ENAM BELAS

63 35 10
                                    

Udara malam yang dingin menusuk kulit.Daren dan Lestari tengah menghabiskan malam minggunya dengan menikmati martabak telor di pinggir jalan.
Aroma menggoda menusuk hidung Lestari saat satu porsi martabak spesial ada di hadapannya. Dengan cekatan Lestari mengambil satu potong martabak dan mengunyahnya penuh minat.

"Pelan-pelan Lesta....". Daren mengingatkan.

"Iyah Dar.Martabak ini enak banget...Favorit aku sama alm.Papa". Lestari mengambil air mineral dan meneguknya.

"Aku tau.Kamu benci jeruk nipis,kamu suka buat cookies dan kamu juga diam-diam menyukai hujan.Aku tau Lesta". Daren menatap mata cokelat di hadapannya.
Lestari menyatukan alisnya,merasa binggung Daren mengetahui semua hal tentangnya.Yang Lestari tau,Lestari belum sempat menceritakan apapun kepada Daren.

"Aku tau dari Mama kamu Lesta". Daren menjawab pertanyaan di kepala Lestari.

"Mama?Sejak kapan mama menjadi peduli sama kehidupan ku?Bahkan menceritakannya pada orang lain.Mama terlalu sibuk untuk hal itu". Lestari tersenyum hambar.

"Kamu tau Lesta?Terkadang rasa sayang paling tulus tersembunyi di antara awan ego.Mama kamu sangat menyayangi mu,bahkan lebih dari yang kamu pikirkan". Daren berujar lembut.

"Maksud kamu?".

"Setiap orang tua,apalagi seorang Ibu akan mencintai anaknya.Mama kamu juga seperti itu Lesta. Tetapi mama kamu terlalu gengsi untuk melakukannya, karena kamu terlanjur membangun tembok ego antara kamu dan mama mu". Daren menarik nafas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Well tanpa kamu tau,Mama kamu selalu WA aku setiap hari untuk menanyakan kabar mu,memberi tau apa yang kamu suka dan kamu benci.Dan satu yang kamu harus tau,Mama mu menyuruh aku untuk menjaga kamu,karena beliau gak ingin Putri kecilnya terluka.Sedewasa apapun kamu,Mama mu tetap menggangap kamu putri kecilnya yang harus di lindungi semampu dan sebisanya". Daren mengusap rambut hitam legam di hadapannya.

Lestari terdiam,membenarkan perkataan Daren.Merasa malu dengan sikapnya selama ini. Mendiamkan mama,bersikap tak peduli dengan mama. Ternyata Lestari yang selama ini membangun tembok ego itu.

"Kamu bisa antar aku ke kantor Mama Dar?Aku pengen minta maaf". Mata cokelatnya berbinar.

"Of course Dear,ayo kita berangkat". Daren tersenyum manis,mengamit tangan Lestari.
*****
Wanita paruh baya itu memeluk anak gadisnya yang tengah terisak di pundakknya.

"Udah dong sayang nangisnya.Masa udah mau tujuh belas tahun masih juga nangis...Malu sama Daren". Mama mengusap rambut Lestari.

Daren menatap lega kedua anak dan Ibu yang tengah melepas tembok ego yang selama ini menjadi pemisah.
Lestari menghapus air matanya,dan kembali memeluk wanita di hadapannya.Masa bodoh dengan Daren yang mengangganya manja. Lestari sangat merindukan wangi maskulin tubuh Mamanya.

"Ayok kita pulang.Mama mau masakin ayam penyet kesukaan kamu.Udah lama kan kita gak Dinner bareng?". Mama tersenyum menghapus sisa air mata di wajah cantik Lestari.
Lestari tersenyum hangat dan cepat-cepat mengangguk.

"Oh iya Daren,kamu juga ikut yah Dinner di rumah?". Mama bertanya

"Iya Tante.Daren mau".

"Yaudah kalian turun ke bawah.Tunggu mama di lobby".

Lestari melepaskan pelukan Mama dan mengenggam tangan Daren. Bersyukur karena lelaki di sampingnya telah membantu menjadi penghubung antara Lestari dan Mama.
Trauma dan lukanya atas kepergian seorang ayah perlahan hilang.
Kini dunianya semakin sempurna, semua berkat Daren.

**************
Konflik Lestari dan Mamanya selesai yah...
Btw,ada yang pengen happy ending or sad ending???
Jgn lupa Vote dan Coment...
Salam Sayang,Arstela😘

"Bitter Love" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang