Part 21-Kehilangan

1.2K 60 17
                                    

Author pov

Derap kaki gadis yang tengah berlari, menggema di koridor rumah sakit.

Aku benci ini,batin gadis itu.

Dibelakangnya, ada lelaki yang juga mengejarnya. Ia melihat ke kanan dan ke kiri untuk melihat dimana IGD berada.

"Itu dia." gadis itu kembali berlari dan berhenti ketika ia sudah sampai di depan ruangan itu.

"Kate!" lelaki itu kembali berteriak. Namun, Kate tak menyahut, ia hanya fokus kepada seseorang yang sedang terbaring lemah di dalam sana.

"Kate, kamu duduk dulu. Riko gak bakalan kenapa-napa, kok." lelaki itu menarik Kate untuk duduk.

"Riko, gimana?" tanya Cindy ketika ia baru saja sampai dengan Juna.

"Di-dia masih di dalam." tunjuk Kate dengan gemetar.

"Daniel, Lo mending beliin minum buat Kate. Liat noh, bibir dia pucet." saran Cindy.

"Lo sama Juna deh. Gue ngejagain dia kok." pinta Daniel, Juna mengangguk setuju, lalu membawa Cindy pergi ke Cafeteria.

"Udah, lo tenang aja. Riko kuat kok." ucap Daniel dengan yakin.

Kate menoleh.

"Apa ini semua gara-gara aku?" Kate tidak bisa menahan isakannya.

"No, don't cry baby." Daniel mulai mengelus puncak kepala Kate,dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Aku takut." cicit Kate pelan.

"Takut, kenapa?" heran Daniel.

"Takut Riko kenapa-napa karena salahku."

Air mata Kate jatuh tak tertahankan, walaupun ia sudah menahannya.

Daniel memeluknya, membiarkan Kate merasa sedikit tenang.

"Dengar, apa yang terjadi itu bukan salah kamu. Itu takdir tuhan yang maha kuasa." Daniel mengelus kepala Kate dengan lembut.

Walau begitu, Kate tetap menangis dalam diam di dalam pelukan Daniel.

Tak lama dokter keluar dan membuka maskernya. Otomatis membuat Kate berdiri dan menghampirinya.

"Dok, gimana? Temen saya enggak papa kan?" Kate mengusap air matanya yang masih membekas.

"Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi, takdir tuhan berkata lain." Dokter itu menunduk pasrah.

"Ma-Maksud Dokter apa?" tubuh Kate bergemetar.

"Nyawanya tidak bisa diselamatkan."

"Gak-gak mungkin. Dok, tolong bilang sama saya Dokter salah prediksi, kan?" Kate menutup mulutnya sendiri.


"Maafkan saya, saya pamit dulu." Dokter itu berlalu begitu saja, meninggalkan Kate yang masih terpaku dengan linangan air mata yang semakin deras.

"Ayo, masuk. Kamu harus sabar." Daniel menuntun Kate untuk masuk ke dalam.

Tubuh Riko terbujur kaku membuat Kate menangis semakin histeris.

KATE✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang