?

Jadi, semalam Hyunbin sudah mencoba mendatangi rumah Minhyun. Tapi di luar dugaan, pintu rumah yang biasa ia masuki seenaknya justru terkunci rapat. Semua lampu juga mati, tidak dinyalakan, seperti tidak ada siapa siapa di dalam sana. Ia menimang nimang beberapa saat, sebelum memutuskan untuk pergi dari sana. Mungkin esok hari Minhyun sudah ada di rumah.

...

Dua menit sebelum jam istirahat tiba, dokter Kang sudah kembali ke ruangan. Membawa keluhan tentang salah satu pasiennya yang tidak mau makan apapun sejak tadi pagi. Dokter Ong, Woojin, dan Hyungseob ikut memberi saran agar dokter Kang berhasil membujuk pasien yang dimaksud, tapi dokter Kang malah menghela nafas lelah.

"Jangankan makan, dia sama sekali tidak mau bicara pada siapapun" keluh dokter Kang seraya menyandarkan tubuh pada punggung kursi.

"Bagaimana dengan keluarganya?" tanya Hyungseob.

"Entahlah, dia sendirian sekarang. Kemarin dua orang lelaki yang mengaku sebagai temannya, membawanya ke sini" papar dokter Kang, "Demi apapun, ini kali pertama aku mendapat pasien seperti dia. Tidak mau makan, tidak mau bicara, dan ekspresi wajahnya benar benar datar"

"Benarkah? Mungkin dia sedang memikirkan penyakitnya" sambar dokter Ong sok tau.

"Dia sebenarnya tidak sakit. Percobaan bunuh diri" jelas dokter Kang.

Penjelasan dokter Kang barusan, seperti mendeskripsikan sosok bidadari yang tidak ia temukan semalam di rumahnya. Berekspresi datar, tidak mau bicara, dan-percobaan bunuh diri? Hyunbin akui, Minhyun memang suka melukai diri sendiri, tapi sampai melakukan percobaan bunuh diri rasanya ia agak kurang percaya. Kalau dipikir pikir lagi sih, semua itu memang berkaitan, mulai dari deskripsi dokter Kang, sampai menghilangnya Minhyun dari rumah.

"Boleh aku tau siapa namanya, dokter Kang?" Hyunbin mulai bertanya, sekedar memastikan.

Dokter Kang menerawang ke atas, mencoba menggali ingatan, "Emm-siapa ya? Aku lupa, tapi seingatku nama depannya Hwang"

"Hwang Minhyun?" terka Hyunbin dan dokter Ong bersamaan.

"Ah, benar!" dokter Kang menjentikkan jari.

"Di kamar mana sekarang dia dokter Kang?" Hyunbin bertanya tidak sabar, bahkan ia sudah berdiri dari duduk nyamannya lengkap dengan ekspresi panik dan khawatir.

"Kamar 0256" jawab dokter Kang sekenanya, bertanya lebih lanjut juga tidak mungkin karna Hyunbin sudah siap meninggalkan ruangan. Dan benar saja, lelaki tinggi itu melesat tanpa berkata terima kasih.

"Gawat" gumam dokter Ong.

"Eh, kenapa? Kau mengenalnya?" dokter Kang jadi bingung. Hyungseob dan Woojin yang sejak tadi menyaksikan juga ikut bingung, tapi mereka memilih diam saja.

"Hwang Minhyun itu bidadari yang sering Hyunbin ceritakan" ucap dokter Ong, yang langsung mendapat gumaman paham dari tiga manusia di sekelilingnya.

Seperti dugaan Hyunbin sebelumnya. Itu Hwang Minhyun. Bidadarinya. Setelah mengintip sedikit, Hyunbin memantapkan diri untuk melangkah masuk menghampiri sang bidadari yang sedang duduk tenang di kasur seraya memandang kosong pemandangan kota di samping kananya.

Jarak mereka hanya terpaut sekitar tiga meter sekarang. Dokter muda itu terdiam sejenak, berpikir tentang apa yang harus dilakukan pada pasien kesayangannya. Haruskah ia berlari memeluknya atau-

Pada akhirnya, hati lebih berkuasa dari pada logika saat ini. Tanpa memikirkan opsi kedua, Hyunbin segera memeluk lelaki pucat itu erat. Menenggelamkan tubuh rapuh tersebut pada dada bidangnya, seperti dulu.

Minhyun agak tersentak ketika tubuhnya tiba tiba dipeluk begitu erat oleh seseorang yang tidak ia tau siapa, karna wajahnya sudah tenggelam duluan dalam tubuh berbalut kemeja merah maroon berlapis jas putih.

Dokter Kang?

Oh, dokter Kang tidak akan segila itu untuk memeluknya begini. Tapi Minhyun diam diam teringat dengan aroma tubuh ini.

Ini aroma Kwon Hyunbin. Seseorang yang menjadi alasan, mengapa ia terbaring lemah dengan selang infus dan perban di sekeliling pergelangan tangannya.

"Aku tidak suka melihatmu seperti ini, kak Minhyun" ucap Hyunbin prihatin, tidak lupa dengan usapan usapan lembut di belakang kepala dan punggungnya.

"Kalau tidak suka melihatku seperti ini, kenapa kau malah meninggalkanku?" batin Minhyun membalas ucapan Hyunbin.

Suara Jinyoung tertawa terpingkal pingkal berdengung di gendang telinga Minhyun, "Bodoh sekali sih manusiaku yang satu ini" sindirnya, dibalas dengan tarikan kuat pada ekornya oleh Jihun.

Minhyun ikut tertawa dalam hati, membenarkan pernyataan miris yang dilontarkan Jinyoung. Jangan sampai ia terlena lagi dengan perlakuan perlakuan manis Hyunbin, "Jinyoung, kau harus sering mengingatkanku agar tidak terjebak dalam kisah picisan menyedihkan untuk kesekian kali"

"Hey, cinta itu tidak menyedihkan tau" sewot Jihun, "Sekedar informasi saja, Donghan dan Taedong sedang ada disini" Jihun melapor, meyakinkan lagi bahwa dua malaikat cinta tersebut sedang berusaha menyatukan mereka.

"Minhyun" sapa seseorang di ambang pintu dengan intonasi ceria, tapi ekspresi ceria tersebut seketika luntur, berganti dengan wajah terkejut menggemaskan karna mendapati teman lamanya sedang dipeluk oleh-

Seorang dokter?

Kenta -lelaki yang menyapa Minhyun- dan Sanggyun tiba tiba kompak terdiam, mencoba mencerna, kemudian menduga duga. Siapa dokter yang sedang memeluk temannya ini? apa hubungannya dengan Minhyun?

"Ah, aku minta maaf" ujar Hyunbin kikuk, setelah melepas pelukannya pda Minhyun, "Jadi, kalian ini temannya kak Minhyun?" duga si dokter, ia sempat teringat dengan ucapan dokter Kang tentang dua orang teman yang membawa Minhyun kemari.

Sanggyun mengangguk ramah, "Iya, aku Sanggyun teman Minhyun sejak sekolah menengah, dan ini Kenta istriku, dia teman Minhyun juga" Sanggyun merangkul bahu sempit Kenta, sekalian menyadarkan lelaki itu dari keterkejutannya, "Ehmm-dan anda?"

"Perkenalkan namaku Kwon Hyunbin, aku dokter yang sering menangani kak Minhyun" balas Hyunbin ramah.

Kenta akhirnya mengangguk mengerti, dan melempar senyuman ramah pada si dokter. Lantas matanya menatap sekeliling, menemukan sebuah nampan berisi nasi, lauk pauk, buah dan teh hangat tergeletak utuh di atas nakas. Seketika matanya berubah jadi sayu, Minhyun pasti tidak mau makan.

Mengabaikan keberadaan Hyunbin dan suaminya, Kenta mendekat ke ranjang Minhyun, hingga bokongnya berhasil terduduk disana. Lelaki berdarah Jepang itu menangis tanpa suara, bibirnya melengkung ke atas seolah amat senang melihat Minhyun masih diizinkan untuk hidup.

"Aku merindukanmu Minhyun" Kenta memeluknya, meskipun ia tau Minhyun tidak akan membalas. Kenta melirik lagi makanan di nakas, "Tidak mau makan ya? Mau aku suapi?"

Minhyun menatap kosong pada wajah Kenta, ia juga rindu. Sangat rindu pada satu satunya teman yang tidak pernah meninggalkannya dulu, sebelum lelaki ini kembali ke Jepang bersama kekasihnya -Sanggyun- dan menikah disana beberapa bulan lalu.

Kelopak mata Minhyun berkedip sekali dalam tempo lambat, dan Kenta tau betul apa maksud dari kedipan itu.

TBC

vote sama commentnya di tunggu yha teman teman~

makasih banyak uda mau baca, vote sama comment di level level sebelumnya :)) semoga idup kalian seneng terus. amin~

0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now