Level 13

939 281 28
                                    

Sejak insiden pelukan di rumah sakit tersebut, Hyunbin semakin membulatkan tekad untuk menaklukkan hati si bidadari. Maka tindakan pertama yang ia lakukan adalah selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah Minhyun sepulang dari rumah sakit.

Jika ia kebagian shift pagi, tentu ia memilih untuk berkunjung pada malam hari dengan dua bungkus makanan seperti dulu. Dan jika kebagian shift malam, ia akan berkunjung sebelum berangkat ke rumah sakit. Ia bersyukur karna Minhyun masih menyambut baik setiap kunjungannya.

Siang ini ruang tengah rumah Minhyun tampak berantakan, kepingan kepingan puzzle dan balok balok jenga bercereran dengan si pemilik rumah berada di tengah tengahnya. Sementara dua pengikutnya juga sedang asyik bermain sendiri, terbang kesana kemari dan saling mencubit pipi satu sama lain.

"Aku ingin bermain permainan manusia juga" keluh Jihun, pada Jinyoung, setelah melihat Minhyun menyusun puzzle berukuran 50 centi tersebut.

"Minta saja pada Tuhan untuk jadi manusia" balas Jinyoung seenaknya.

"Mana ada yang seperti itu" kata Jihun gemas, ia menarik ekor Jinyoung dan menggoyang goyangkan ke kanan ke kiri dengan tempo cepat.

"Aku kan tidak menyarankanmu bermain dengan ekorku" sebal Jinyoung, lantas memutar tubuhnya beberapa derajat untuk mencubit dua belah pipi tembam Jihun.

Minhyun sama sekali tidak terusik, ia tetap berkonsentrasi menyelesaikan puzzle baru yang beli secara online. Lumayan untuk mengurangi rasa bosan, dari pada Jinyoung terus terusan berbisik untuk menyuruhnya bunih diri. Terlalu asyik, Minhyun sampai tidak menyadari Hyunbin telah ada disampingnya.

"Belum makan kan? Hari ini aku membawa sup kimchi buatan ibuku, kakak harus mencobanya" kata Hyunbin setelah mengambil posisi di samping Minhyun. Oh iya, omong omong Hyunbin sudah memutuskan untuk memanggil Minhyun dengan tambahan kakak di depan namanya, mau bagaimapun juga Minhyun tetap lebih tua dua tahun darinya. Sekalian agar lebih akrab.

Kepala Minhyun yang semula menunduk, tiba tiba terangkat menghadap Hyunbin, meskipun sorot matanya tidak fokus menghadap lelaki itu.

Sup kimchi?

Buatan ibu?

Kapan terakhir kali Minhyun makan masakan buatan ibu?

Tiga tahun lalu ya?

"Kenapa? Aku sudah meminta ibu untuk tidak menambahkan garam, jadi tidak usah khawatir" kata Hyunbin sok tau, kemudian ia membuka kotak kotak bekal dan mulai menyuapkannya pada Minhyun seperti biasa. Oh dan juga, Hyunbin sudah tau kalau sebenarnya Minhyun tidak tuli, bidadarinya itu hanya tidak mau bicara saja.

Setelah suapan pertama diterima, Minhyun mengembalikan fokusnya pada puzzle, ia tidak mau semakin larut dalam kesedihan gara gara topik 'ibu'. Lagi pula ia tidak mungkin tiba tiba menangis di depan Hyunbin, yang ada lelaki itu pasti makin khawatir.

Suapan terakhir dari Hyunbin, bertepatan dengan kepingan terakhir puzzle Minhyun terpasang di tempatnya. Minhyun terdiam, masih dalam posisi duduk bersila dan menatap kosong pada puzzle yang berhasil ia selesaikan.

"Kerja bagus kak" puji Hyunbin seraya mendaratkan usakan lembut di puncak kepala Minhyun.

Beberapa menit memperhatikan kakak bidadarinya hanya diam melihat puzzle, maka Hyunbin berinisiatif mengajaknya melakukan sesuatu, "Kak Minhyun bisa bermain jenga?" tawarnya, seusai mengedarkan pandangann ke segala ruangan dan menemukan balok balok jenga tercecer, "Mau bermain jenga bersamaku?"

Minhyun membalikkan badan tanpa berkata kata, mencampakkan puzzle yang telah ia selesaikan demi bermain jenga bersama Hyunbin. Lelaki berbibir tebal itu tersenyum tipis, melihat respon Minhyun. Lantas ia segera menyusun balok balok tersebut dan menatanya sampai rapi.

"Kakak duluan" titah Hyunbin.

Dengan mudah jari jari Minhyun menarik salah satu balok di bagian ujung, kemudian memindahkan balok itu ke tumpukan teratas. Hyunbin terheran heran, ia dengan jelas memperhatikan bagaimana tatapan kosong milik Minhyun, tapi lelaki bidadari itu tetap bisa melakukannya. Bagaimana bisa?

Satu fakta lagi tentang Minhyun yang Hyunbin ketahui hari ini, Minhyun pandai bermain jenga. Buktinya ia tidak pernah menjatuhkan tumpukan balok kayu itu sekalipun, sedangkan Hyunbin? Ia sudah berkali kali menjatuhkannya.

...

"Minhyun, kau harus makan" Jihun menekankan nada bicara pada tiap kata.

"Sebentar lagi Hyunbin datang, aku pasti makan" Minhyun masih bersikeras tetap pada posisinya, duduk santai di ruang tengah dengan televisi menyala seperti biasa.

"Tapi ini sudah larut malam dan Hyunbin belum juga datang" kata Jihun gusar, pasalnya lelaki tinggi berbibir tebal itu selalu datang pukul 19.00 dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Ia tidak mau Minhyun jatuh sakit karna telat makan.

"Tunggulah sebentar lagi, aku masih belum lapar kok" Minhyun masih saja keras kepala.

Terdengar dengusan malas dari sisi kirinya, Minhyun melirik sekilas dan mendapati wajah tidak suka dari Jinyoung, "Aku kan sudah pernah bilang, jika kau di tinggalkan lagi oleh si Hyunbin Hyunbin itu, lihat saja aku akan tertawa kencang di atas penderitanmu" cibir Jinyoung, "Bodoh sekali sih, mau mau saja terjebak dengan kisah picisan begitu" kali ini si merah memutar bola matanya malas.

"Hyunbin tidak akan meninggalkanku!" sergah Minhyun cepat, bahkan ia sudah mau repot repot memutar lehernya ke kiri, menatap telak pada manik mata Jinyoung.

"Oh ya? Mau bertaruh?" tantang Jinyoung, kedua tangannya bersedekap di dada lengkap dengan seringai menyebalkan.

"Boleh saja" Minhyun menerima tanpa rasa takut.

"Kalau benar Hyunbin tidak berkunjung kemari selama tiga hari berturut turut, kau harus mengakhiri hidupmu. Bagaimana?" Jinyoung menawarkan taruhan yang sebenarnya sama sekali tidak merugikan baginya, dan hanya merugikan pihak Minhyun saja.

"Jinyoung!" tegur Jihun.

Tidak! Tidak! Taruhan tidak berguna ini harus segera dihentikan. Kalau bisa tidak boleh terjadi. Bukannya ia tidak percaya Hyunbin tidak akan meninggalkan Minhyun, mau bagaimanapun juga si malaikat tentu tetap khawatir bahwa manusia yang dijaganya ini akan meregang nyawa dengan cara yang salah.

"Jangan khawatir Jihun, bukankah Donghan bilang Hyunbin memang soulmateku?" Minhyun berujar menyakinkan, mengurangi rasa khawatir berlebihan pada makhluk tak kasat mata disampingnya.

"Masih saja percaya pada soulmate? Kau itu sudah pernah di campakkan dan belum kapok juga?" Jinyoung mencibir lagi, "Hwang Minhyun memang luar biasa" setelah berkata demikian, Jinyoung bertepuk tangan mengejek, kepala bertanduknya ikut menggeleng seolah menyatakan betapa takjubnya ia pada kepercayaan semu si manusia.

"Tutup mulutmu Jinyoung!" telunjuk lentik Jihun mengarah tepat di hidung Jinyoung, kedua matanya bulatnya ikut menggertak makhluk yang sudah menjadi rivalnya sejak peradaban manusia di ciptakan ini.

"Baiklah, terserah Minhyun saja toh jika Hyunbin memang meninggalkannya, Minhyun jadi bisa ikut aku ke neraka" balas Jinyoung remeh. Dia sama sekali tidak gentar dengan gertakan gertakan Jihun, lagi pula wajahnya sama sekali tidak pantas jika marah marah begitu. Siapa suruh punya wajah menggemaskan?

TBC

mau terbang aja liat gambar ginian :')

mau terbang aja liat gambar ginian :')

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now