Level 18

858 286 41
                                    

Sanggyun melempar senyum tipis, melihat betapa lahapnya Minhyun menerima suapan dari Kenta. Ia yakin, Minhyun jelas kelaparan, perutnya pasti belum terisi apapun sejak insiden percobaan bunuh diri kemarin.

Hyunbin harusnya senang karna Minhyun sudah mau makan, dan tau Minhyun kedatangan dua teman yang setidaknya bisa membantu untuk mengawasi gerak gerik si bidadari. Ia tidak ingin Minhyun kembali berbuat hal hal tidak masuk akal seperti ini.

“Ehmm—kak Sanggyun, sebenarnya—“ Hyunbin ingin sekali mengutarakan perasaannya, tapi melihat keadaan Minhyun yang begini, sepertinya ia tidak bisa berusaha sendirian. Mungkin meminta bantuan pada Sanggyun dan Kenta bukan ide yang buruk.

“Sebenarnya apa?” potong Sanggyun, karna merasa Hyunbin terlalu bertele tele, “Kau menyukai Minhyun?” tembak Sanggyun dengan suara lirih, agar si empunya nama tidak mendengar.

Hyunbin mengagguk cepat dengan cengiran bodoh di wajahnya, “Bolehkah aku mengorek sesuatu tentang kak Minhyun dari mu?”

Sanggyun mengagguk mengiyakan, tanpa basa basi lelaki itu mengajak Hyunbin keluar ruangan, meninggalkan Kenta dan Minhyun sendirian.

Berdasarkan cerita Sanggyun kemarin, Hyunbin sekarang sudah tau lebih banyak tentang Minhyun. Tentang ibunya yang seorang pengedar narkoba, tentang ayahnya yang menikah lagi, lalu pergi dari rumah meninggalkannya sendirian. Ketakutan berlebihan pada pandangan orang ditambah dengan shock berat yang dialami Minhyun berdampak pada kesehatan mentalnya. Maka dari itu Minhyun berubah jadi seperti ini sekarang, seperti boneka bernyawa.

Orang seperti Minhyun, tidak boleh dibiarkan sendiri. Ia butuh dukungan nyata, bukan sekedar bualan penyemangat tanpa tindakan. Tapi Hyunbin tidak bisa selalu disampingnya 24 jam penuh, ia masih berusaha mengutamakan Minhyun disela waktu kosongnya.

Dokter Kang, dokter Ong, Woojin, dan Hyungseob sudah sangat hafal dimana mereka harus mencari Hyunbin jika dokter muda itu tidak ada di ruangan. Ia pasti sedang ada di lantai tiga, ruang 0256. Ruang rawat Hwang Minhyun, pasien kesayangannya. Mereka berlima tidak pernah makan siang bersama lagi, sejak Minhyun di rawat disana.

Tetapi, Hyunbin merasa ada yang aneh pada Minhyun saat ini. Lelaki bidadari itu seperti sedang tidak ingin berdekatan dengannya. Entah kenapa. Seperti saat Hyunbin tiba tiba memasuki ruangan, kepalanya yang semula menghadap lurus ke depan, tiba tiba berpaling menghadap jendela.

Atau saat Hyunbin selesai mengganti perban, ia bisanya akan curi curi kesempatan untuk menggenggam tangan Minhyun lebih lama, namun si pasien segera menjauhkan tangannya begitu Hyunbin selesai mengobati.

Lantas dikira Hyunbin akan menyerah begitu saja? Kwon Hyunbin terlahir dengan ambisi membara, termasuk ambisinya untuk mendapatkan hati lelaki bidadari ini. Ayolah, ini pertama kalinya ia jatuh cinta selama lima tahun terakhir. Usianya juga sudah bukan usia untuk main main dalam urusan cinta. Hyunbin serius.

...

Harusnya tepat pukul empat sore shift Hyunbin berakhir. Apa yang diharapkan dari berakhirnya jam kerja? Tentu pulang ke rumah dan beristirahat setelahnya bukan? Tapi itu tidak berlaku bagi seorang Kwon Hyunbin. Ia memang pulang sebentar sih, kemudian kembali lagi ke rumah sakit dengan pakaian santai, seperti celana jeans dan sweater, lalu mengunjungi ruang rawat Minhyun.

Kenta dan Sanggyun selalu menemani Minhyun mulai dari perawat mengantar sarapan pagi, sampai makan malam. Memastikan bahwa Minhyun benar benar menelan makanan yang sudah di antar. Minhyun harus lekas sembuh. Dan setelah makan malam, mereka akan pulang, digantikan oleh Hyunbin.

Jika ditanya apa Hyunbin lelah atau tidak, jawabannya jelas tidak. Demi Minhyun, Hyunbin sudah tidak mengenal apa itu lelah. Meskipun Minhyun hanya diam tanpa mau memandang wajahnya atau sekedar menjawab pertanyaan dengan kedipan, seperti waktu itu.

Hyunbin akan tetap bercerita mengenai kesehariannya, apapun itu. Keluarganya, teman seruangannya, dan cerita cerita masa kecilnya dulu. Ia melakukan hal tersebut semata mata agar Minhyun tidak bosan saja. Hyunbin tau, Minhyun mendengarkan semuanya walau tanpa respon.
Sesaat setelah Minhyun tertidur pada malam hari, Hyunbin tidak kembali pulang untuk tidur. Lelaki itu memilih tidur disana, di atas kursi dengan menggenggam tangan Minhyun yang tidak berlilit infus. Tidak peduli punggungnya terasa sakit saat terbangun nanti, toh ia bisa meminta tolong Woojin untuk memberinya sedikit pijatan.

Tepat di hari terakhir Minhyun berada di rumah sakit, Hyunbin sungguhan berada di sisi Minhyun seharian penuh. Bahkan ia sudah melemparkan pekerjaannya pada dokter Kang dan dokter Ong.

Saat memasuki ruangan, Minhyun sudah rapi dengan sweater kuning telur dan skinny jeans, sedang duduk diatas kasur menghadap jendela. Sebuah tas berisi beberapa baju miliknya sudah tertata rapi di sebelah sofa. Kenta dan Sanggyun sedang mengurus administrasi, padahal administrasi sudah diurus Hyunbin sebelumnya.

Hyunbin tersenyum. Bidadarinya sudah sembuh sekarang. Ia harap sang bidadari tidak akan menyakiti dirinya lagi.

“Selamat pagi” sapa Hyunbin, tubuh tingginya langsung menghalangi pandangan Minhyun pada pemandangan kota yang awalnya ia nikmati, “Kau tampak jauh lebih manis tanpa selang infus ditanganmu” puji Hyunbin, jari jarinya terjulur merapikan helaian rambut di dahi Minhyun.

Hening beberapa menit, sebelum Hyunbin bicara lagi, “Jangan pernah menyakiti dirimu sendiri lagi” pesan si dokter. Kedua tangan besar itu mencoba meraih telapak tangan si pasien, dan persis seperti  reaksi sebelumnya, Minhyun kembali menepis tangan Hyunbin. Tidak mau di sentuh.

“Bagus!” puji Jinyoung.

“Kau tidak seharusnya bersikap demikian pada dokter yang sudah merawatmu Hwang Minhyun” kata Jihun sebal.

“Aku tidak mau jatuh cinta padanya Jihun” balas Minhyun, “Cinta itu tidak ada” lanjutnya miris.

Jihun memijat keningnya sebentar, merasa kesusahan melawan orang keras kepala, “Cinta itu ada” balas Jihun telak, “Jika tidak ada, tidak mungkin Donghan dan Taedong diciptakan”

“Benarkah mereka berdua ada?” kata Minhyun.

“Mereka berdua selalu ada saat kau dan Hyunbin bersama. Aku sudah pernah bilang bukan, apa alasan kau tidak bisa melihatnya?” jelas Jihun, dan Minhyun menjawabnya dengan gumaman.

Hyunbin terheran heran, kenapa Minhyun jadi tidak mau di sentuh begini? Apa ia sudah melakukan kesalahan? Atau Minhyun tidak nyaman dengan segela perhatiannya?

Ini cara terakhir untuk membuktikan, kedua tangan Hyunbin bertengger di masing msing pundak Minhyun. Mendekatkan wajah pelan pelan pada bibir pucat Minhyun. Selama ini Hyunbin selalu ingin tau bagaimana rasanya jika bibir penuhnya menempel pada bibir pucat Minhyun. Jika beruntung, Hyunbin mau memberinya sedikit lumatan.

Hyunbin bergerak semakin mendekat, dan Minhyun masih tidak bergeming seperti biasa. Merasa ini akan baik baik saja, maka dokter muda itu semakin berani untuk mempersempit jarak.

Semakin dekat.

Sedikit lagi.

Dan Minhyun memalingkan wajah. Menghindari bibir Hyunbin yang sedikit lagi menyentuh bibirnya.

‘Dia sungguhan menolakku ya?’ tanya Hyunbin dalam hati seraya memamerkan senyuman getir.

TBC

Makasih banyak buat vote sama comment di level level sebelumnya :)) dan sebenernya judul cerita ini angkanya ngerandom dari benda benda yang saya liat, misalnya struk indo*aret, barcode, sama plat nomor ehe. Ga jelas banget kan? Iya sama kek cerita ini, ga jelas ehe.

Btw sabtu depan ratingnya agak naik dikit gapapa ya? Dikit doank kok. Dikit.

0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now