Level 15

902 256 30
                                    

Jadi, kemarin itu Hyungseob dan Woojin berniat mencari keberadaan dokter Ong. Niatnya sih ingin meminta tanda tangan pada laporan mingguan mereka. Begitu tidak mendapati dokter Ong di ruangan, maka keduanya berinisiatif untuk bertanya pada salah satu perawat yang sejak tadi bertugas bersama dokter Ong, dan perawat itu bilang, ia melihat si dokter sedang berjalan ke arah sayap kiri rumah sakit.

Hyungseob dan Woojin saling berpandangan, bukankah sayap kiri rumah sakit sedang dalam tahap pengosongan? Untuk apa dia kesana? Kemudian Woojin teringat, bahwa dokter Kang tadi pagi mengatakan tentang membereskan beberapa barang milik kakaknya di ruangan poli gigi. Woojin pikir mungkin dokter Ong sekedar membantu dokter Kang beres beres disana.

Tanpa perasaan curiga, dua mahasiswa magang itu menyusuri lorong sampai ke ruangan poli gigi. Begitu pintu terbuka, mata keduanya justru di suguhi pemandangan tidak senonoh dari dokter Ong dan dokter Kang. Posisinya dokter Ong ada di bawah dengan beberapa kacing baju terbuka, dan dokter Kang -masih mengenakan jas putih- ada di atasnya, mengungkung tubuh kurus dokter Ong.

Bohong jika Woojin dan Hyungseob tidak terkejut, bahkan Hyungseob sampai menjatuhkan map berisi laporan mingguan yang harus di tanda tangani dokter Ong ke lantai. Untung saja Woojin lebih cepat mencerna situasi, ia langsung memungut map –yang tadi di jatuhkan Hyungseob- dan menutupkan benda itu pada wajah kekasihnya. Tidak tega, kekasih polosnya jadi ternodai karna ulah dokter cabul di depannya.

Dokter Kang Daniel itu cabul, dan dokter Ong Seongwoo sendiri binal. Bukankah mereka berdua kombinasi sempurna?

...

Hyunbin menyibak cepat salah satu bilik di ruang Unit Gawat Darurat. Nafasnya sudah tersengal karna berlari dan rasa khawatir berlebihan mendengar kata 'pasien kesayangan'. Tapi harapan si dokter harus sirna karna mendapati seorang anak kecil sedang duduk seraya mengayun ayunkan kakinya.

"Dokter Kwon" sapa si bocah ceria. Hyunbin terdiam, raut kecewanya tidak bisa disembuhkan. Ia pikir pasien kesayangan yang di sebutkan oleh dokter Kang tadi adalah Minhyun, ternyata bukan.

"Kenapa diam saja? Tidak suka ya Euiwoong datang kemari?" tanya si bocah merajuk.

"Ah, iya dokter Kwon tidak suka Euiwoong datang kemari" balas Hyunbin setelah tersadar.

"Kenapa begitu?" bocah bernama Euiwoong itu semakin merajuk, bibirnya sudah melengkung ke bawah duluan sebelum Hyunbin menjawab.

"Karna dokter Kwon tidak suka melihat Euiwoong sakit" jawab Hyunbin seraya mendekat dan mencubit pelan hidung Euiwoong.

Euiwoong tersenyum, detik berikutnya bocah berusia tujuh tahun itu sudah menggapai gapai tubuh jangkung si dokter, seolah memberi isyarat untuk minta di gendong. Jangan dikira Euiwoong minta di gendong dalam pelukan dokternya, nyatanya bocah menggemaskan itu selalu saja ingin digendong pada bahu tegap Hyunbin.

Dengan polosnya si bocah memekik kegirangan, seraya mengangkat tangan tinggi tinggi di udara. Ia juga pernah bilang, kalau sudah besar nanti ia mau jadi dokter yang punya tubuh tinggi dan tampan seperti dokter Kwon.

Lihatkan, Hyunbin sangat di sukai oleh anak anak.

Entah kenapa, Hyunbin sendiri tidak tau. Mungkin karna ia memang tau bagaimana cara memperlakukan anak anak. Oh, dan Euiwoong ini, salah satu pasien kesayangan Hyunbin, emm—mungkin dulu, karna status pasien kesayangan sekarang sudah bergeser jadi milik Hwang Minhyun seorang.

Diam diam Hyunbin bersyukur bukan Minhyun yang berurusan dengan Unit Gawat Darurat lagi. Semoga Minhyun tetap baik baik saja, meski sudah terhitung empat hari ia tidak mengunjungi rumah bidadarinya itu. Tenang saja, nanti malam Hyunbin sudah berencana untuk kembali berkunjung kesana.

Hyunbin tidak tau saja, kalau sebenarnya Minhyun sudah terbaring di salah satu kamar rawat inap rumah sakit ini sejak 30 menit lalu.

Kedua pergelangan tangan Minhyun sudah bercucuran darah. Lelaki manis itu masih setia berdiri dengan tatapan kosong menghadap cermin, mengingat ingat refleksi fisiknya sendiri untuk terakhir kali sebelum mati.

Hwang Minhyun, sudah tidak dibutuhkan dunia ini lagi. Hwang Minhyun, pantas untuk mati.

Suara kucuran air dari bath up, membuat Minhyun mengalihkan pandangannya dari cermin. Bath up putih yang biasa ia gunakan untuk berendam air hangat itu kini sudah terisi penuh, kali ini bukan air hangat tapi air dingin.

Ia memandang telapak tangannya yang sudah merah sempurna karna tertutup darah, mungkin sekitar 20 menit lagi nyawanya sudah hilang meninggalkan dunia. Sebagai pesan terakhir, ia menuliskan kata 'BYE' di cermin tersebut menggunakan darahnya. Bibir Minhyun tersenyum. Meskipun hanya senyuman tipis, tapi ini pertama kalinya ia tersenyum sejak tiga tahun lalu.

Ingat bukan, Minhyun dan Jinyoung pernah bertaruh? Perjanjiannya mengatakan, jika Hyunbin tidak berkunjung dalam waktu tiga hari maka Minhyun harus bersedia untuk mengakhiri hidupnya. Dan sekarang, Minhyun benar benar menepati janjinya pada si iblis. Memangnya siapa suruh percaya pada hal hal picisan seperti cinta?

Jinyoung juga sudah berulang kali mengingatkan untuk berpikir realistis, tapi Jihun selalu membisikkan kalimat kalimat berkebalikan dari Jinyoung.

"Harusnya dari dulu aku melakukan ini" kata Minhyun setelah senyumannya meluntur.

"Aku sudah berkali kali mengatakannya padamu, bukan?" balas Jinyoung.

"Ya Tuhan, Minhyun! Kau tidak bisa mati seperti ini!" Jihun sudah menangis meraung raung sejak tadi, tidak lupa dengan kalimat kalimat bujukan agar Minhyun tetap hidup.

Minhyun abai, air mata Jihun sudah tidak mempan seperti waktu itu. Ia segera menceburkan tubuhnya ke dalam bath up, membuat air yang tidak muat ditampung dalam volume bath up mengucur ke lantai sebagian.

Kepala Minhyun bersandar nyaman pada ujung bath up, sengaja membiarkan kemeja dan celana jeansnya ikut basah terendam. Sayatan di pergelangan tangannya terasa semakin perih saat percikan air itu menyapa, tapi tidak apa, bukankah ini rasa sakit yang terakhir kali? Setelah ini dia tidak akan merasakan kesakitan lagi.

Tangan kirinya sengaja ia rendam di dalam bath up, mengamati bagaimana air yang awalnya bening berubah menjadi kemerahan secara perlahan. Setelah bosan, ia memutar kepalanya ke kanan beberapa derajat, bergantian mengamati bagaimana cairan kental warna merah masih setia menetes melewati ujung jari jarinya.

Lambat laun pandangan Minhyun mengabur, tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Apakah ini sudah saatnya untuk pergi?

Baiklah.

Selamat tinggal.

Aku bisa mati seperti ini.

"Astaga Hwang Minhyun!" pekik seseorang setelah membuka pintu kamar mandi.

Minhyun heran, memangnya siapa yang sudah seenaknya masuk ke rumah tanpa izin darinya? Ia mengangkat kepalanya sedikit dengan sisa sisa tenaga yang masih ada, dan menemukan dua orang lelaki dengan ekspresi terkejut.

Minhyun mengenal mereka, tapi pandangannya sudah lebih dulu menggelap sebelum melempar senyuman tipis pada dua teman lamanya tersebut.

TBC

maaf sekarang ga bisa sering apdet kayak dulu :((

btw akun saya tercyduck sama temen rl, bingung harus gimana. mau di unpub sayang, mau di private tar dikira panjat sosial. pen ngblock tapi ga bisa di block. ah bingung saya

0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now