Setelah satu jam lamanya membereskan semua barang Jimin. Kini mereka sudah siap untuk berangkat ke Seoul.
Yoongi, Bogum dan Jihoon yang ikut membantu membereskan barang kini menatap sendu Jimin. Masih belum sepenuhnya rela melepas saudara mereka itu.
"Engg...kalian jangan menatapku seperti itu." Jimin yang merasakan pandangan sedih ketiga orang di hadapannya merasa tidak nyaman. Ia sendiri sebenarnya sedih harus meninggalkan mereka, terutama Yoongi yang selalu setia mendukungnya sejak kecil.
Namun apa daya? Taehyung membutuhkannya.
"Yoongi-hyung. Terima kasih untuk semuanya," ucap Jimin lirih.
Yoongi tersenyum lembut, ia mengelus puncak kepala adik kesayangannya tersebut. Walau sedih, pemuda bermata sipit itu cukup senang akhirnya Jimin bisa terbebas dan memulai kehidupan seperti manusia lainnya. Ia pun merasa sudah cukup mengajari Jimin banyak hal.
Bagi Jimin sendiri, Yoongi adalah kakak sekaligus orang tuanya. Jika para guru yang ditugaskan oleh Chanyeol mengajarkannya banyak ilmu pengetahuan, Yoongi mengajarkannya berperilaku seperti manusia normal. Memasak, mencuci, membersikan rumah, menanam, dan masih banyak lagi. Juga memberikan petuah-petuah mengenai kehidupan.
"Hyung, tidak bisakah mengantar Jimin saja?" Jimin menatap sendu Yoongi. Bogum dan Jihoon memaklumi ikatan kedua orang tersebut, karena mereka memang belum melakukan banyak hal untuk Jimin melebihi Yoongi.
"Maafkan hyung, Jimin-ah. Kau kan tahu, eommaku tidak bisa ditinggal saat ini. Tenang saja, nanti hyung akan menjengukmu ke sana jika eomma sudah lebih baik." Yoongi memeluk Jimin. Eommanya memang sedang tidak dalam keadaan fit, dan sang ayah sedang ditugaskan keluar kota sehingga sulit untuknya pergi mengantar Jimin untuk saat ini.
"Janji, Hyung?" tanya Jimin di sela pelukan mereka.
"Iya janji. Nanti hyung tanyakan alamatnya pada Jin-hyung. Kami sudah mempunyai kontaknya, juga Taehyung. Tidak akan sulit untuk berkomunikasi di zaman sekarang Jim." Ucapan Yoongi diangguki oleh Seokjin.
Saat Jimin melepaskan pelukan dengan Yoongi, Bogum mendekatinya dan memberikan sebuah amplop.
"Ini dari eomma Jimin-ah, ia menyesal tidak bisa ikut mengantar. Isinya sejumlah uang untukmu. Yoongi, aku dan Jihoon sudah menambahkan jumlahnya. Cukup untuk memenuhi kebutuhanmu untuk beberapa bulan." Jimin menerima amplop tersebut seraya mengucapkan terima kasih.
Kali ini Bogum mendekati keluarga Kim yang menunggu dengan sabar dibelakang Jimin.
"Sohee-ahjumma. Eomma berpesan untuk membuatkan Jimin kartu ATM, nanti beliau akan mengirim uang setiap bulan. Eomma juga bilang, bagaimanapun sebelum menikah, Jimin masihlah tanggung jawab keluarga kami."
Sohee tersenyum lembut, "Tentu. Nanti akan kubuatkan Bogum-ah."
"Terima kasih banyak." Bogum membungkuk.
Setelah acara pelukan kakak adik yang terakhir kalinya untuk hari ini. Jimin berserta keluarga Kim masuk ke dalam mobil dan siap untuk berangkat, Seokjin di samping Ilwoo yang menyetir sedangkan Jimin dan Sohee di bangku belakang.
Jimin sebenarnya merasa takut untuk mendatangi tempat yang belum dikenalnya, walau dulu sempat berkeinginan untuk mengunjungi Seoul namun niatnya ke ibu kota tersebut bersama Yoongi bukan dengan keluarga orang lain terlebih dalam kondisi seperti ini.
"Jimin-ah?" Sohee memanggil Jimin yang terlihat melamun.
"Nde, Ahjumma?" Jimin gugup sekali. Sejak kedatangannya ke kediaman Park, ia memang belum berbincang dengan ibu dari Taehyung tersebut, lebih banyak berbincang dengan Seokjin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [VMin]√
Fanfiction[Completed] Thank you for the beautiful cover♡ @Choonhee13 VMin Kim Taehyung x Park Jimin ⚠BxB, Mpreg⚠ Romance, Hurt/comfort, AU, Family, Angst Taehyung tak sengaja menemukan Jimin di sebuah hutan tempat penelitiannya, ia tertarik padanya hanya da...