Twelve

7K 780 151
                                        

Park Jihoon, bukanlah sosok yang polos seperti dugaan banyak orang. Ia memang periang dan manja, namun memiliki otak yang cerdas.

Saat SMA ia bahkan menjadi murid akselerasi hingga lulus di saat umurnya masih muda, namun karena ia terlahir dari rahim lemah sang ibu, kondisi tubuhnya tidak baik --dalam artian ia mudah sakit.

Jihoon tidak mudah percaya apa kata orang lain, ia akan mencoba mencari fakta dari sesuatu yang sudah diketahui olehnya dan mencoba mencari tahu lebih dalam.

Seperti kasus Jimin, kakaknya. Setelah mendengar perbincangan ibu dan kakak ketiganya, Jihoon bertanya kepada sang ayah tentang hal tersebut. Tentu saja ayahnya membeberkan semua kenyataan yanh terjadi dan meminta Jihoon untuk menjauhi Jimin.

Namun, Jihoon tidak bodoh.

Ia mencari tahu mengenai mitos yang memang benar adanya tersebut, bahwa di Korea terutama Busan angka 4 dianggap angka sial. Dan cerita yang didengarnya pun semakin meyakinkan hal tersebut.

Tapi bagaimana mungkin Taehyung dan kakaknya bisa bertahan dengan Jimin tanpa ada suatu hal yang menimpa mereka?

Pertanyaan itulah yang selalu ada di pikiran Bungsu Park tersebut. Bahkan dirinya baik-baik saja ketika mendekati Jimin. Untuk mencari tahu kenyataan tentang mitos tersebut Jihoon mencoba untuk menentang dan membenci kakaknya itu.

Dan lihatlah keadaannya sekarang, terbaring lemah di kamar rumah sakit dengan selang infus yang menancap pada punggung telapak kanannya.

Setelah menemui dan memaki Jimin, ia tertabrak mobil yang melaju kencang ketika berniat untuk pulang ke rumahnya. Jihoon mengerti sekarang, sangat-sangat mengerti.

Park Jimin mungkin tidaklah pembawa sial, ia special. Seperti ada sesuatu yang melindungi sosok lembut itu.

Jihoon tidak benar-benar mengadukan sang eomma dan kakaknya pada Chanyeol, saat itu Baekhyun dipanggil agar bisa berdiskusi soal rencana bisnis di luar negeri yang membuat Chanyeol harus menetap di Jepang selama dua minggu penuh, maka saat ini ayahnya itu pun tidak mengetahui keadaannya.

"Sudah merasa baik, Jihoon-ah?" tanya Baekhyun penuh kekhawatiran.

"Belum Eomma. Selama belum bertemu dengan Jimin-hyung, aku akan selalu merasa tidak baik."

"Apa kau menerima keberadaan Jimin, Nak?"

"Tentu saja. Sejak awal bertemu aku sudah menyayanginya, Eomma. Walau mungkin sekarang ia membenciku karena tindakanku kemarin." Bungsu Park itu menghela napas lelah, ia memang sudah menjelaskan semua kejadian kepada Baekhyun, dan ibunya itu memaklumi.

Mereka tidak akan tinggal diam lagi perihal Jimin, meskipun Taehyung bersikeras untuk membawa anak keempat Chanyeol itu, masalah di antara keluarga mereka harus terselesaikan lebih dulu.

Chanyeol harus bisa menerima Jimin. Harus bisa menyayangi anaknya itu, agar tidak ada hal buruk lagi yang terjadi.

Karena sebuah mitos atau 'kutukan' pun akan terkalahkan oleh kasih sayang. Bukankah begitu?

Persetan dengan mitos angka 4 itu, selama mereka menyayangi Jimin dengan tulus, mereka yakin semuanya akan baik-baik saja. Jimin anak yang istimewa. Harusnya mereka menyadari itu sejak awal.

-----

"Jimin-ah. Maafkan eomma, maaf karena tidak bisa menemanimu, maaf karena tidak bisa memberikan kasih sayang untukmu."

Jimin terbangun dengan keringat dingin yang mengalir di tubuhnya. Napas putus-putus, terlalu sesak karena sebuah perasaan rindu yang meluap. Ia memimpikan ibunya, ibu kandungnya, Yeri. Setelah bertahun-tahun, sosok kesayangannya tersebut hadir lagi ke dalam mimpinya. Air mata perlahan terjatuh di pipi mulusnya.

Fate [VMin]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang