SEMBILAN BELAS

73 37 4
                                    

Daren merasa ada yang aneh dengan Lestari.
Gadis itu seolah menghindarinya sejak kemarin.
Daren mendesah pelan,saat gadis cantik yang dirindukannya seolah menganggapnya tak ada.

Dengan sedikit keberanian Daren menahan pergelangan Lestari.
Mata almond dan sang mata cokelat saling menumbuk.

Gadis cantik tadi dengan cepat memutuskan kontak mata diantara keduanya.

Hingga menciptakan keheningan yang memedihkan.
Keduanya asyik dengan pikiran masing-masing.

Sedetik...lima detik...sepuluh detik...

"Aku gak tau apa ada yang salah dengan hubungan kita. Tapi tolong kamu kasih aku penjelasan Lestari". Lelaki itu memecah keheningan diantara mereka.

Gadis itu hanya menatap netra almond dihadapanya dengan tatapan sinis. Mengisyaratkan bahwa tak ada yang perlu dijelaskan.
Dengan sedikit kasar Lestari menepis tangan kekar yang memegang tangannya dan berlalu meninggalkan Daren dengan sejuta tanya.

Dion yang melihat sahabatnya diabaikan oleh Lestari, datang dan menepuk pundak Daren. Meyakinkan Daren bahwa semua akan baik-baik saja.

"Mungkin ada hal yang gak pengen Lesta cerita ,tapi pengen lo peka sama apa yang terjadi bro. Makhluk yang bernama Wanita kadang semenyebalkan itu".Dion mengunyah permen karetnya sebelum melanjutkan ucapanya.

"Tai.Emang mereka pikir kaum lelaki itu peramal???Yang bisa nebak apa yang mereka rasakan tanpa berbicara sepatah kata pun?".

Daren hanya menganggukan kepala tanpa berniat membalas.

"Slow man, gue tau Lestari. Gak mungkin dia betah lama-lama marahan sama lo. Gue bakal nanya Vania apa yang sebenarnya terjadi. Kalo pun lo gak salah, lo harus tetap minta maaf. Karena wanita gak pernah mau salah". Dion meninju lengan sohibnya dengan pelan.
Namun Daren dengan sigap membalasnya dengan pukulan telak dijidat sahabatnya.

Dengan setengah meringis Dion ingin membalas Daren, namun dengan cepat Pria itu membalasnya dengan tatapan membunuh.

Merasa bahwa dirinya akan kalah,
Dion merogoh celananya, mengeluarkan beberapa permen karet rasa mint dan melemparkannya pada Daren.

Pria itu menerimanya kekehan pelan, namun dengan cepat membuka bungkusan permen dan mengunyahnya.

"Lo kayak cewek tau gak. Masa cowok cool bawaanya permen karet? Tapi thanks yah". Daren mengejek

"Mendingan bawa permen karet Dar,dari pada bawaanya rokok???fungsinya apa coba, cuman ngabisin uang plus buat badan penyakitan". Dion membela diri.

Daren hanya mengangguk, namun langkah kakinya mendekat kepada Dion dan melingkarkan tangannya ke bahu Dion dan menjepit kepala sohibnya dengan keras.

Membuat Dion menjerit histeris "Gue tau lo homo Dar,tapi jangan gue juga lah...sakit pe'a."

Daren terkekeh namun semakin menekan tangannya hingga membuat Dion sulit bernafas.

Mengerjai Dion memang hal yang menyenangkan

Dasar dua sohib yang aneh .

********
Lestari menatap Vania dengan jenggah. Sudah satu setengah jam gadis itu tak hentinya menceramahinya.

"Cuman masalah itu doang lo diemin Daren seminggu? Gilo lo yah".

Vania geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang seperti anak labil.

Lestari mengambil dua kaleng soda dari lemari pendingin dan menyerahkan kaleng satunya pada Vania.

"Gue sebel Nia. Dia gak peka yah kalo gue cemburu".

"Lo lucu yah. Gimana dia mau peka coba,lo aja gak pernah jelasin saat dia nanya!". Vania gemas dengan gadis dihadapanya.

"Gue tau, tapi....."

"Tapi apa? Lesta lebih dewasa dikit dong. Masalah kalian itu diselesaikan baik-baik bukannya malah menghindar. Nanya sama Daren tentang apa yang terjadi. Dan.............mencoba buat PERCAYA!". Vania sengaja menekan kata percaya agar Lestari menyadari dalam hubungan butuh kepercayaan.

Lestari membetulkan ucapan Vania. Dia yang terlalu egois, menghindari Daren yang bahkan tak tau apa yang terjadi. Rebeca hanyalah parasit dalam hubungan mereka. Jika Lestari menghindari Daren, mungkin gadis licik itu merasa bangga karena sudah berhasil membuat Daren dan Lestari bertengkar.

Gadis itu menelan salivanya dengan kasar. Tiba-tiba merasa rindu pada netra almond Daren yang meneduhkam. Rindu dengan pelukan Pria yang selalu membuatnya nyaman.

Dengan tergesa Lestari mengambil benda pipih diatas nakas, memilih ikon berbentuk surat dan mengetikan beberapa kalimat.

"Dar,gue pengen ketemu bisa?".

Kirim enggak....kirim enggak...kirim....
Lestari bimbang,namun dengan cepat jempolnya menekan tanda sent.
Gadis itu merasa lega dan khawatir diwaktu bersamaan.

Semenit....dua menit....tiga menit...

Layar handphonenya menyala,menandakan pesan masuk.
Lestari mengigit bibir bawahnya dengan cemas.
Namun balasan dari Daren, membuatnya tersenyum.

"Of course Lestari. Aku tunggu kamu di Cafe biasa. I really miss you so much".

Dengan gerakan cepat Lestari mengambil jaketnya dan mengambil kunci mobil. Namun sebelum pergi, suara cempreng menghentikan langkahnya.

"Lo mau kemana?". Tanya Vania binggung.

"Ketemu Daren.Udah ah keponya entar aja. Gue buru-buru. Bye Nia jelek". Lestari terkekeh sebelum berlalu meninggalkan Vania.

Vania tersenyum bahagia melihat Daren dan Lestari yang pastinya bakal berdamai.

"Usaha gue ngomelin tuh anak, satu setengah jam ternyata berhasil.Udah gue duga,mana betah dia lama-lama marahan sama Daren?Dasar bocah labil". Vania menguman.

****
Author Notes: Akhirnya kelar juga😂😂... saya nulis cerita ini pake IMAJINASI saya sendiri. Jadi saya suka benci ada yang seenak jidat Plagiat karya saya! Kreatiflah. Copy paste karya orang lain menunjukan bahwa kamu gak mampu. Udah itu saja.
Saya cuman mau mencurhkan isi hati saya.
Makasih buat yang udah vote dan coment
Loveyou guys😍😙😍😙

"Bitter Love" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang