Part 30-Daniel's Email

1K 53 1
                                    

Daniel pov

Aku merasakan jiwaku seolah tak ada di tempatnya lagi. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Dia tak mungkin meninggalkanku begitu saja. Dia telah berjanji kepadaku.

Tapi, tunggu. Bukan dia yang berjanji, aku memaksakan janjiku yang harus ia tepati.

Aku terduduk lemas, bahkan aku sudah tak bisa lagi menopang tubuhku sendiri. Semuanya memburam, untuk pertama kali aku menangis. Menangis karena aku lagi-lagi kehilangan seseorang perempuan yang amat berharga.

Dulu, aku yang membuat Ibuku meninggal. Ya, semua pasti gara-gara aku. Ibuku meninggal sebab melahirkanku. Dan sekarang, Kate? Apa ia hilang sebab aku juga?

Aku tak mau berkata bahwa Kate meninggal, tidak akan. Selama jasadnya tidak terkirim dengan baik ke rumah ini.

Semuanya masih terasa abu-abu bagiku. Tuhan seolah ingin membuatku merasakan kepedihan, tapi aku tak akan menyalahkannya. Ini takdir Tuhan. Ya, takdir Tuhan yang maha kuasa dan aku tak bisa menerimanya.

"Kenapa nggak gue aja?" aku memukul-mukul dadaku sendiri. Pedih. Tapi aku yakin dia juga pernah merasakannya, dan mungkin lebih dari apa yang aku rasakan.

"Sudahlah, sebaiknya kamu pulang. Istirahatkan dirimu."

"Tunggu Om, Daniel ingin membuktikan sesuatu." aku mengambil handphoneku lalu mengirimkan chat lewat line. Aku tau ini terdengar gila tapi aku yakin, gadisku tak akan kemana-mana. Tuhan menakdirkan dia untuk tetap disampingku.

Tak putus asa, aku pun menelfon nomor Kate dan aku mengaktifkan loudspeakernya. Dan disitu juga aku, dan semua orang mematung. Nada telefon itu tersambung. Bagiku, secercah harapan muncul.

*****

Setelah insiden telefon itu, aku semakin sering mengirimkan berbagai macam pesan chat lewat line ataupun whatsapp untuknya. Dan, aku yakin bahwa pesan-pesanku (mungkin) akan di balasnya.

Aku tau harapanku sangat kecil, tapi apa salah seseorang berharap walau harapannya, di anggap tak akan terjadi bagi orang lain.

Bagaimana aku bisa hidup tanpa seseorang yang teramat penting di hidupku. Belum lagi, Papaku memaksaku untuk menggantikannya. Menggantikannya untuk meneruskan perusahaannya.

Tentu saja karena pikiranku sedang kacau, aku berkata bahwa aku belum siap meneruskan perusahaanya. Papaku marah besar, ia menginginkan aku untuk menjadi ceo di perusahaannya. Alexander corp. Ya, itu nama perusahaan Papaku.

"Pa, tolong ngertiin Daniel, Daniel masih muda. Dan, Daniel masih sedih karena perempuan yang Daniel sayangi, hilang karna kecelakaan pesawat." aku memelas, aku melihat sinar mata Papaku meredup. Tapi, kenapa?

"Papa tau, Daniel. Tapi papa mohon. Papa juga kehilangan seseorang perempuan yang Papa harap akan menjadi masa depanmu kelak. Dan, semua karna Papa, coba saja kalau dia tak mengikuti saran Papa." untuk pertama kalinya, aku melihat sisi lain dari Papaku. Sisi yang rapuh. Ia selalu terlihat tegar, bahkan aku terinspirasi olehnya.

"Memangnya Papa kehilangan siapa?" tanyaku penasaran. Papa menatapku dengan ekspresi yang tidak terbaca, "Dia adalah salah satu penyanyi yang lahir dari studio kita, Danie. Namanya...," Papaku menggantung ucapannya.

"Stella Nathania, dia adalah seorang perempuan yang sangat mandiri, bahkan walaupun dia mempunyai orang tua yang kaya raya, ia memilih bekerja keras. Itulah kenapa, Papa rasa Stella cocok denganmu, Danie."

Aku membisu, aku tak rela jika diriku dijodohkan dengan orang lain selain Kate, "Dia sudah Papa anggap sebagai anak Papa, Daniel. Yang Papa harap ia akan menjadi menantu Papa. Tapi, semuanya hancur karena Papa sendiri." tambahnya lagi, jujur aku senang. Karena, aku tak jadi dijodohkan dengan perempuanya yang bernama Stella itu.

"Tapi maaf Papa, Daniel akan tetap menunggu perempuan yang Daniel sayang. Walaupun itu terasa mustahil." jawabku, Papaku hanya mengangguk pasrah.

"Baiklah jika itu kemauanmu, Daniel. Papa nggak akan melarangnya. Apa yang membuatmu bahagia, Papa akan menyetujuinya," jeda Papaku, "Tapi Papa mohon, turutin kemauan Papa. Papa mau kamu meneruskan perusahaan dan studio Papa."

"Up to you, Pa. Daniel akan ngelakuin apapun kecuali perjodohan." Papaku mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya. Berjalan dengan lesu, pastinya.

*****

Daniel's email

@CathlieAnderson
Aku tau kamu ngga akan ninggalin aku.

@CathlieAnderson
Maafkan aku, kembalilah ke pelukanku, Kate.

@CathlieAnderson
Mau berapa orang pun mengatakan bahwa kamu sudah tiada, aku tak akan percaya.

@CathlieAnderson
Aku akan menunggumu, sampai kapanpun.

@CathlieAnderson
Aku mencintaimu, Cathlie Anderson.

*****

Minal aidzin wal' fa idzin.
Aku meminta maaf jika aku mempunyai salah pada kalian.

Maaf kalo cerita ini semakin gak jelas.

Annisa Umairah, 14-06-2016

KATE✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang