Aku memang bahagia. Tapi aku tak sebahagia itu, sebab aku tahu ia tengah berbohong. Ia hanya ingin mencari keuntungan agar lolos dari belenggu.
Aku mencium bibirnya, ia balas memagut dengan air mata. Pisauku telah tertancap sempurna di perutnya.
Aku tidak menangis. Aku tersenyum.
"Aku sungguh mencintaimu, Grey. Maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Master
FanfictionAku hanya ingin dia mengerti. Sedari awal manik kami bertemu, di bawah rintikan hujan, aku langsung tahu bahwa dia Tuanku, bahwa dia hatiku. Tapi, Tuanku hanya menganggapku budaknya, yang senantiasa bersujud di depan pintu dan mengharap belaian pada...