Selang setengah jam, aku bersantai di atas sofa. Tetap membiarkan potongan mayat berserakan di lantai.
Jam berganti hari. Dan dua hari sudah terlewati. Potongan daging itu mulai mengeluarkan bau tak sedap, mengundang lalat-lalat hijau berdatangan.
Aku beranjak menyingkirkannya. Namun tanpa diduga-duga, pria itu datang ke flat.
Aku sangat terkejut mendapati presensinya. Tubuhnya merosot jatuh di atas lantai. Memandang kosong ke arah kepala manusia yang terpisah dari tubuhnya.
"Grey, apa yang kau lakukan?"
"Apa kau sungguh Grey?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Master
FanfictionAku hanya ingin dia mengerti. Sedari awal manik kami bertemu, di bawah rintikan hujan, aku langsung tahu bahwa dia Tuanku, bahwa dia hatiku. Tapi, Tuanku hanya menganggapku budaknya, yang senantiasa bersujud di depan pintu dan mengharap belaian pada...