Thirteen

6.6K 764 125
                                        

Chanyeol tidak pernah merasa semarah ini sebelumnya. Melihat Jimin hanya membuatnya teringat pada Yeri dan juga kesakitan Baekhyun saat kehilangan anak pertama mereka.

"Keluar," ucapnya dingin. Jimin bergerak gelisah menyadari kemarahan ayahnya itu. Sedangkan Yoongi otomatis mengirimi pesan pada Taehyung untuk menjemput Jimin.

Baekhyun datang menghampiri mereka, segera saja ia merangkul Jimin takut suaminya akan berbuat sesuatu yang berbahaya.

"Channie. Tolong dengarkan aku dulu." Baekhyun mencoba berbicara dengan nada lembut, sembari mengelus pundak Jimin menenangkan sang anak.

"Aku tidak ingin mendengar alasan apa pun. Bawa ia keluar dari sini sekarang juga!" Ucapan tegas suaminya seakan tidak bisa diganggu gugat.

"Appa. Jimin-hyung juga anakmu." Jihoon yang baru saja datang segera mengampiri sang ayah dan menatapnya tanpa rasa takut.

"Oh. Sekarang kalian jadi membangkang setelah mengenal anak sial itu, hm?"

"Bagaimana bisa Appa menyebut Jimin-hyung anak sial? Apa karena mitos itu? Lalu Appa menyerah dan menyia-nyiakan anak sendiri alih-alih melindunginya?"

"Kau tidak akan mengerti Jihoon."

"Oh memang aku tidak mengerti, sangat tidak mengerti. Jimin-hyung adalah darah daging Appa sendiri. Anakmu dan Yeri-eomma, mengapa tidak sedikit saja membelanya?! Bukankah Appa seharusnya melindungi dan mencari tahu seluruh kebenaran mitos tersebut demi anak Appa sendiri?"

"Channie. Nanti jika Jimin lahir, kita harus melindunginya, ya? Jangan dengarkan kata Abeonim."

Chanyeol menutup matanya ketika perkataan Yeri kembali terngiang di telinga. Mencoba mengenyahkan memori tersebut. Yeri sudah tidak ada dan semua itu karena Jimin.

"Bawa keluar sebelum aku benar-benar emosi."

"Saya akan membawanya, Tuan." Semua terlonjak ketika melihat Taehyung berada di ambang pintu rumah besar tersebut. Menatap jengah kepada Chanyeol.

"Siapa kau?" tanya Chanyeol cukup tersinggung dengan kedatangan orang asing tiba-tiba terlebih tatapannya penuh amarah.

"Saya Kim Taehyung. Kekasih Jimin."

"Jangan bercanda denganku. Anak sial ini mana pantas mendapatkan kekasih. Kau ingin membual soal percintaan?"

"Nyatanya saya memang mencintai anak Anda, Tuan, dan jika kalian tidak bisa menganggap apalagi membahagiakannya, biar saya yang melakukan hal tersebut." Emosi Taehyung sudah tidak dapat dikendalikan, karena semua perkataan Chanyeol berhasil di dengar olehnya ketika sampai di sana.

"Kau tidak mengerti apa pun bocah. Jimin akan kembali ke rumahnya di hutan, kau tidak bisa membawanya."

"Mengapa tidak bisa? Sama saja kan dia berada jauh dari kalian? Saya akan bertanggung jawab atas Jimin."

"Sudah kukatakan kau tidak mengerti apa pun. Jika ia menyebabkan bencana lagi, keluargaku pasti terkena imbasnya. Keputusanku untuk menjauhkannya dari dunia luar bukan tanpa alasan."

"Hentikan!" Jimin membuka suara. Hatinya benar-benar sakit saat ini. Ia hanya ingin kembali ke rumah dan tidur ketimbang mendengarkan perkataan ayahnya.

"Aku akan pergi dari sini sekarang Tuan Park." Jimin menatap Chanyeol, rasa takutnya sirna.

Untuk sesaat Chanyeol merasa terhenyak melihat tatapan penuh luka dari mata Jimin. Namun segera ia tepis perasaan tersebut.

Fate [VMin]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang