Extra Part- 01

1.1K 46 3
                                    

Kate bosan, sangat bosan. Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar, dari tadi Daniel tidak mengangkat panggilannya.

"Itu bocah ngapain sih?" Gerutu Kate sebal, ia mengambil roti dan mengoleskan roti itu selai kacang.

Cindy terkekeh melihat adik iparnya menggerutu tak jelas, "Lo kangen banget sama Daniel?"

"Pengen ketemu." Kate memonyongkan bibirnya, menatap Cindy dengan tatapan yang memelas.

Cindy memutar kedua bola matanya lalu duduk di hadapan Kate, "Inget, lo dan Daniel sedang dalam masa pingit, jadi lo berdua belom boleh bertemu."

"Buat apa sih tradisi ini dijalananin?" tanya Kate sewot.

"Ini tuh dilakuin untuk kebaikan kalian berdua juga," jeda Cindy, "Lagi pula 2 hari lagi kalian akan menikah, jadi tunggu aja ya." Cindy melangkah pergi dengan wajah yang menyebalkan bagi Kate.

"Sialan lo!" Ucap Kate sambil melahap rotinya dengan ganas.

"Lo lebih sialan!" balas Cindy.

"Ma, apa itu sialan?" tanya Vinka dengan kepala yang sedikit miring ke kanan dan disertai wajah bingungnya. Cindy terlonjak, ternyata dari tadi kedua anaknya mendengarkan dirinya dan Kate berdebat.

Kate yang mendengar lontaran pertanyaan dari Vinka ke Cindy itu tersedak rotinya, ia meminum air dengan cepat lalu segera berlari menuju kamarnya.

"Kate tanggung jawab!" teriakan Cindy menggelegar, membuat Kate semakin berlari.

"Maap-maap gue gak sengaja!" balas Kate, berteriak.

Cindy mendengus lalu menatap kedua anaknya yang tengah menatapnya juga, ia mensejajarkan dirinya dengan mereka, "Itu kata-kata kasar, Arvin sama Vinka gaboleh ngucapin kata itu ya?"

"Oke Mama!" jawab Vinka dengan gaya hormatnya, sementara Arvin mengangguk malas.

Arvin tiba-tiba tersenyum jahil, anak itu mengambil boneka yang ada di tangan Vinka lalu berlari menaiki tangga.

"Mama, boneka Pinka!" teriak Vinka sambil menunjuk-nunjuk bonekanya yang di bawa kabur oleh saudara kembarnya.

"Apin balikin boneka Pinka!" teriakan Vinka melengking, membuat Cindy menutup kedua telinganya.

Vinka tak memperdulikan Mamanya dan mengejar Arvin yang kini memeletkan lidahnya.

"Yaampun itu anak gue, kenapa gak pernah gak berantem." Cindy menepuk dahinya lalu menyusul kedua anaknya.

*****

Tak sadar, hari sudah malam dan Kate masih bergelung di bawah selimutnya. Karna sekarang, hanya tempat tidurlah yang menjadi zona nyamannya.

Seseorang menarik selimutnya, membuatnya berdecak sebal, "Jangan gitu!"

"Ante marah?" tanya Vinka sedih. Ya, tadi yang menarik selimut Kate adalah Vinka—keponakannya.

Kate terbangun lalu menatap dua bocah kecil yang kini memandangnya dengan raut wajah yang sedih.

"Eh, ngga sayang. Tadi Ante kira yang narik selimut itu mama kamu. Maaf ya?"

Vinka mengangguk polos lalu mengangkat tangannya, Kate yang sadar apa maksud keponakannya itu segera menggendong Vinka.

"Tante, Alvin mau digendong juga." Ucap Arvin sedih, ia tak mau kalah dengan adiknya itu.

Kate tersenyum sambil mengelus kepala  Arvin, "Tante gandeng aja ya? Tante ngga kuat kalo gendong kalian berdua."

Arvin mengangguk pasrah, Kate mengenggam tangan Arvin lalu mulai berjalan keluar kamarnya.

KATE✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang