Level 4

1.1K 294 67
                                    

Dokter Ong pernah berhutang libur dua hari pada Hyunbin beberapa waktu lalu, dan sekarang lelaki tinggi bak super model itu sedang bersantai di sofa malas rumahnya sembari mengunyah keripik kentang, kebetulan televisi sedang menanyangkan transformers hari ini.

"Kita hanya punya waktu 40 hari dari sekarang, 10 hari telah kita lalui tanpa kemajuan sama sekali" gerutu makhluk tak kasat mata berpakain putih tulang dengan mahkota dedaunan segar warna hijau muda mengelilingi sekitar kepala hingga dahinya. Posisi makhluk itu sekarang sedang mengambang di belakang sofa yang Hyunbin duduki.

"Tugas kita kali ini benar benar sulit, aku sama sekali tidak punya akal untuk mempersatukan mereka" balas makhluk tak kasat mata lainnya yang juga berpakain sama.

"Apa kita buat Hyunbin mendatangi rumah Minhyun saja?" usulnya.

"Ide bagus, bukankah Hyunbin sempat ingin berkunjung ke rumah Minhyun jika sudah punya waktu senggang? Kurasa ini saat yang tepat" lawan bicaranya menyetujui.

"Baiklah, kalau begitu aku akan ke rumah Minhyun duluan. Sampai jumpa disana" kemudian si pemberi usulan terbang menembus beberapa perabot dan tembok rumah Hyunbin menuju rumah Minhyun.

"Sekarang tugasku harus memancing ingatan Hyunbin tentang Minhyun, semoga saja aku bisa menggiringnya ke sana" salah satu makhluk tak kasat mata itu bermonolog.

...

"Hey, ini sudah siang dan kau belum makan apapun" tugas malaikat adalah mengajak manusia menuju kebaikan, dan Jihun melakukan tugasnya dengan baik. Tidak bosan bosan ia mengingatkan manusia yang ia jaga agar tidak jatuh sakit, dengan harapan bisa memanfaatkan raga sehatnya untuk melakukan hal hal bermanfaat.

"Aku tidak lapar" tolak Minhyun datar, "Aku bosan" ungkapnya.

"Ayo kita—" Jihun belum sempat mengatupkan mulut

"Membeli cutter saja, ayo" sela si iblis, omong omong Jinyoung juga melakukan tugasnya dengan baik, tapi ia sedikit lebih baik dari Jihun. Bisa dibilang peluangnya untuk membawa Minhyun ke neraka sudah 70%, terbukti dengan si manusia yang masih suka berpikiran dangkal dan melakukan tindakan di luar nalar, seperti menyayat diri sendiri dengan cutter misalnya.

"Menyela omongan itu tidak sopan!" sambar Jihun jengkel, mata bulatnya melotot lucu dengan pipi tembam menggemaskan. Jinyoung jadi ingin menusuk pipi gembul itu dengan ekor runcing miliknya.

"Untuk apa aku harus sopan padamu? Tidak ada untungnya" Jinyoung menyahut santai seraya memasang pose andalannya, yaitu bersedekap dengan wajah datar yang sombong.

Minhyun mulai jengah. Ia percaya adanya Tuhan, sangat percaya. Adanya makhluk tak kasat mata yang hidup berdampingan dengan manusia, Minhyun juga percaya. Namun selama 25 tahun hidup di dunia, baru pertama kali ini ia bisa melihat secara jelas dua makhluk berpakaian putih dan merah yang selalu membuntuti di samping kiri dan kanannya.

Makhluk berpakaian putih cerah dengan lingkaran warna kuning pucat mengambang di atas kepalanya itu, sempat memperkenalkan diri sebagai Jihun. Malaikat yang selama ini sebenarnya sudah mengikuti Minhyun sejak ia keluar dari rahim sang ibu. Tuhan mengamanahi dia untuk mengingatkan dan mengajak manusia menuju kebaikan. Seperti gambaran malaikat pada umumnya, Jihun juga punya sepasang sayap putih berukuran sedang di balik punggungnya.

Berbanding terbalik dengan Jihun, makhluk berpakaian serba merah dengan dua tanduk runcing di atas kepala dan ekor panjang yang juga runcing itu bernama Jinyoung. Sama seperti Jihun, Jinyoung juga sudah ada di samping Minhyun sejak ia menghirup nafas pertamanya di dunia. Dan tugas iblis sudah tentu menjerumuskan manusia sebanyak banyaknya ke dalam neraka. Jinyoung itu tidak punya ekspresi. Wajahnya datar, paling paling juga ia hanya menyunggingkan seringai saat si manusia termakan bualan yang ia buat. Ia juga punya sayap, tapi berwarna merah.

Ah, entahlah. Minhyun tidak pernah ingat sejak kapan dua makhluk tak kasat mata itu selalu membuntuti kemanapun ia pergi. Mungkin Tuhan sengaja mengirimkan keduanya agar ia tidak kesepian dan merasa sendiri. Tapi jika dua makhluk berbeda tujuan itu sudah mulai berdebat, Minhyun jadi ingin sekali mengusir mereka pergi dari kehidupannya. Sayang sekali Minhyun tidak tau bagaimana caranya.

Memang sih, ada kalanya mereka berdua berguna. Seperti menemaninya pergi kemanapun, atau mengajaknya mengobrol sebelum tidur. Yang paling penting, mereka bisa membantu Minhyun untuk mengambil keputusan kala pemuda itu kebingungan. Entah itu bantuan dari Jinyoung atau Jihun yang akan ia pilih. Terlepas dari saran berlawanan yang di usulkan Jinyoung dan Jihun, Minhyun tentu masih punya hati serta akal sehat untuk mengambil mana keputusan terbaik.

"Hey, Donghan. Apa yang kau lakukan disini?" sapa Jihun ceria saat mendapati salah satu teman di akhiratnya melayang ke arahnya.

Jinyoung menatap Donghan dengan ekspresi tidak suka, pasalnya ia tau kemana kisah hidup Minhyun akan berlanjut jika makhluk berpakaian putih tulang dan mahkota dedaunan hijau muda itu datang. Jinyoung harus lebih waspada, jangan sampai Minhyun jatuh dalam kisah roman menyedihkan yang akan di usung oleh Donghan.

Mendengar Jihun menyebut nama orang lain, membuat bola mata Minhyun melirik sekilas ke segala arah. Sejak pagi tadi ia memang hanya duduk sendirian di kursi kayu teras rumah, Minhyun yakin sekali bahwa tidak ada seorangpun disini selain dirinya, Jinyoung, dan Jihun. Jalanan di depan rumah juga tampak kosong, tidak ada satupun kendaraan berlalu lalang saat ini.

"Siapa Donghan?" tanya Minhyun akhirnya.

"Dia malaikat juga. Tapi dia bukan menjaga manusia sampai ajal menjemput sepertiku. Donghan itu malaikat cinta, jika taget yang di inginkan sudah saling jatuh cinta maka tugasnya akan selesai. Berbeda denganku, aku harus terus menjagamu sampai Tuhan mengijinkan kau kembali ke akhirat" jelas Jihun lengkap.

"Jihun, kau tidak ingin tugasmu cepat selesai?" Minhyun memutar kepalanya beberapa derajat ke arah kanan, dan menemukan ekspresi galak menggemaskan dari si malaikat.

"Apa? Kau pasti mau bilang ingin cepat mati saja agar tugasku juga cepat selesai, begitu kan? Berani berkata begitu aku tidak akan bersaksi untukmu di hadapan Tuhan saat kau kembali ke akhirat nanti" Jihun menyambar pedas, lengkap dengan ancaman.

"Ternyata kau sudah bisa menebak jalan pikiranku ya" ucap Minhyun.

"Minhyun, aku ingin tugasku cepat selesai. Ayo mati saja" ungkap Jinyoung, siapa tau Minhyun akan mengiyakan ajakannya kali ini. Dan Minhyun mengabaikan.

"Aku bisa melihat kalian berdua, tapi kenapa aku tidak bisa melihat Donghan?" Minhyun justru mengajukan pertanyaan lagi.

Sontak Jihun tertawa terpingkal pingkal melihat wajah kesal Jinyoung yang ajakannya di abaikan oleh si manusia. Jihun merasa sudah akan menang sedikit lagi, ia harus membuat eksistensi Jinyoung memudar dalam lingkar kehidupan Minhyun. Jihun harus lebih kuat dari Jinyoung bagaimanapun caranya.

TBC

Mello's Note :
wp kemaren sempet ngga muncul notif kalo ada yang comment, kirain chap kemarin ga ada yang komen, hampir aja saya unpub ehe. 

btw suka ga sih baca cerita yang ada fantasinya gini? ._. 

trus makasih banyak atas comment sama votenya :))

0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now