Selang beberapa menit, kulihat seorang pria berlari kemari sambil melindungi kepalanya menggunakan sebuah tas jinjing hitam. Berusaha menghindari titik-titik air yang jatuh dari langit.
Kami berdiri, bersandingan. Atmosfer berubah hangat seketika.
Kulirik pria di sampingku. Menilik wajahnya sepersekian detik.
"Sial, kenapa hujan turun di saat yang tidak tepat?!"
Pria itu tak henti mengoceh. Aku sedikit memiringkan kepalaku guna mengamati wajahnya lebih jelas.
"Tuan, Apakah Anda seorang pria kaya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Master
FanfictionAku hanya ingin dia mengerti. Sedari awal manik kami bertemu, di bawah rintikan hujan, aku langsung tahu bahwa dia Tuanku, bahwa dia hatiku. Tapi, Tuanku hanya menganggapku budaknya, yang senantiasa bersujud di depan pintu dan mengharap belaian pada...