TIGA

143 57 6
                                        

Sudah seminggu Daren dan Lestari mengerjakan hukuman yang di berikan.
Seminggu pula tanpa hari tanpa berdebat. Entah masalah sepele atau pun masalah yang benar-benar tak masuk akal.
Daren semakin mengenal Lestari.
Ceroboh.Bawel.Urakkan.Tak suka berdandan.
Ini yang harus di garis bawahi. Lestari bisa masuk dalam kriteria Daren.
Daren tak terlalu suka dengan gadis yang wajahnya di penuhi bedak tebal,  lipstick kemerahan seperti badut jalanan.
Lestari tetap terlihat cantik dengan wajah naturalnya. Hidungnya yang mancung , bibir mungil kemerahan (walau tanpa menggunakan lipstick)
Dengan rambut hitam sebahu yang di gerai. Satu lagi yang perlu di ingat , mata coklat Lestari menjadi candu. Membuat Daren betah berlama-lama menatapnya.
Hari ini ada tugas kelompok biologi.
Dan lebih mengejutkannya lagi Daren sekelompok dengan Lestari. Entah ini karena takdir Tuhan atau alam memang sedang mendekatkan mereka .
Daren dan Lestari di buat sekelompok karena mereka ketinggalan pelajaran akibat harus mengerjakan hukuman yang di beri guru kimia. Yang Daren baru mengetahui guru killer itu bernama Bu Dina .

"Dar?  Hey bro, lo jadi kan ngerjain tugas biologi bareng Lestari?" Dion membawa Daren kembali ke alam nyata.
Sekarang Daren dan Dion tengah menghabiskan sisa istirahat di balkon kelas.

"Jadi dong , gue kan pengen ngerjain cewek bawel itu. Berasa bahagia banget kalo ngeliat dia cemberut" Daren menjawab penuh minat.

"Bro , jangan bilang lo jatuh cinta sama Lestari?" .
Dion heboh sendiri memikirkannya.
Yang Dion tahu , Daren cuman jatuh cinta sama cewek berpipi gembul dalam bingkai foto yang dilihat Dion di atas nakas tempat tidur Daren. Kata Daren itu cinta pertamanya. Daren juga bilang kalau Daren nggak bakal jatuh cinta untuk kedua kalinya . Dion bahkan pernah bergidik horor membayangkan bahwa temannya seorang gay.

"Gue? Jatuh cinta sama cewek bawel itu? Nggak mungkin lah. Tapi lo tenang aja gue gak belok kok,  kecuali kalo stok cewek di dunia ini udah habis" Daren tertawa renyah sambil mengambil minuman kaleng dan meneguknya hingga setengah .

"Serah lo deh serah . Yang penting lo cepat dapet cewek , biar gak nempel mulu sama gue . Gak bosen apa jomblo terus? Kita perlu cewek bro,  biar hidup kita lebih berwarna . Gak hitam putih doang"
Dion Teguh mulai mengeluarkan kata bijaknya.

"Iya deh mas Dion teguh. Tapi selagi gue belum dapet yang pas, boleh dong lo warnai hidup gue. Jadi abu-abu misalnya?". Daren menambahkannya dengan menggedipkan sebelah matanya membuat Dion meringgis dan melemper kaleng bekas minumnya ke arah Daren .

"Emang yah kelamaan jomblo buat otak lo ngeblang. Malas gue ngomong sama lo". Dion berlalu meninggalkan Daren yang tengah tertawa puas mengerjai sahabatnya.
Membuat Dion jengkel adalah bahagianya. Sama bahagianya seperti membuat Lestari marah.
Tunggu, Lestari ? Kenapa jadi kepikiran gadis itu lagi?Ah mungkin benar yang di katakan Dion kelamaan jomblo membuat otak Daren agak bermasalah. 
**********
Daren memperlambat laju mobilnya sembari mengecek ulang alamat yang di berikan Lestari.

"Perumahan Griliya Damai Blok B nomor 7". Daren mencocokkan lagi alamat yang di bacanya dengan pagar bercat putih di depannya. Rumah dua tingkat berdominasi warna abu-abu , di tambah dua pohon cemara menjulang tinggi menambah aksen nyaman sekaligus elegen.

"Yah benar , ini rumah Lestari. Bagus juga." Daren berujar sambil melepas seatbeltnya. Daren turun dari mobil dan menekan bell. Tak menunggu lama, Seorang wanita paruh baya menghampiri Daren.

"Cari siapa den?"

"Maaf mbok,apa benar ini rumahnya Lestari Maharani?".

"Iya benar. Den Daren kan? Mangga masuk. Non Lestari udah nungguin di dalam". Ujar wanita tadi sembari memberi jalan untuk Daren.
Daren mengikuti langkah wanita paruh baya itu hingga langkah mereka terhenti tepat di depan kolam renang yang besar. Di pojok kirinya ada sebuah lopo kecil yang di tata sedemikan bagusnya. Ada dua bangku mungil berwarna coklat dan satu meja yang penuh dengan buku.

"Tunggu di sana yah den. Mbok mau panggilin non Lesta dulu."

"Iya mbok. Sebelumnya terimakasih yah". Daren tersenyum manis sembari berjalan ke arah lopo dan duduk di salah satu bangku.
Lalu mengeluarkan buku biologi dari dalam tasnya sembari menunggu Lestari.

"Eh udah nunggu lama yah ? Maaf banget. Gue tadi masih bikinin ini soalnya". Suara lembut tadi terdengar bersalah.

"Cookies?." Tanya Daren tanpa menjawab permintaan maaf Lestari. Matanya langsung tertuju pada toples bening yang di bawa Lestari dan mengambilnya tanpa menunggu persetujuaan dari Lestari.

"Hmm, Enak... Lo bikin sendiri? Gue gak nyangka". Daren mencomot cookies satunya lagi. Mengunyahnya penuh minat.
Lestari hanya diam. Kekesalannya terlupakan. Baru kali ini ada yang mau mencoba cookies buatannya selain mbok tentunya.
Mama terlalu sibuk buat sekedar mencicipi cookies buatannya.

"Gue pikir lo cuman cewek bawel yang manja , sumpah gue nggak nyangka lo bisa masak".

"Don't judge a book by it's cover. Lo harus mengenal sesuatu dulu baru bisa menilai". Lestari berucap sembari duduk di bangku yang berhadapan dengan Daren.

"Selain pintar masak. Cewek urakkan kayak lo juga bisa bijak yah?kata lo kita harus mengenal sesuatu dulu baru bisa menilai, bilang aja itu kode buat gue. Lo pengenkan gue ngenal lo lebih jauh?". Daren kembali menggoda Lestari, terbukti serambut merah di pipi Lestari mulai terlihat.

"Jadi cowok kok PD banget. Karena lo suka sama cookies gue, yah udah lo boleh bawa pulang. Btw ayo mulai kerjaiin tugasnya". Lestari mulai membuka buku. Tanpa sepengetahuaan Lestari , Daren ternyata tengah menatapnya.
Daren mulai tertarik mengenal Lestari lebih jauh. Daren merasa Lesta yang dulu dirindukan kini hadir lagi dalam sosok yang menyebalkan tetapi membuat Daren nyaman.

"Nah ini jawabannya , di catat yah Daren. Sel adalah unit terkecil dari kehidupan. Sel dapat diibaratkan seperti pabrik kimia yang memproses bahan baku untuk membuat molekul-molekul baru. Udah di catat Dar?". Merasa pertanyaannya di abaikan Lestari mengangkat wajahnya, mata coklatnya bertemu dengan mata kopi milik Daren. Lestari merasa Daren memperhatikannya dari tadi. Atau mungkin cuman perasaannya saja?

"Eerrrr... i...iyaa kokk. Udah gue catat tenang aja kali". Daren tertangkap basah tetapi Daren masih mencoba menyembunyikannya seolah tidak terjadi apapun

"Coba di baca ulang apa yang lo tulis".

"Sial Lestari mengujinya. Harus jawab apa gue? Dari tadikan gue serius merhatiian wajah cantiknya bukan ucapannya". Rutuk Daren dalam hati

"Dar , ayo di baca ".

"Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan".

Lestari terlihat binggung dan tersipu. Semuanya jadi satu.

"Maksud Lo?"

"Nggak. Lupain. Ohiya Lestari gue harus cabut nih soalnya bentar lagi harus latihan. Nanti tugasnya lo aja yang catat yah.Dan thanks buat cookiesnya. By bawel". Daren bergegas bangun sambil mengacak rambutnya Lestari dan tak lupa mengambil toples cookies dan berlalu meninggalkan Lestari dengan sejuta tanya.

"Bitter Love" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang