TUJUH BELAS

64 36 2
                                    

Pukul delapan malam Genta baru sampai ke rumah.Tugas kuliah yang banyak di tambah harus check up ke rumah sakit membuatnya harus pulang lebih malam.
Dengan letih dan ingin cepat tidur Genta masuk ke dalam rumah.Namun langkahnya terhenti, saat melihat sosok yang paling dibencinya tengah duduk di meja makan.

"Genta?Kamu baru pulang nak?". Suara berat sang Ayah menyapa.

"Seharusnya Genta yang tanya,baru inget rumah?Apa selama ini amnesia hingga anda lupa punya anak dan istri". Genta menjawab dengan dingin.

"Genta?Kamu bisa lebih sopan dengan Ayahmu sendiri?". Lelaki baru bayah meninggikan suaranya.

"Anda ingin saya memanggil anda dengan sebutan Ayah?Setelah anda pergi meninggalkan saya dan Bunda demi perempuan lain,apa anda masih pantas saya panggil Ayah?". Genta tersenyum sinis.

Lelaki itu bangun dengan emosi yang membuncah,hendak melayangkan tangannya ke pipi Genta.

Genta menunggu tamparan yang akan mendarat di pipinya,namun yang di lihat hanya tangan sang Ayah yang melayang di udara.

"Kenapa anda tidak menampar saya?Apa tidak cukup puas anda merusak kehidupan saya dan Bunda?Kenapa anda harus hadir kembali dalam kehidupan kami?". Genta menggertakan giginya.

"Dasar anak tidak tau diri.Kamu pikir kamu bisa bergaya dan bersekolah pakai uang siapa kalau bukan uang Ayah?". Sang Ayah membentak Genta.

"Ok baiklah.Mulai sekarang Anda tidak perlu membiayai saya dan Bunda.Karena saya bisa hidup tanpa uang dari anda!".

"Anak Sombong!Uang dari mana kamu bisa menghidupi Bunda mu?Omong kosong".

"Saya akan buktikan kepada anda.Mungkin anda berpikir uang bisa membeli segalanya yang anda inginkan.Tapi tidak dengan harga diri saya.Silakan pergi!Anda sudah tau kan pintu keluar ada di mana?". Genta berujar dingin dan pergi meninggalkan Lelaki paru baya di hadapannya dengan emosi yang membuncah.

****************

Sesampainya di kamar Genta memukul tembok kamar dengan keras,melampiaskan emosinya.

"Aaaaarrrggggghhhhhh...Kenapa Dia harus datang lagi Tuhan?Tidak cukupkah Dia menyakiti Gue sama Bunda".
Genta kembali memukul kaca yang di hadapannya. Darah segar keluar dari buku-buku jarinya.Bau anyir darah memenuhi ruangan.

Rasa sakit ditangannya tak dipedulikannya. Luka yang ada  didadanya sudah tergores terlalu dalam .
Genta bukanlah makhluk cenggeng yang menangisi sesuatu.

Namun rasa sakit yang begitu hebat membuatnya membangun tembok dendam yang seharusnya tak ada.

Lupus.

Ayah dan Bunda yang bercerai.

Sangat menyedihkan bukan?Lalu alasan apalagi yang harus membuat Genta bertahan?

Genta terduduk di lantai.Kembali merasakan nyeri yang hebat di sendinya.

"Ya Tuhan.Genta?"

"Kamu kenapa bisa kayak gini?".

Bunda menjerit histeris melihat darah yang keluar dari jari-jari Genta.

Genta hanya tersenyum masam,menahan rasa sakit di sendinya.Seorang penderita Lupus seperti dirinya memang menyedihkan.

Dengan kesadaran yang masih tersisa,Genta memeluk Bundanya dan berbisik

"Aa...kkuu....bee..ncciii....Ayah.... Bundaaaa....".
Lalu semuanya gelap.

*****************

"Lupus Dokter bilang?Gak mungkin Dok... anak saya sehat-sehat saja". Bunda menggeleng tak percaya.

"Maaf Bu.Tapi anak Ibu sudah mengidap lupus sejak dua bulan yang lalu.Dan sering juga check up ke sini.Apa Genta tidak pernah memberitau Ibu tentang hal ini?". Dokter menjawab.

Bunda hanya mengeleng. Ingin marah kepada anak kesayangannya.

Merasa binggung,mengapa Genta begitu tertutup tentang hal seserius ini.

"Mungkin Genta hanya tidak ingin Ibu khawatir". Sang Dokter seolah menjawab pertanyaan di kepala Bunda.
Bunda hanya terdiam lalu pergi meninggalkan ruangan Dokter dengan air mata yang tak bisa di bendung lagi.

Semua terlalu abu-abu buat Bunda.
******
Gimana? ???? Yah.......
Hidup kadang semenyedihkan itu..

Sampai sini dulu yah ☺

salam sayang,Arstela😚😘

"Bitter Love" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang