Netraku belum bosan memandangi presensinya. Tuanku yang tengah bergerak liar memenuhi diriku.
Keringatnya bercucuran. Dirinya meracau bahagia. Senyuman manis turut ia ulas.
Mengecup bibirku mulai jadi kegemarannya. Aku menyebut namanya dengan nyaring tiap kali dirinya memberi hentakan dahsyat.
Helaan napas berhamburan di udara. Kami mencapai klimaks dengan sempurna.
Aku memejam dalam dekap hangatnya. Bergumam mengenai ini dan itu. Setelahnya Tuan mengucapkan sebuah kalimat.
Kalimat yang membuatku tersentak hebat. Rasa sakitnya berhasil menusuk-nusuk ulu hati.
"Grey, aku mulai bosan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Master
FanfictionAku hanya ingin dia mengerti. Sedari awal manik kami bertemu, di bawah rintikan hujan, aku langsung tahu bahwa dia Tuanku, bahwa dia hatiku. Tapi, Tuanku hanya menganggapku budaknya, yang senantiasa bersujud di depan pintu dan mengharap belaian pada...