Aku berlari sekuat tenaga.
Menghindari tumpahnya air dari langit.Kupikir kristal-kristal langit itu akan berhenti menyakiti kulitku, namun ternyata tidak.
Wujudnya semakin gencar menusuk permukaan kulit.Aku berhasil menginjak teras halte, mengusap lengan yang terasa basah.
Tak ada yang utuh lagi.
Seluruh tubuhku kepalang basah.
Gaun lusuh bermotif bunga yang aku kenakan berhasil mencetak lekuk tubuhku.Aku tidak bisa menyebut hal ini sial.
Bagiku, hujan tetap menjadi satu-satunya yang paling berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master
FanfictionAku hanya ingin dia mengerti. Sedari awal manik kami bertemu, di bawah rintikan hujan, aku langsung tahu bahwa dia Tuanku, bahwa dia hatiku. Tapi, Tuanku hanya menganggapku budaknya, yang senantiasa bersujud di depan pintu dan mengharap belaian pada...